I.
Pendahuluan
Salah satu penafsiran yang dapat membantu kita dalam memahami dan
mengetahui apa yang terjadi dan memiliki makna yang tersirat dari dalam teks.
Pada sajian kali ini metode yang dipakai adalah bagian dari penafsiran
kontekstual yaitu metode pembebasan. Dalam hal ini kita akan membahas bagaimana
teologi pembebasan yang terdapat dalam penafsiran Bilangan 13:1-16. Kiranya
paper ini dapat menambah pengetahuan dan menambah wawasan kita.
II.
Pembahasan
2.1.
Teologi Pembebasan
Berdasarkan
etimologi kata, teologi pembebasan terdiri dari dua suku kata yakni: ‘Teologi’
dan ‘Pembebasan’. Menurut Karl Rahner, teologi adalah pembicaraan mengenai
Tuhan secara legendaris atau filosofis. Oleh karena itu Rahner mengatakan bahwa
Teologia merupakan suatu usaha yang sadar dari Kristiani untuk mendengarkan
bisikan wahyu/ sabda yang dinyatakan
oleh Tuhan dalam sejarah, menyerap pengetahuan tentang-Nya dengan menggunakan
metode-metode keilmuan serta merefleksikan tuntutan-tuntutan langkah-Nya dalam
tindakan. Segundo merumuskan teologia sebagai “fides quaerens intellectum” yang artinya iman yang pengetahuannya
untuk mengarahkan praksis dalam sejarah. Menurut Leonardo Boff, pembebasan
adalah sebuah proses menuju kemerdekaan. Gustavi Gutierrez menyatakan bahwa
pembebasan adalah usaha untuk melepaskan diri dari kekerasan yang melembaga
yang menghalangi terciptanya manusia baru dan dibangkitkannya solidaritas antar
manusia.[1]
Teologi
Pembebasan Pertama kali muncul di Amerika Latin dan teologi ini lahir sebagai
reaksi keadaan politik yang menyengsarakan rakyat karena pada saat itu
diberlakukan struktur kekuasaan dan pemerintah Marxist di amerika Latin yang
mendorong penguasa untuk menindas, melecehkan, dan mengabaikan hak-hak azasi
rakyatnya. Lalu teologi ini semakin meluas kewilayah Korea dan India. Di Korea
disebut teologi Minjung dan di India disebut teologi Dalit.[2]
Secara
umum yang menjadi latar belakang pembebasan ini adalah adanya ketidakadilan
ketertindasan yang melingkupi masyarakat sehingga sulit mencapai kebebasan dan
keselamatan hidup. Teologi ini pada umumnya lahir dinegara-negara yang
kehidupan masyarakatnya berada dalam kemiskinan, kekurangan makanan, air
bersih, obat-obatan, rendahnya perlakuan hak azsdi manusia, kurangnya
pendidikan dan hal-hal lain yang dapat menrugikan masyarakat. Dengan situasi
demikian, hermeneutika pembebasan mulai dengan pengalaman tentang ketidakadilan
harta milik. Dan upaya yang dilakukan adalah untuk berusaha menganalisis atau
menguraikan alasan terhadap keberadaan yang memiskinkan itu.[3]
2.2.
Langkah-Langkah Penafsiran Teologi Pembebasan[4]
Ada
beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan didalam menafsirkan teks
Alkitab dengan metode Teologi
Pembebasan, yaitu sebagai berikut:
1.
Harus menetapkan teks
yang akan ditafsir.
2. Melakukan
perbandingan teks (bahasa) dengan versi-versi terjemahan atau dari berbagai
bahasa dan dihadapkan dengan teks asli (teks masora).
3. Membuat
kritik aparatus
4. Membuat
terjemahan akhir
5. Teologi
Pembebasan:
a. Menentukan
pihak tertindas dan pihak penindas
b. Penafsir
memposisikan diri pada pihak menindas
c. Pembacaan
Alkitab dari bawah (sudut
pandang orang-orang yang tertindas)
6. Tafsiran
7. Refleksi
dan kesimpulan
8. Daftar
Pustaka
2.3. Kitab Bilangan
2.3.1.
Kitab Bilangan
Kitab Bilangan adalah kitab keempat dari Pentateuk yang isinya mengenai kelanjutan kisah Keluaran bangsa Israel dengan YHWH. Judul asli
kitab ini dalam bahasa Ibrani adalah “di Padang Gurun”, yang di ambil dari
pasal 1:1.[5]
Tepat Nama kitab ini sesuai dengan isi kitab yang mengisahkan perjalanan umat
Israel dalam perjalanan di padang Gurun dari Mesir menuju ke dataran Moab.
Dalam bahasa Inggris Bilangan disebut numbers. Bilangan adalah terjemahan dari nama Perjanjian Lama Yunani (LXX) dari kata
Arithmoi, yang mencerminkan dua kasus perhitungan yang dilakukan tehadap umat Israel dan
diceritakan dalam pasal 1 dan Pasal 26.[6]
2.3.2.
Latar
Belakang Kitab
Kitab Bilangan berawal dari perjalanan orang Israel dari Sinai (Titik akhir kitab Keluaran)
keprbatasan tanah Kanaan di Kodes-Barnea. Kemudian kembali mengembara di padang
Gurun selama 40 tanuh sampai tiba didataran Moab, dimana mereka bersiap-siap
untuk masuk tanah Kanaan.[7]
Kitab Bilangan ini juga memberitahukan hukuma bagi orang-orang yang tidak
percaya maka penghukuman mereka tidak seorangpun dari generasi yang tidak beriman itu dapat memasuki negeri itu (Bd. Ulangan 1:35-36). Karena itu kitab
Bilangan bukanlah sekedar kitab sejarah saja, tetapi menceritakan perbuatan
Allah terhadap bangsa Israel dalam perjalanan.[8]
2.3.3.
Penulis
dan Waktu Penulisan
Secara tradisi, para sarjana Yahudi dan Kristen
mengangap bahwa penulis kitab Bilangan adalah Musa, pemberi
hukum umat
Yahudi. [9]
Namun kitab itu sendiri hanya berisi satu rujukan yang menyebutkan Musa sebagai
penulis kitab tersebut yaitu rencana perjakanan umat Israel dalam perjalanan di
padang gurun dari Mesir ke Moab (Bilangan33:2).[10]
Tahun penulisan kitab Bilangan ini adalah tahun 1405 sM.[11]
2.4. Analisa Struktur
v Di
Sinai:Persiapan keberangkatan Bil.
1:1 - 10:10
Sensus
pertama Bil.
1
Perkemahan
suku-suku Israel dan para pemimpinnya Bil. 2
Jumlah
dan kewajiban orang Lewi Bil.
3 – 4
Hukum-hukum
dan peraturan-peraturan Bil.
5
Hukum
mengenai kenaziran Bil.
6
Persembahan
pada waktu penahbisan Kemah Suci Bil.
7 – 8
Ketetapan-ketetapan mengenai perayaan Paskah Bil. 9: 1-14
Tiang
awan meminpin perjalanan Israel Bil.
9: 15 – 10:10
v Perjalanan
dari Sinai ke Kadesy Bil.
10:11 - 12:16
Berangkat
dari Sinai Bil.
10:11-36
Peristiwa-peristiwa
dalam perjalanan Bil.
11 – 12
v Di
Kadesy dalam padang gurun Paran Bil.
13 – 20
Kedua belas pengintai dan laporan mereka Bil.
13
Keputusan
Umat dan penghukuman Allah Bil.
14
Hukum
dan Peraturan Bil.
15
Pemberontakan
Korah Bil.
16
Kisah
tongkat Harun Bil.
17
Bagian
para Imam Bil.
18
Pentahiran
orang yang najis Bil.
19
Peristiwa
penutup di Kadesy Bil.20:1-13
v Perjalanan
dari Kadesy ke Dataran Moab Bil.
20:14 – 22:1
Penolakan
Edom Bil.
20:14-21
Kematian
Harun, kemenangan atas musuh-musuh Bil.
20:22 – 22:1
v Di
dataran Moab Bil.
22:2 – 32:42
Bileam
dan Balak Bil.
22:2 – 24:25
Kemurtadan
di Peor dan hukuman Allah Bil.
25
Sensus
Kedua Bil.
26
Anak-anak
perempuan Zelafehad;
hak
waris bagi anak-anak perempuan Bil.
27:1-11
Yosua
ditunjuk untuk menggantikan Musa Bil.
27:12-23
Persembahan
pada perayaan-perayaan Bil.
28-30
Pembalasan
atas orang Midian Bil.
31
Warisan
suku-suku Transyordan Bil.
32
v Hal-hal
lain Bil.
33 – 36
Tinjauan
perjalanan dari Mesir Bil.
33
Batas-batas
tanah orang Israel Bil.
34
Kota-kota
orang Lewi Bil.
35
Anak-anak
perempuan Zelafehad dan
hak waris anak-anak perempuan Bil.
36
Pada saat ini kami akan membahas/ menafsirkan Bilangan 13:1-16. Ayat ini berada pada
saat bangsa Israel berada di Padang Gurun Haran.
2.4.2.
Struktur
Teks
Setelah
penafsir membaca teks yang akan di tafsir yaitu Bilangan 13:1-16, maka analisa
penafsir terhadap teks adalah:
1.
Ayat 1-2 : Allah berfirman kepada Musa
2.
Ayat 3 : Musa melaksanakan
perintah Tuhan
3.
Ayat 4-15 : Daftar nama-nama yang di utus
Musa
4.
Ayat 16 : Pergantian nama Hosea
menjadi Yosua
2.5. Analisa teks
2.5.1.
Perbandingan
Bahasa
Dalam
perbandingan bahasa terhadap teks ini, penafsir menggunakan 3 bahasa seperti:
1. LAI : Lembaga Alkitab Indonesia
2. NIV : New
International Version
3. BPH : Bibel Pakon Haleluya
4. TM : Teks Masora
Ayat 1
LAI :Berfirman
NIV : Said (Berkata)
BPH : nini (berkata)
TM : וַיְדַבּר
(dan berbicara)
Kesimpulan: tidak ada yang mendekati TM
Ayat 2a
LAI : Beberapa Orang
NIV : some men (bebrapa laki-laki)
BPH : dalahi ( laki-laki)
TM : אֲנׇשִׁים“anasim” (para laki-laki)
Kesimpulan
yang mendekati TM ialah NIV
Ayat 2b
LAI : Mengintai
NIV : Explore (meyelidiki)
BPH: : mangkahapi (melihat)
TM : וְיָתֻרוּ(seharusnya
kamu mengirim)
Kesimpulan tidak ada yang mendekati TM
Ayat 3a
LAI : Menyuruh
NIV : Sent (mengirim)
BPH :
Isuruh (disuruh)
TM : וַיִּשְלַח (dan mengirim)
Kesimpulan: yang mendekati TM ialah NIV
Ayat 3b
LAI :
titah
NIV : Command (perintah)
BPH : Hata (ucapan)
TM : עֵל־פּׅי (pada perkataan)
Kesimpulan:
tidak ada yang mendekati TM
Ayat 4 –ayat 15
Tidak ada
perbedaan yang signifikan
Catatan:
Dalam melakukan perbandingan bahasa kami para
penyaji menemukan kata-kata yang berulang kali ditulis. Oleh sebab itu Kami
para penyaji mengubah setiap kata yang sama. Misalnya dalam ayat 2 (dua) ada
kata dan seharusnya kamu mengirim, kata ini juga terdapat pada ayat 16.
2.5.2.
Kritik
Aparatus
Ayat 1
Dalam ayat 1 terdapat kata (וַיְדַבֵּר) yang artinya dan berbicara adalah mendapat usulan dari
teks Pentateuk, berbahasa Ibrani dari Samaria tahun 1914-1918 yang kodeksnya
ditulis huruf kecil, dari terjemahan Siria yang diteliti oleh Origenes,
mengusulkan supaya menempatkan kata didepan yang sesuai dengan kitab Ulangan
1:20-23a (וׇא֯מַר), yang berarti kata (וַיְדַבֵּר) pada ayat 1 diganti dengan kata
(וׇא֯מַר).
Perbandingan
:
Dibber digunakan
untuk menunjukkan tindakan berbicara, sedangkan 'amar diperlukan
sebelum wacana langsung yang berikut. conversaly, laporan secara harfiah dicatat dalam Kejadian 27:1-4, 29:4-8, 39:7-9 maupun semua diperkenalkan oleh 'amar tetapi kemudian disimpulkan pada
akhir dalam hal dibber. Dengan demikian, berbeda dengan 'amar, dibber memiliki pengertian yang lebih komprehensif dan menyeluruh, itu meringkas percakapan secara keseluruhan di awal atau di akhir, sehingga secara umum itu harus diterjemahkan, "untuk
berbicara, berkomunikasi, berkomunikasi
dengan ". Arti umum juga dapat dilihat mungkin dalam kontras antara "berbicara
dan melakukan" (Yeheskiel 17:24), atau
dalam ungkapan seperti "berbicara
bahasa" (Yesaya 19:18, Nehemia. 13:24) maupun "mengetahui bagaimana berbicara "(Jeremia.1: 6), yang
mengacu pada berbicara secara keseluruhan (Ayub 34:35, Jeremia 5:15). [13] Sehingga dapat disimpulkan bahwa kata dabar itu digunakan untuk
manusia sedangkan kata untuk perkataan Tuhan.
Kesimpulan:
Kami para penyaji menerima usulan aparatus karena kata yang cocok untuk Tuhan
adalah ‘amar bukan kata dibber.
Ayat 2
Dalam ayat 2 terdapat kata (תִּשְׁלׇחוּ) yang artinya adalah seharusnya kamu mengirim terdapat
dalam teks Pentateuk, berbahasa Ibrani
dari Samaria tahun 1914-1918, terjemahan dari Yunani yang diterbitkan oleh
A.Rahlfs tahun 1935, terjemahan Siria yang disusun berdasarkan keselarasan SA
dan SW yang tunggal.
Kesimpulan: kami para penyaji menerima kritik apparatus dari teks
pentateuk, karena kata (תִּשְׁלׇחוּ) hanya untuk memperjelas dan
juga menunjukkan kalau kata seharusnya kamu mengirim yang terdapat pada ayat 2
Ayat 3
Dalam ayat 3 terdapat kata ( פׇארׇן) yang artinya Paran. Kata ini
adalah terdapat dalam teks Pentateuk,
berbahasa Ibrani dari Samaria tahun 1914-1918, kata ( פׇארׇן) ini seperti yang terdapat pada
Bilangan 10:12a yang tertulis ( פׇארׇן) yang artinya Paran.
Kesimpulan: kami penyaji menerima kritik apparatus yang dari teks Pentateuk,
karena kata ( פׇארׇן) hanya untuk memperjelas dan
juga menunjukkan kalau Paran yang dimaksud dalam ayat 3 ini sama halnya dengan
Paran yang ada pada ayat 10.
Ayat 7
Dalam ayat 7a terdapat kata (בֶּן־יו֯סֵף) yang artinya anak dari Yusuf.
Kata (בּן־יו֯סֵף) rusak dari kata (לִבְנֵי י) “berasal dari kata “בֵּנ”
(bentuk jamaknya menjadi “בְּנֵי” yang artinya anak-anak) + לְ = “לִבְנֵי”
artinya menjadi untuk anak-anak. Pindahkanlah kedalam ayat 11 yakni (למטח יו) yang artinya untuk suku Yusuf. Jigali mengatakan
tidak ada penyebutan nama Bapa.
Kesimpulan:
kami menolak usulan apparatus karena memperkabur teks
Dalam ayat 7b
Dalam ayat 7b terdapat kata (יו֯סֵף) yang artinya Yusuf dipindahkan
ke pasal 10 dan 11.
Kesimpulan: kami penyaji menolak usulan tersebut karena membuat teks
tidak jelas.
Ayat 8
Dalam ayat 8 terdapat kata (הו֯שֵׁעַ) yang artinya Hosea. Dalam teks
Pentateuk Samaria ialah (יהושׁע) yang artinya Yehosea, adalah lelaki yang sama
pada ayat yang ke16.
Kesimpulan: Kami menerima kritik aparatusnya. Karena semakin memperjelas
ayat tersebut.
Ayat 9
Dalam ayat 9 terdapat kata (רׇפֽוּא) yang artinya Rafu yang merupakan
kata yang terdapat pada Perjanjian Lama terjemahan Siria.
Ayat 10
Dalam ayat 10 terdapat kata (לְמַטֵּה) yang artinya dari suku
bandingkanlah dengan ayat 7b (יו֯סֵף) Yusuf.
Kesimpulan: kami para penyaji menolak, karena membuat kata sulit
dimengerti.
Ayat 11
Dalam ayat 11 terdapat kata (לְמַטֵּה) yang artinya dari suku yang
mengalami penelitian kedua menjadi (לִבְנֵי) yang artinya ….. bandingkanlah
dengan ayat 7a (בֶּן־יו֯סֵף) yang artinya anak Yusuf maupun pada pasal 1:10 (בֶּן־עַמִּיהוּד) yang artinya anak Amihud.
Kesimpulan: kami menerima usulan apparatus, sehingga dalam ayat 11 dari
kata dari suku Yusuf , yakni dari suku
Manasye: Gadi bin Susi menjadi dari
anak Yusuf, yakni dari suku Manasye: Gadi bin Susi.
Ayat 14
Dalam ayat 14 terdapat kata (בֶּן־וׇפְסִי) yang artinya anak Wofsi, dalam
terjemahan Septuaginta (LXX) ialah Ιαβι yang
artinya Iabi.
Kesimpulan:kami menolak usulan apparatus karena membuat teks sulit
dimengerti.
Ayat 15
Dalam ayat 15 terdapat dua yang mendapat apparatus yakni;
Ayat 15a terdapat kata (גְּאוּאֵל) yang artinya Geuel, dalam
terjemahan Septuagintanya (LXX) adalah Γουδιηλ
yang artinya Gudiel.
Kesimpulan: Kam menolak usulan apparatus karena membaut teks susah
dimengerti.
Ayat 15b terdapat kata (בֶּן־מׇכִי) yang artinya anak Makhi, dalam
Pentateuk Samaria adalah (מִיכִי) yang artinya Mikhi
Kesimpulan: kami menolak usulan apparatus pada ayat 15b
karena membuat tidak jelas.
Ayat 16
Dalam ayat 16 terdapat kata (לְהוּשֵׁעַ) yang artinya dari Hosea,
bandingkanlah pada ayat 8a.
Kesimpulan: kami penyaji menerima apparatus dari ayat 16, karena nama
baik dalam ayat 8 maupun ayat 16 ini adalah lelaki yang sama dibicarakan.
2.5.3.
Terjemahan
Akhir
[1] Tuhan berkata kepada
Musa:
[2] Suruhlah para laki-laki memata-matai tanah Kanaan, yang akan kuberikan kepada orang Israel;
dari setiap suku nenek moyang mereka seharusnya kamu mengirim
seorang, semua
pemimpin-pemimpin diantara mereka.
[3] Lalu Musa mengirim mereka dari padang Gurun Paran, sesuai dengan ucapan TUHAN; semua orang itu adalah
kepala-kepala orang diantara orang Israel.
[4]
Dan inilah nama-nama mereka: dari suku Ruben: Syamua bin Zakur;
[5]
Dari suku Simeon ; Safat bin Hori;
[6]
Dari suku Yehuda: Kaleb bin Yefune;
[7] Dari
suku Isakhar: Yigal bin Yusuf;
[8] Dari
suku Efraim: Hosea bin Nun
[9] Dari
suku Benyamin: Palti bin Rafu
[10] Dari
Suku Zebulon: Gadiel bin Sodi
[11] Dari
anak Yusuf , yakni dari suku Manasye: Gadi bin Susi
[12] Dari
suku Dan: Amiel bin Gemali
[13] Dari
suku Asyer: Setur bin Mikhael
[14] Dari
suku Naftali: Nahbi bin Wofsi
[15] Dari
suku Gad: Guel bin Makhi
[16]
Itulah nama-nama orang-orang yang disuruh Musa untuk memata-matai negeri itu; dan Musa
menamai Hosea bin Nun itu Yosua
2.6. Tafsiran
Kelompok Tertindas :
Kedua belas Pengintai
Kelompok Penindas :
Musa, Orang Kanaan
Pembebas : Allah
v Ayat
1-16
Dalam hal ini, Tuhan berkata
kepada Musa agar mengirim para pengintai
(Kedua belas suku Israel ) untuk
memata-matai apakah Kanaan baik atau tidak, subur atau tandus, apakah
penduduknya banyak atau sedikit, apakah mereka galak ataukah ramah, dan apakah
mereka hidup seperti pengembara di dalam perkemahan ataukah sudah mapan dengan
benteng-benteng yang kokoh. Mereka mengintai tanah
Kanaan itu karena sesuai dengan janji/perintah Tuhan bahwa bangsa Israel akan
mendapat kembali Kanaan yang sudah lama di diami oleh orang asing. Mereka akan
mendapat kebebasan apabila mereka mengikuti perintah Tuhan mereka melalui
hambanya Musa. Dan sebagai pembebas bagi mereka adalah Allah itu sendiri.
bangsa itu tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Allah. Itu bisa kita bandingkan
ketika banga Israel melawan Bangsa Ai yang mana bangsa itu tidak bersama Allah,
mereka kalah dalam peperangan. Pengiriman kedua belas pengintai ke tanah Kanaan
ini adalah bentuk ketertindasan bagi mereka, sebab mereka dikirim ke suatu
tempat yang belum pernah mereka lihat walaupun negeri itu adalah milik mereka.
Oleh sebab itu, mereka pasti akan
merasa ketakutan tentang apa yang akan terjadi apabila mereka ketahuan oleh
bangsa yang ada di Kanaan. Kita ketahui bahwa yang menghuni Kanaan itu adalah
bangsa Enak yang orang-orangnya adalah seperti raksasa, Amalek, Het, Yebus, dan
Amori.
2.7. Refleksi
Dari
tafsiran diatas, dapat dilihat bagaimana Tuhan Yesus menyuruh Musa untuk
mengirim para pengintai untuk memata-matai tanah kanaan. Dalam penindasan ini
yang tertindas adalah para pengintai. Dan yang menjadi pembebas adalah Allah.
dalam hal ini Allah memakai Musa untuk menindas para pengintai.
Begitu
jug adalam kehidupan kita sekarang ini, banyak sekali terjadi penindasan
terhadap kaum yang lemah, baik dalam bidang kehidupan baik secara ekonomi,
sosial dan politik dan agama. Dan dalam hal ini kaum yang lemah tidak dapat
melakukan apa-apa.
dalam hal ini sama seperti para pengintai yang mana ketika disuruh Musa para pengintai untuk mengintai tanah kanaan, akan tetapi para pengintai tidak dapat menolaknya, dalam hal ini meskipun para pengintai ditindas, tetapi para pengintai yakin bahwa Tuhan akan menyertai segala yang mereka lakukan.
dalam hal ini sama seperti para pengintai yang mana ketika disuruh Musa para pengintai untuk mengintai tanah kanaan, akan tetapi para pengintai tidak dapat menolaknya, dalam hal ini meskipun para pengintai ditindas, tetapi para pengintai yakin bahwa Tuhan akan menyertai segala yang mereka lakukan.
Jadi
dalam teks ini adalah untuk mengingatkan kita agar menaati Perintah atau
kehendak yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, dan dalam melaksanakan
perintah tersebut kita tidak boleh lepas dari pengharapan kepada Tuhan. Dan
dalam hal ini kita juga harus siap dalam hal melaksanakan perintah Tuhan, meskipun
terkadang kita diposisikan sebagai orang yang terindas. Penindasan yang terjadi
ini bukan karena Allah tidak menyayangi kita tetapi penindasan yang terjadi
karena Allah sangat menyanyangi umatNya, agar umatNya dapat lebih dekat lagi
kejalan Tuhan.
III.
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penafsiran teologi pembebasan
merupakan suatu usaha kontekstualisasi ajaran-ajaran dan nilai-nilai keagamaan.
Teologi Pembebasan Pertama kali muncul di Amerika Latin dan teologi ini lahir sebagai
reaksi keadaan politik yang menyengsarakan rakyat karena pada saat itu
diberlakukan struktur kekuasaan dan pemerintah Marxist di amerika Latin yang
mendorong penguasa untuk menindas, melecehkan, dan mengabaikan hak-hak azasi
rakyatnya. Lalu teologi ini semakin meluas kewilayah Korea dan India. Di Korea
disebut teologi Minjung dan di India disebut teologi Dalit. Dalam metode ini
penindasan yang terjadi baik dalam bidang ekonomi, politik. Sosial, dan
keagamaaan. Teologi pembebasan ini bertujuan untuk membebaskan manusia dari
kemelaratan, siksaan, penderitaan, yang dilakukan oleh para penguasa.
IV.
Daftar
Pustaka
……, Alkitab
Penuntun Berkelimpahan, Jakarta:Gandum Mas, 2002
Green, Denis, Pengantar
Perjanjian Lama, Malang:
Gandum Mas,2004
Hill, Andrew. E. & Jhon H. Walton,
Survei
Perjanjian Lama, Malang:Gandum
Mas,
2004)
Lasor,
W.S.,Pengantar Perjanjian Lama 1,
Jakarta:BPK GM,2008
Nitiprawiro,
Wahyono, Teologi Pembebasan,
Yogyakarta:LKIS,2000
Schmidt,
W.H., Theological Dictionary of The Old
Testamnet Vol:III,G.Johannes Botterweck, Helmer Ringgren (ed),
Michigan:William B. Eerdmans Publishing Company,1988
Sitompul, Darwin, Teologi
di Pasar Bebas,(Pematang Siantar:L-SAPA,2007), 31-32
Sitompul,
A.A. dan Ulrich Bayer, Metode Pembebasan
Penafsiran Alkitab, Jakarta:BPK-GM, 2006
Situmorang,
Jontor, Rekaman Catatan Hermeneutika PL
Tingkat III-C “Teologi Pembebasan”, Medan: STT Abdi Sabda, 2009
Thomson, J.A., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1
“Kejadian-Ester”, Jakarta:YKBP-OMF, 2005
Alkitab
........., Alkitab,
Jakarta :LAI, 2007
........., Bibel Pakon Haleluya, Jakarta: LAI, 2009
........., New International Version,
..........., The Interlinier Bible “Hebrew-Greek-English”, England: The
Trinitarian Bible Society, 1976
[1] WahyonoNitiprawiro,Teologi Pembebasan,(Yogyakarta:LKIS,2000), 8
[2] Darwin Sitompul,Teologi di Pasar Bebas,(Pematang Siantar:L-SAPA,2007), 31-32
[4] Jontor Situmorang,Rekaman Catatan Hermeneutika PLTingkat III-C
“Teologi Pembebasan”,(Medan:STT Abdi Sabda,2009)
[13] W.H.Schmidt,Theological Dictionary of The Old Testamnet Vol:III,G.Johannes Botterweck,
Helmer Ringgren (ed),(Michigan:William B.Eerdmans Publishing Company,1988),
98-99