SCITO TE IPSUM

The greatest thing in all my life is knowing you. I want to know you more. The greatest thing in all my life is loving you. I want to love you more. The greatest thing in all my life is serving you. I want to serve you more.

Kamis, 07 April 2016

DOGMATIKA


                                                  PEMBENARAN
I.     Pendahuluan
Pada awalnya Allah menciptakan manusia dengan keadaan amat baik, tanpa dosa sedikitpun. Allah menciptakan manusia itu supaya memuliakan Dia dan memberikan kehendak bebas kepada manusia itu. Tetapi kehendak bebas yang diberikan Allah disalah gunakan sehingga membuat manusia jatuh kedalam dosa. Akibat dari dosa adalah kematian dan yang berdosa dijatuhi hukuman.  Dengan keberdosaan manusia, hubungan manusia dengan Allah terputus (tidak berdamai). Untuk membuat manusia dapat berdamai dengan Allah hanya melalui pengorbanan Anak-Nya yaitu Yesus Kristus. Ia adalah Adam kedua yang bisa menyelesaikan dan Dialah Kepala dari perjanjian yang Baru. Melalui dia kita dapat dibenarkan dihadapan Allah. Seperti pada kesempatan kali ini, penyaji akan memaparkan tentang pembenaran yang meliputi pembenaran oleh iman, hubungan iman dengan perbuatan, janji, Injil, pendamaian, dan penebusan serta iman dan kasih karunia.
Paper ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penyaji menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan paper ini dan dapat menambah wawasan kita. Terimakasih. Syalom!!!
II.  Pembahasan
2.1. Pembenaran Oleh Iman, Apakah itu?
2.1.1.      Pembenaran menurut Alkitab
Dalam Perjanjian Lama, benar adalah menaati hukum Allah tanpa ada paksaan. Allah hanya menuntut dari manusia ialah supaya menyesuaikan diri dengan cara-Nya bertindak.  Ketika Allah menghakimi, penghakiman-Nya ialah benar, dan ketika Ia mengganjar maka imbalannya adalah pantas. Allah tidak pernah memakai kuasa-Nya secara tidak adil. Keyakinan bahwa penghakiman Allah mutlak benar, itulah yang membuat orang aman. Dalam Perjanjian Lama, orang tidak menganggap Allah kejam bila Ia memberlakukan tuntutan hukum-Nya atas mereka. Kiasan hukum dilihat sebagai suatu sarana yang tepat untuk mengungkapkan kebenaran illahi dalam tindakan. Orang dikatakan benar  apabila orang menyesuaikan dirinya kepada hukum, yang pada dirinya merupakan ungkapan dari sifat dasa ilahi itu. Jadi dalam Perjanjian Lama kebenaran ialah soal hubungan pribadi. Pembenaran harus dilihat  dalam kerangka ini. Seorang  “dibenarkan” bila ia telah dinyatakan ditengah-tengah khalayak sebagai yang berada dalam hubungan yang benar dengan Allah. [1]
Dalam Perjanjian Baru, pembenaran dapat dilihat dari ungkapan Paulus. Pembenaran adalah perbuatan Allah sendiri.  Dalam menguraikan pembenaran, Paulus menghubungkan dengan kematian Kristus  yang dilihat sebagai suatu jalan pendamaian (Rom.3:21). Menurut Paulus, karena manusia tidak dapat beroleh pembenaran oleh dirinya sendiri, maka Allah telah menyiapkannya. Dengan salib Kristus, Allah dapat mengampuni dosa manusia namun tinggal tetap benar.  Dalam faktanya, Paulus melihat kematian Kristus di atas salib sebagai persembahan untuk memperoleh pendamaian, lalu menekankan sifatnya sebagai penggantian, menyarankan  bahwa pembenaran adalah mungkin karena dosa telah dipindahkan kepada Kristus (bnd. 2 Kor.5:21). Berdasarkan ini, Allah membebaskan orang-orang berdosa tanpa mencemarkan kebenaran-Nya sendiri. [2]
2.1.2.      Pengertian Berbagai Pembenaran
Pada hakikatnya istilah pembenaran (dikaioo) berasal dari kata “benar” (dikaios) dan kebenaran (dikaosune), dimana ide yang dinyatakan  dikaioo” adalah menyatakan benar, bukan menjadikan benar. Pembenaran itu merupakan bukti bahwa Allah adalah hakim yang benar, bahwa orang percaya kepada Kristus, walaupun berdosa telah dinyatakan benar maupun dipandang sebagai orang benar karena di dalam Kristus ia telah memasuki hubungan yang benar dengan Allah.[3] Dalam bahasa Inggris, kata pembenaran ialah justification yang memiliki arti hal yang membuat benar.[4]  Pembenaran adalah pembayaran hutang orang-orang percaya oleh Tuhan Yesus Kristus melalui pengorbanan diri-Nya sehingga hubungan antara Allah dan manusia menjadi hubungan lurus dan tidak terputus lagi. Di dalam Tuhan Yesus Kristus Allah menjadi Bapa lagi.  Maksudnya ialah kalau ada orang yang berdosa tinggal di dalam Yesus  Kristus  yaitu di dalam daerah pengaruh Kristus, kalau berdosa mencari perlindungan di bawah sayap-Nya. Di dalam Kristus orang berdosa menjadi benar, artinya bila menjadi anggota dari perjanjian anugerah yang dikepalai oleh Kristus.  Orang yang berdosa bisa datang di dalam Kristus melalui panggilan, lahir kembali, percaya dan tobat. Dengan kata lain Tuhanlah yang memberikan segala sesuatu. Jika berbicara mengenai pembenaran, Tuhan yang membenarkan  di dalam rencana-Nya yang kekal, yang berkehendak untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Tuhan yang menyuruh Putera-Nya untuk melaksanakan rencananya. Jadi Tuhan sendiri yang memberi jalan pembenaran.[5] 
Pembenaran juga bisa disebut sebagai tindakan yuridis Allah dimana Ia menetapkan yang berdasarkan kebenaran Yesus Kristus, bahwa semua tuntutan hukum sudah dipenuhi orang berdosa, dimana tindakan yuridis Allah itu merupakan suatu pernyataan berkenan dengan orang berdosa dan bukan suatu tindakan pembaharuan seperti kelahiran kembali, pertobatan ataupun penyucian.[6] Arti yang lain tentang pembenaran ialah keputusan “sudah benar” pada Hari Penghakiman terakhir, tetapi keputusan itu sudah dinyatakan pada masak kini. Penggabungan sifat keakanan dengan sifat kekinian ini sungguh-sungguh penting bagi pengalaman orang percaya. Ia tidak perlu kuatir akan keputusan Sang Hakim (Rom. 8:1), karena keputusan itu sudah diberitakan. Ia telah dibenarkan dan diselamatkan dari murka Allah (Rom. 5:9). Pembenaran yang memberi jaminan atas pembebasan dari penghukuman bukanlah pendorong dosa, melainkan sebaliknya. Kesadaran seseorang akan masa kini bahwa Allah telah meyatakan “benar” pasti mencegahnya dari penyalahgunaan anugerah Allah. Dalam belaskasihan Allah tidak ada bagian hidup manusia yang berada di luar tindakan pembenaran oleh Kristus. [7]
Dengan demikian pembenaran merupakan  tindakan yang benar yang mana tindakan itu adalah tindakan yuridis Allah yang sebagai hakim yang benar menginginkan manusia berdosa itu dibenarkan sehingga mendapat hubungan yang benar dengan Allah. Adapun tindakan yang Allah lakukan ialah dengan menyuruh Putera-Nya untuk melaksanakan rencana-Nya. Dengan kata lain di dalam Yesus Kristus orang berdosa dibenarkan sehingga diselamatkan dari murka Allah (Rom. 5:9).
2.1.3.      Iman
Iman itu sebenarnya berada diluar manusia dan ada yang bermula pada manusia itu. Lalu imam itu di infuskan kepada manusia melalui pendengaran yakni iaman dari luar didengan oleh telingan lalu masukke hati. Dalam Roma 10:17 berkata bahwa manusia beriman karena dari pendengaran dan pendengaran akan firman Kristus. Jadi iman ialah hidupnya kesadaran manusia akan pentingnya hubungan dengan Tuhan.
Secara umum, iman atau percaya adalah menerima kesaksian orang lain.  Akan tetapi, dalam Alkitab  kata “percaya” atau “iman” memiliki arti yang jauh lebih dalam dari pada arti percaya.[8] Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Iman ialah kepercayaan kepada Allah, ketetapan hati, keteguhan hati, dan keteguhan batin.[9] Iman juga merupakan sikap yang didalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usaha sendiri untuk mendapatkan keselamatan, atau kebajikan, kebaikan asusila kemudian mengandalkan Yesus Kristus dan mengharap hanya dari Dia segala sesuatu yang dimaksud oleh keselamatan.[10] Dalam versi lain iman merupakan karya Allah dan tindakan manusia. Iman bukan hasil upaya manusia melainkan iman adalah “kerja kuasa Allah” (Kol.2:12). Iman diberikan kepada kita untuk percaya kepada Kristus (Flp.1:29). Karena itu iman adalah karya, yakni Ia sendirilah yang menimbulkan dan memeliharanya di dalam hati kita. Iman merupakan tindakan manusia yang harus dilakukan di hati. Yakin atau percaya  bukanlah tindakan fisik, melainkan sama seperti  hal-hal yang menakutkan, mengasihi, dan mengharapkan, percaya adalah sesuatu yang dilakukan di hati dan jiwa kita.[11]
Hakekat Iman meliputi:[12]
a.    Tidak ada orang yang bisa mempercayai apa yang tidak diketahuinya. “ bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia” (Rom.10:14). Janji anugerah Allah tidak akan membawa manfaat apapun kepada manusia yang tidak akaan membawa manfaat apapun kepada manusia dipelajari dan diketahui. “Jadi iman timbul dari pendengaran oleh firman Kristus” (Rom.10:17). Iman tanpa perbuatan itu mustahil. Tetapi pengetahuan intelektual yang polos akan Injil bukanlah iman. Pengetahuan itu adalah prasyarat namun tidak termasuk iman. Fakta bahwa orang sangat menguasai ajaran Alkitab tidak membuktikan bahwa ia mempercayai ajaran itu. Meskipun demikian, pengetahuan semacam itu penting, karena itulah alat Roh Kudus untuk bekrja di hatinya untuk menumbuhkan iman. Semua orang yang ingin diselamatkan harus mendengar pemberitaan Firman Allah. Pemberitaan dan pendengaran akan Friman Allah adalah alat Roh Kudus, sarana, media, dan jembatan-Nya untuk bekerja dengan Kuasa dan menobatkan manusia kepada Allah.
b.    Tidak ada orang yang menghendaki atau mempercayai sesuatu yang tidak dianggapnya sebagai kebenaran dan bisa dipercaya. Selama segala sesuatu yang berasal dari Roh adalah kebohongan bagi manusia, atau selama dia meragukan segala sesuatu itu, ia tidak bisa mempercayainya (1 Kor.2:14). Tetapi meskipun pengetahuan intelektual demikian adalah prasyarat pengting bagi iman, namun pengetahuan itu bukanlah hakekat iman. Jika atas dasar otoritas manusia, pertimbangan akal dan filsafat, orang menerima pengajaran Injil yang benar, ini tidak berarti ia mengimani dan mempercayai pengajaran itu. Iman semacam itu berpangkal dari kepala, bukan hati. Percaya pada banyak fakta sejarah, tetapi tidak mengimani fakta-fakta itu. Artinya kepercayaan demikian sama sekali tidak mengandung kepercayaan dan keyakinan. Setan-setan pun mengenal dan percaya kepada Kitab Suci, tetapi mereka tidak beriman, melainkan gemetar (Yak.2;19). Kata kepercayaan “belief” kadang-kadang sedikit lebih menunukkan persetujuan akal, sementara kata iman “faith” selalu menyatakan kepercayaan dan keyakinan hati.
c.    Hanya menerima fakta dan pernyataan sebagai kebenaran bukanlah iman. Iman bukanlah pengetahuan dan persetujuan intelektual yang polos, melainkan sikap emosional hati ditambah tindakan kemauan. “Karena dengan hati orang percaya dibenarkan” (Rom.10:10). Kadang iman disebut “pengetahuan” (knowledge). “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus ” (Yoh.17:3). Kata pengetahuan yang dimaksud bukanlah pengetahuan intelektual murni, seperti pada orang yang tidak beriman, melainkan pengetahuan yang hidup, pengetahuan yang mempengaruhi hati dan kemauan, yang menimbulkan sikap dan keyakinan. Jadi iman adalah kepercayaan dan keyakinan hati kepada segala sesuatu yang kita tahu benar adanya. Dalam Alkitab, iman itu adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1).   
Iman memiliki fungsi ganda yakni[13] pertama, iman berpegang pada janji Allah, menyadari dan menerima secara pribadi apa yang ditawarkan oleh janji itu, yaitu anugerah Allah dan jasa Kristus. Jadi iman membenarkan orang beriman di hadapan Allah. Ini adalah kekuatan iman yang membenarkan dan menyelamatkan. “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan oleh iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat” (Rom.3:28). “Iman sendiri adalah alat dan sarana untuk berpegang pada  Kristus, sehingga pada Kristus jugalah kebenaran yang bernilai di hadapan Allah, yang atas nama-Nyalah iman kita diperhitungkan menjadi kebenaran (Rom.4:5). Kedua, iman menghasilkan sesuatu, yaitu membarui orang berdosa. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup yang oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi kau dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal.2:20). ”Iman bekerja oleh kasih” (Gal.5:6).
Meskipun demikian, iman tidak membenarkan kita dihadapan Allah jika karena iman menguduskan kita dalam kehidupan kita dihadapan sesama, iman tidak menyelamatkan karena menghasilkan perbuatan baik; iman tidak percaya kepada buah-buahnya sendiri, melainkan kepada upah penyelamatan Kristus. “Sebab kasih karunia kamu diselamatkan olah iman, itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian dari Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri ” (Ef.2:8-9). Malah sebaliknya iman menguduskan kita di dalam hidup sebab iman pertama-tama membenarkan kita dihadapan Allah. Penghargaan akan berkat yang diterima oleh dan melalui iman mendorong kita untuk mempersembahkan hidup kepada Allah, Juruselamat kita, sebab oleh belas kasih yang diterima, kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup dan kepada Allah (Rom.12:2).
2.1.4.      Pembenaran Oleh Iman
 Alkitab mengatakan, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rom.5:1) dan “karena denga hati orang percaya dan dibenarkan, dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rom.10:10). Selanjutnya Alkitab juga mengatakan bahwa “tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oeh karena iman dalam Kristus Yesus” (Gal.2:16). Iman bukanlah harga pembenaran, melainkan merupakan sarana untuk memperoeh pembenaran.[14]  
Menurut gereja Lutheran dan Khatolik mereka mengaku bahwa orang berdosa dibenarkan oleh iman sebagai tindakan Allah dalam Yesus Kristus dan perbuatan itu tidak pernah berasal dari perbuatan.[15]
Sedangkan menurut Calvin, manusia dibenarkan dihadapan Allah, bila ia menurut penialain Allah dianggap benar dan karena kebenarannya itu berkenan kepada Allah.  Dan dibenarkan barangsiapa yang tidak dianggap sebagai orang yang berdosa, tetapi sebagai orang yang dianggap benar, karena itu dapat bertahan dihadapan peradilan Allah, tempat semua orang berdosa tersungkur. Jadi, akan dikatakan bahwa barangsiapa dalam kehidupannya menunjukkan kemurnian dan kesucian yang begitu besar sehingga dihadapan takhta Allah layak disebut sebagai kebenaran, atau barang siapa karena perbuatan-perbuatannya tanpa cacat sanggup memberi jawaban yang memuaskan dalam pengusutan Allah, dibenarkan oleh perbuatan. Barangsiapa karena tidak kebagian kebenaran dari perbuatan itu meraih kebenaran Kristus melalui iman dan setelah dikenakannya kebenaran itu, muncul dihadirat Tuhan bukannya sebagai orang yang berdosa melainkan sebagai orang yang tidak berdosa (sebagai orang yang dibenarkan), Dialah yang dibenarkan oleh Iman. Jadi pembenaran itu dengan sederhana djelaskan sebagai diterimanya kita oleh Allah kedalam anugerah-Nya dan penilain-Nya terhadap kita sebagai orang yang benar.[16]
Seluk beluk pembenaran meliputi:[17]
1.      Semua orang berdosa.
“Tidak  ada perbadaan:karena semuanya telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”(Rom3:23). Dengan alasan inilah semua orang bersalah di hadapan Allah dan layak mati (Rom.3:19).
2.      Kristus, pendamai seluruh dosa.
Digerakkan oleh kasih dan rahmat-Nya, Allah mengutus Putera-Nya menjadi juruselamat dunia (Yoh.3:16), yang oleh hidup dan pengurbanan kematian-Nya mempersembahkan pengudusan yang sempurna untuk semua manusia (1Yoh.2:22). Maksudnya karya penebusannya adalah untuk mendamaikan dunia dengan Allah (2Kor.5:19), dan dengan kebangkitan-Nya pendamaian Ia buktikan telah terjadi. Yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita (Rom.4:25)
3.      Allah telah mengampuni semua dosa.
Dengan penebusan yang Kristus lakukan, Allah tidak lagi memperhitungkan dosa manusia (2Kor.5:19). Ia tidak lagi memdakwa mereka karena pelanggaran yang dilakukan, tetapi emberikan kepada mereka upah Kristus. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah ” (2Kor.5:21). Demi penebusan sempurna oleh Kristus, Allah “membenarkan orang-orang berdosa” (Rom.4:5), artinya, orang-orang secara kodrati dengan perbuatan sendiri sepenuhnya berdosa, karena karya Kristus dinyatakan dan dipandang benar dan adil. Karena itu, “Demikianlah suatu perbuatan kebenaran  semua orang  beroleh pembenaran untuk hidup ” (Rom.5:18). Sebagaimana mestinya, pembenaran tercapai karena orang berdosa tidak didakwa dan dia diampuni, yang mana adalah sisi negatifnya dan pemberian kebenaran yang sempurna dari Kristus, seolah dosa itu adalah dosa-Nya sendiri, yang mana ada sisi positifnya.
4.      Injil menyatakan dan menawarkan pengampunan dosa kepada manusia.
Kristus mengatakan bahwa “Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa” (Luk.24:47), dan rasul Paulus menulis, “Jadi ketahuilah hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka di beritakan kepada kamu pengampunan dosa” (Kis.13:38). Dengan demikian, pemberitaan Injil yang nyata dan sungguh-sungguh tidak hanya terletak pada pemberian keterangan yang menarik tentang pengampunan dosa, melainkan pernyataan tentang fakta pengampunan kepada orang berdosa, bahwa dunia telah diperdamaikan dengan Allah (2Kor.5:19,20). Selain itu, karena Injil adalah pernyataan tentang anugerah Allah sendiri kepada dunia yang terkutuk karena dosa, maka injil pada dasarna menjanjikan, menawarkan, dan membawa anugerah dan pengampunan kepada semua orang-yang mendengarnya.
5.      Janji pengampunan harus diterima oleh iman.
Pengampunan tidak mungkin diterima karena perbuatan: pengampunan hanya bisa diterima melalui iman, sebab kebenaran ini disingkapkan “dari iman dan memimpin kepada imam” (Rom.1:17). Siapapun yang menerima pengampunan tidak melalui iman tidak akan memperoleh manfaatnya, sebagaimana tertulis “Firman pemberitaan itu tidak berguna lagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dngan mereka yang menerimanya” (Ibr4:42).
6.      Iman membenarkan orang berdosa.
Iman berpegang pada janji, sehingga manusia menerima secara Pribadi janji yang ditawarkan kepada manusia pada umunya. Allah telah mengampuni semua dosa manusia tidak akan menolong seseorang jika pengampunan itu tidak diterima melaui iman. Di sisi lain, pengampunan itu tidak bida diterima secara pribadi jika dosa belum diampuni.
7.      Pembenaran sebagai tindakan Allah yang mengadili.
Pembenaran bukanlah perubahan moral, yang bekerja di dalam diri orang berdosa dengan bantuan semacam anugerah yang didapatkan dengan usaha, pembenaran adalah tindakan Allah yang mengadili yang terjadi di luar diri orang berdosa, cara Allah dalam belas kasih-Nya demi Kristus membebaskan orang berdosa dari seluruh dosa, menyampaikan  dan memberitakan kebenaran kepada mereka, yang tidak memiliki kebenaran sendiri, tetapi yang mempercayai kebenaran juruselamatnya (Rom.4:5-8).
8.      Pembenaran itu sempurna
Pembenaran tidak terpenggal-penggal dan mengalami kemajuan, melainkan lengkap dan sempurna. Saat iman dihati, alat untuk berpegang pada janji adalah anugerah Allah, pada waktu itulah semua dosa kita diampuni sepenuhnya. Anugerah dan pengampunan adalah fakta yang dinyatakan dalam Injil. Siapa pun yang percaya pada fakta ini, seluruh dosanya diampuni. Jadi Allah tidak membenarkan manusia sebagian-sebagian, mengampuni sebagaian dosa dan tetap menyimpan dosa, melainkan mengampuni seluruh dosa dan membenarkan manusia seutuhnya.
2.2. Hubungan Iman dengan Perbuatan, Janji, Injil, Pendamaian dan Penebusan
2.2.1.      Hubungan Iman dengan Perbuatan
Relasi antara iman dan perbuata baik merupakan  suatu hala yang dapat dipisahkan. Meskipun perbuatan-perbuatan baik kita tidak menambah apa-apa bagi iman kita dihadapan Allah, dan meskipun kondisi satu-satunya dari pembenaran kita adalah iman kita dalam Kristus, tetapi apabila perbuatan-perbuatan baik tidak mnegikuti pengakuan iman kita, maka itu merupakan indikasi yang nyata bahwa kita tidak memiliki iman yang membenarkan.  Pembenaran yang sejati selalu menghasilkan perbuatan-perbuatan baik didalam proses pengudusan. Apabila ada pembenaran, maka pengudusan akan merupakan kelanjutannya. Apabila tidak diikuti leh pengudusan, maka dapat dipastikan bahwa sebenarnya tidak ada pembenaran. Pembenaran bergantung pada iman yang sejati, dimana sebagai akibatnya akan diikuti oleh ketaatan pada perintah Tuhan.[18]
Pada saat Yakobus mendeklarasikan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Artinya Paulus menyatakan bahwa iman yang demikian tidak membenarkan seorang pun, oleh karena iman itu tidak hidup. Iman yang hidup menghasilkan perbuatan-perbuatan baik. Tetapi perbuatan-perbuatan baik bukan menrupakan dasar dari pembenaran. Hanya usaha  yang telah dicapai Yeusu Kristus  yang dapat membenarkan orang berdosa. Meskipun perbuatan-perbuatan baik kita tidak menghasilkan keselamatan, tetapi hal itu merupakan dasar janji Allah untuk memberikan upah kepada kita surga. Masuknya kerajaan Allah hanya berdasarkan iman. Upah kita di dalam kerajaan Allah hanya sesuai dengan  perbuatan-perbuatan baik bagi kita, walaupun upah itu hanya bagian dari anugerah atau kasih karunia.[19]
2.2.2.      Hubungan Iman dengan Janji
 Ketaatan dalam iman dapat menyadarkan akan pengampunan dan janji-janji Allah. Diman iman harus ditempatkan pada realtitas objektif tentang janji Kristus. Artinya iman harus dipahamu dari suatu pengalaman dan meletakkannya di dalam kepercayaan kepada Kristus. Karena sekalipun orang percaya memiliki kelemahan, namun Allah tetap memperhatikan keselamatannya.[20]
 Sejak manusia jatuh kedalam dosa (manusia yang dahulu adalah sekutun allah menjadi sekutu Iblis), Allah mengadakan permusuhan baik keturunan si perempuan dan keturunan si ular dimana bisa (racun) ular akan mengamuk dalam darah manusia (Kej.3:15). Akan tetapi Allah telah berjanji bahwa akan datang kelak seorang penolong yang dilahirkan seorang perempuan. Dalam hal ini perjanjian yang dibuat Allah dibagi kedalamdua bagian yaitu[21]:
1.      Perjanian Lama
Melalui Abraham, Allah berjanji bahwa ia akan dijadikan berkat bagi segala kaum di bumi. Dengan perantara Abraham ini Tuhan Allah bermaksud untuk menjadi Sekutu umat manusia, yang menyelamatkan mereka. Perjanjian  itu bagi Abraham menjadi jalan untuk mewujudkan ketaatannya kepada Allah. Setelah itu Allah memenuhi perjanjiannya dengan mengangkat bangsa Israel sebagai Umat Allah. Karena perjanjian ini memiliki sifat kebangsaan, artinyabahwa seluruh bangsa Israel dimasukkan kedalam Perjanjian. Perjanjian ini seolah-olah ditimbuni oleh peraturan-peraturan atau ketetapan-ketetapan Taurat, yang dengannya Israel dapat diselamatkan. Berhasil atau tidaknya perjanjian itu seolah-olah bergantung kepada Israel saja.
2.      Perjanjian Baru
Kegagalan Israel di dalam menjadi sekutu Allah memerlukan adanya pembaharuan perjanjian, dimana Tuhan Allah membaharui umatnya. Di dalam perjanjian yang baru ini Tuhan Allah akan memberikan hati yang baru dengan perantaraan Roh Kudus. Dasar karya Tuhan Allah ini ialah karya penyelamatan-Nya di dalam Mesias. Perjanjian yang baru ini dipenuhi di dalam karya Tuhan Yesus Kristus sebagai Mesias. Di dalam Dialah Tuhan Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri. Oleh karena karya Kristus jalan kembali kepada Tuhan Allah telah dibuka bagi segala umat manusia. Di dalam   Kristus Tuhan Allah menjadi Penyelamat manusia.
Dengan demikian, kita dapat mengimani bahwasanya janji-janji yang telah Tuhan Allah nyatakan adalah jalan untuk membuat manusia menjadi sekutu Allah. Sebagai jalan terakhir, Tuhan  berjanji dengan menyerahkan Puteranya  untuk mendamaikan kita dengan Allah. Semuanya itu hanya dapat kita imani dan kita percayai.     
2.2.3.      Hubungan Iman dengan Injil
Kata Injil  dalam bahasa Yunani ialah eu-anggelion (latin “evanggelium”) yang berarti “kabar baik” atau “berita yang menggembirakan”. Demikianlah yang dimakudkan dengan kata Injil : kabar baik tentang Yesus Kristus, tentang kedatangan-Nya kedunia ini, tentang penderitaan dan kematian dan kebangkitan-Nya.  Kata dalam  keempat kitab atau sering disebut sebagai Kitab Injil. Tetapi kata “Injil” sebenarnya tidak merupakan nama buku atau karangan itu sendiri,melainkan menunjuk kepada apa yang diberitakan atau dikhotbahkan oleh penulis-penulisnya, artinya kepada kesaksian yang hendak mereka sampaikan kepada kita dengan perantara karangan-karangannya.  Jadi Injil adalah berita kabar baik tentang Yesus Kristus, sebagaimana disampaikan oleh para rasul dalam berbagai-bagai tulisan.[22]  Dalam Alkitab Injil adalah Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci (2Kor.15:2-4).  Injil menceritakan bahwa Kristus menebus dosa kita sepenuhnya (Ibr.9:12) dan mendamaikan kita dengan Allah; “ketika masih seteru, kita diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya” (Rom.5:10). Injil menunjukkan kebenaran yang harus kita miliki di hadapan Allah agar selamat (Rom.1:16). Injil tidak menunjukkan kemungkinan anugerah Allah, kemungkinan perdamaian dan pengampunan, yang bergantung ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.[23] Intisari dari Injil sendiri bahwa dengan iman dan hanya dengan iman sajalah kita dapat dibenarkan, dan dibebaskan dari hadirat Allah. Kita percaya kepada Yesus Kristus  (Injil) sebagai penebus, dan melalui iman kita dibenarkan.  
2.2.4.      Hubugan Iman dengan Pendamaian
Hubungan antara Allah dan manusia tidaklah baik sejak dahulu hingga kini. Antara Allah dan manusia terbentang jurang yang amat dalam dan amat jauh dimana yang menyebabkan ini semua adalah dosa-dosa manusia. Dalam Alkitab dikatakan bahwa Allah mengambil inisiatif untuk mengadakan pendamaian kepada manusia. Allah menyuruh Anak-Nya sendiri kedalam api penyucian dan kemurkaan-Nya atas-dosa-dosa kita untuk menyelamatkan kita. Bila kita mau memperoleh kepastian bahwa Allah diperdamaikan dengan kita dan berkenan kepada kita, maka kita harus mengarahkan pandangan dan hati kita kepada Kristus saja. Karena hanya melalui Dia seoranglah maka kita memperoleh anugerah, yaitu bahwa tanggungjawab atas dosa kita tidak dipikulkan lagi kepada kita.[24]
2.2.5.      Hubungan Iman dengan Penebusan
Konsep penebusan sudah ada sejak Perjanjian Lama, yaitu pada waktu Allah membentuk suatu sistem dimana melaluinya orang Israel dapat melakukan penebusan untuk dosa-dosa mereka. menebus berarti membebaskan seseorang dari kesalahan atau membuat sesuatu menjadi benar. Penebusan harus dilakukan supaya kita dapat memiliki persekutuan dengan Allah. Oleh karena dosa telah merusak samapai kepada tindakan yang paling baik, maka kita tidak dapat  memberikan persembahan korban kita pun sudah tercemar dan membutuhkan korban persembahan yang lain untuk menutupi cacatnya, dan ini akan berlanjut terus. Kita tidak memiliki pemberian yang cukup bernilai, tidak ada usaha yang cukup untuk menebus dosa-dosa kita sendiri. Kita orang berhutang yang tidak dapat membayar hutang-hutang kita sendiri. Kata-kata kunci di Alkitab yang berkaitan dengan Penebusan adalah “untuk kita/atas nama kita”. Tuhan Yesus tidak mati untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk kita. Penderitaan-Nya adalah mewakili kita; Dia adalah pengganti kita. Dia dengan menggenapi peran-Nya sebagai Anak Domba Allah yang menghapuskan dosa dunia. Bapa maupun Anak-Nya menghendaki manusia diselamatkan, seperti tulisan Paulus : “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami” (2Kor.5:19). [25] Manusia yang berdosa sudah dibenarkan oleh Yesus Kristus secara cuma-cuma. Akan tetapi kita sering menyia-nyiakan setiap pengorbanan yang Yesus lakukan terhadap kita.  Jadi penebusan ialah pendamaian antara Allah dengan manusia.
2.3. Iman dan Kasih Karunia
Pada dasarnya Kasih Karunia Allah adalah semata-mata. Karena dosanya, karena pemberontakannya, sebenarnya manusia tidak layak untuk diselamatkan, terlebih-lebih tidak layak untuk dijadikan “sekutu Allah”. Sekalipun demikian, karena kasih karunia Tuhan Allah yang tidak terhingga, sehingga diperkenankan bertindak seolah-olah berhak menerima keselamatan, bahkan diperkenankan bertindak seolah-olah berhak menuntut keselamatan tadi, dengan menagih seandainya Tuhan Allah akan janji-Nya.[26] Seperti yang Yohanes tulis bahwa “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Allah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal ” (Yoh.3:16). Dalam hal ini karena kasih karunia Allahlah makanya manusia itu dibenarkan dan diselamatkan namun keselamatan itu harus diterima oleh orang-orang yang percaya atau yang mempunyai iman.

III.             Kesimpulan
Dengan demikian dapat penyaji simpulkan bahwa iman berada diluar dan ada bermula ada manusia, lalu iman di infuskan kedalam manusia. seperti yang tertulis pada Roma 10:17 yang mana manusia beriman dari pendengarannya oleh firman Kristus. Iman telah datang (Galatian 3:23-25) dan iman itu diam didalam hati. Jadi iman itu adalah hidupnya kesadaran akan pentingnya hubungan dengan Tuhan. Iman itu mengakibatkan kebaikan dan bukan kebaikan mengakibatkan iman.
Dengan iman kita menyakini bahwa kita telah diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita, tetapi karena kasih karunia Allah.  Kita percaya dalam iman bahwa Yesus menebus kita dengan darah-Nya yang mahal sehingga kita dibenarkan lalu diperdamaikan  dengan Allah dan kita menjadi “sekutu Allah”.  

IV.             Dafr Pustaka
Calvin, Yohanes., Instituo “Pengajaran Agama Kristen”, Jakarta:BPK-GM, 2011
Guthrie, Donald., Teologi Perjanjian Baru 2 “Keselamatan dan Hidup Baru”, Jakarta:BPK-GM, 1992
Hadiwijono, Harun., Iman Kristen, Jakarta:BPK-GM, 2010
Koehler, Edward W. A., Intisari Ajaran Kristen, Pematangsiantar:Kolportase Pusat GKPI, 2010
Ladd, George Eldon., Teologi Perjanjian Baru: Jilid 2,Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2002
Louis, Berkhof., Teologi Sistematika 4 “Sejarah Keselamatan”, Surabaya:Momentum, 2008
Morris, L. L., & M. H. Cressey, Kata “Iman” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini; Jilid 1:A-L, Jakarta:YKBK-OMF, 2003
Napel, Henk Ten., Kamus Teologi, Jakarta: BPK-GM, 1999
Nifrik, G. C., Van & B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta:BPK-GM, 2008
Poerwardarminta, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1996
Soedarmo, R., Ikhtisar Dogmatika, Jakarta:BPK-GM, 2011
Sproul, R. C., Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, Malang:seminar:Asia Tenggara, 1998
Thissen, Henry C., Teologi Sistematika, Malang:Gandum Mas, 1995
Tobing, Darwin Lumban., Teologi di Pasar Bebas, Pematangsiantar:L-SAPA, 2010



[1]  George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru: Jilid 2,(Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2002), 117-119
[2]  Ibid, 127
[3]  Ibid, 186-187
[4]  Henk Ten Napel, Kamus Teologi,(Jakarta: BPK-GM, 1999), 185
[5]  R.Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika,(Jakarta:BPK-GM, 2011), 211
[6]  Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 “Sejarah Keselamatan”,(Surabaya:Momentum, 2008), 224
[7]  Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 “Keselamatan dan Hidup Baru”, (Jakarta:BPK-GM, 1992), 129-130
[8]  Harun Hadiwijono, Iman Kristen,(Jakarta:BPK-GM, 2010), 403
[9]  W. J. S. Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka, 1996), 375
[10]  L. L. Morris & M. H. Cressey,  Kata “Iman” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini; Jilid 1:A-L,(Jakarta:YKBK-OMF, 2003), 432
[11]Edward W. A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen,(Pematangsiantar:Kolportase Pusat GKPI, 2010),149-150
[12]  Ibid, 150-152
[13]  Ibid, 157-159
[14]  Henry C. Thissen, Teologi Sistematika,(Malang:Gandum Mas, 1995), 426-427
[15]  Darwin Lumban Tobing, Teologi di Pasar Bebas,(Pematangsiantar:L-SAPA, 2010), 247
[16]  Yohanes Calvin, Instituo “Pengajaran Agama Kristen”, (Jakarta:BPK-GM, 2011), 164
[17]  Edward W. A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, 159-164
[18]  R. C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen,(Malang:seminar:Asia Tenggara, 1998), 255
[19] Ibid, 256-257
[20]  Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, 249
[21]  Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 279-281
[22]   G. C. Van Nifrik & B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini,(Jakarta:BPK-GM, 2008), 405-406
[23]   Edward W. A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, 209
[24]  Yohanes Calvin, institutio “Pengajaran Agama Kristen”, 122
[25]    R. C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, 231-232
[26]    Harun Hadiwijono, Iman Kristen,262

Tidak ada komentar:

Posting Komentar