PEMBENARAN
I.
Pendahuluan
Pada
awalnya Allah menciptakan manusia dengan keadaan amat baik, tanpa dosa
sedikitpun. Allah menciptakan manusia itu supaya memuliakan Dia dan memberikan
kehendak bebas kepada manusia itu. Tetapi kehendak bebas yang diberikan Allah
disalah gunakan sehingga membuat manusia jatuh kedalam dosa. Akibat dari dosa
adalah kematian dan yang berdosa dijatuhi hukuman. Dengan keberdosaan manusia, hubungan manusia
dengan Allah terputus (tidak berdamai). Untuk membuat manusia dapat berdamai
dengan Allah hanya melalui pengorbanan Anak-Nya yaitu Yesus Kristus. Ia adalah
Adam kedua yang bisa menyelesaikan dan Dialah Kepala dari perjanjian yang Baru.
Melalui dia kita dapat dibenarkan dihadapan Allah. Seperti pada kesempatan kali
ini, penyaji akan memaparkan tentang pembenaran yang meliputi pembenaran oleh
iman, hubungan iman dengan perbuatan, janji, Injil, pendamaian, dan penebusan
serta iman dan kasih karunia.
Paper
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penyaji menerima kritik dan
saran yang membangun untuk menyempurnakan paper ini dan dapat menambah wawasan
kita. Terimakasih. Syalom!!!
II.
Pembahasan
2.1. Pembenaran Oleh Iman,
Apakah itu?
2.1.1.
Pembenaran
menurut Alkitab
Dalam
Perjanjian Lama, benar adalah menaati hukum Allah tanpa ada paksaan. Allah
hanya menuntut dari manusia ialah supaya menyesuaikan diri dengan cara-Nya
bertindak. Ketika Allah menghakimi,
penghakiman-Nya ialah benar, dan ketika Ia mengganjar maka imbalannya adalah
pantas. Allah tidak pernah memakai kuasa-Nya secara tidak adil. Keyakinan bahwa
penghakiman Allah mutlak benar, itulah yang membuat orang aman. Dalam
Perjanjian Lama, orang tidak menganggap Allah kejam bila Ia memberlakukan
tuntutan hukum-Nya atas mereka. Kiasan hukum dilihat sebagai suatu sarana yang
tepat untuk mengungkapkan kebenaran illahi dalam tindakan. Orang dikatakan
benar apabila orang menyesuaikan dirinya
kepada hukum, yang pada dirinya merupakan ungkapan dari sifat dasa ilahi itu.
Jadi dalam Perjanjian Lama kebenaran ialah soal hubungan pribadi. Pembenaran
harus dilihat dalam kerangka ini.
Seorang “dibenarkan” bila ia telah
dinyatakan ditengah-tengah khalayak sebagai yang berada dalam hubungan yang
benar dengan Allah. [1]
Dalam
Perjanjian Baru, pembenaran dapat dilihat dari ungkapan Paulus. Pembenaran
adalah perbuatan Allah sendiri. Dalam
menguraikan pembenaran, Paulus menghubungkan dengan kematian Kristus yang dilihat sebagai suatu jalan pendamaian
(Rom.3:21). Menurut Paulus, karena manusia tidak dapat beroleh pembenaran oleh
dirinya sendiri, maka Allah telah menyiapkannya. Dengan salib Kristus, Allah
dapat mengampuni dosa manusia namun tinggal tetap benar. Dalam faktanya, Paulus melihat kematian
Kristus di atas salib sebagai persembahan untuk memperoleh pendamaian, lalu
menekankan sifatnya sebagai penggantian, menyarankan bahwa pembenaran adalah mungkin karena dosa
telah dipindahkan kepada Kristus (bnd. 2 Kor.5:21). Berdasarkan ini, Allah
membebaskan orang-orang berdosa tanpa mencemarkan kebenaran-Nya sendiri. [2]
2.1.2.
Pengertian
Berbagai Pembenaran
Pada
hakikatnya istilah pembenaran (dikaioo)
berasal dari kata “benar” (dikaios)
dan kebenaran (dikaosune), dimana ide
yang dinyatakan “dikaioo” adalah menyatakan benar, bukan menjadikan benar.
Pembenaran itu merupakan bukti bahwa Allah adalah hakim yang benar, bahwa orang
percaya kepada Kristus, walaupun berdosa telah dinyatakan benar maupun
dipandang sebagai orang benar karena di dalam Kristus ia telah memasuki
hubungan yang benar dengan Allah.[3] Dalam
bahasa Inggris, kata pembenaran ialah justification
yang memiliki arti hal yang membuat benar.[4] Pembenaran adalah pembayaran hutang orang-orang
percaya oleh Tuhan Yesus Kristus melalui pengorbanan diri-Nya sehingga hubungan
antara Allah dan manusia menjadi hubungan lurus dan tidak terputus lagi. Di
dalam Tuhan Yesus Kristus Allah menjadi Bapa lagi. Maksudnya ialah kalau ada orang yang berdosa
tinggal di dalam Yesus Kristus yaitu di dalam daerah pengaruh Kristus, kalau
berdosa mencari perlindungan di bawah sayap-Nya. Di dalam Kristus orang berdosa
menjadi benar, artinya bila menjadi anggota dari perjanjian anugerah yang
dikepalai oleh Kristus. Orang yang
berdosa bisa datang di dalam Kristus melalui panggilan, lahir kembali, percaya
dan tobat. Dengan kata lain Tuhanlah yang memberikan segala sesuatu. Jika
berbicara mengenai pembenaran, Tuhan yang membenarkan di dalam rencana-Nya yang kekal, yang
berkehendak untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Tuhan yang menyuruh
Putera-Nya untuk melaksanakan rencananya. Jadi Tuhan sendiri yang memberi jalan
pembenaran.[5]
Pembenaran
juga bisa disebut sebagai tindakan yuridis Allah dimana Ia menetapkan yang
berdasarkan kebenaran Yesus Kristus, bahwa semua tuntutan hukum sudah dipenuhi
orang berdosa, dimana tindakan yuridis Allah itu merupakan suatu pernyataan
berkenan dengan orang berdosa dan bukan suatu tindakan pembaharuan seperti
kelahiran kembali, pertobatan ataupun penyucian.[6]
Arti yang lain tentang pembenaran ialah keputusan “sudah benar” pada Hari
Penghakiman terakhir, tetapi keputusan itu sudah dinyatakan pada masak kini.
Penggabungan sifat keakanan dengan sifat kekinian ini sungguh-sungguh penting
bagi pengalaman orang percaya. Ia tidak perlu kuatir akan keputusan Sang Hakim
(Rom. 8:1), karena keputusan itu sudah diberitakan. Ia telah dibenarkan dan
diselamatkan dari murka Allah (Rom. 5:9). Pembenaran yang memberi jaminan atas
pembebasan dari penghukuman bukanlah pendorong dosa, melainkan sebaliknya.
Kesadaran seseorang akan masa kini bahwa Allah telah meyatakan “benar” pasti
mencegahnya dari penyalahgunaan anugerah Allah. Dalam belaskasihan Allah tidak
ada bagian hidup manusia yang berada di luar tindakan pembenaran oleh Kristus. [7]
Dengan
demikian pembenaran merupakan tindakan
yang benar yang mana tindakan itu adalah tindakan yuridis Allah yang sebagai
hakim yang benar menginginkan manusia berdosa itu dibenarkan sehingga mendapat
hubungan yang benar dengan Allah. Adapun tindakan yang Allah lakukan ialah
dengan menyuruh Putera-Nya untuk melaksanakan rencana-Nya. Dengan kata lain di
dalam Yesus Kristus orang berdosa dibenarkan sehingga diselamatkan dari murka
Allah (Rom. 5:9).
2.1.3.
Iman
Iman
itu sebenarnya berada diluar manusia dan ada yang bermula pada manusia itu.
Lalu imam itu di infuskan kepada manusia melalui pendengaran yakni iaman dari
luar didengan oleh telingan lalu masukke hati. Dalam Roma 10:17 berkata bahwa
manusia beriman karena dari pendengaran dan pendengaran akan firman Kristus.
Jadi iman ialah hidupnya kesadaran manusia akan pentingnya hubungan dengan
Tuhan.
Secara
umum, iman atau percaya adalah menerima kesaksian orang lain. Akan tetapi, dalam Alkitab kata “percaya” atau “iman” memiliki arti yang
jauh lebih dalam dari pada arti percaya.[8]
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Iman ialah kepercayaan kepada Allah,
ketetapan hati, keteguhan hati, dan keteguhan batin.[9]
Iman juga merupakan sikap yang didalamnya seseorang melepaskan andalan pada
segala usaha sendiri untuk mendapatkan keselamatan, atau kebajikan, kebaikan
asusila kemudian mengandalkan Yesus Kristus dan mengharap hanya dari Dia segala
sesuatu yang dimaksud oleh keselamatan.[10]
Dalam versi lain iman merupakan karya Allah dan tindakan manusia. Iman bukan
hasil upaya manusia melainkan iman adalah “kerja kuasa Allah” (Kol.2:12). Iman
diberikan kepada kita untuk percaya kepada Kristus (Flp.1:29). Karena itu iman
adalah karya, yakni Ia sendirilah yang menimbulkan dan memeliharanya di dalam
hati kita. Iman merupakan tindakan manusia yang harus dilakukan di hati. Yakin
atau percaya bukanlah tindakan fisik,
melainkan sama seperti hal-hal yang
menakutkan, mengasihi, dan mengharapkan, percaya adalah sesuatu yang dilakukan
di hati dan jiwa kita.[11]
Hakekat
Iman meliputi:[12]
a. Tidak
ada orang yang bisa mempercayai apa yang tidak diketahuinya. “ bagaimana mereka
dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia” (Rom.10:14).
Janji anugerah Allah tidak akan membawa manfaat apapun kepada manusia yang
tidak akaan membawa manfaat apapun kepada manusia dipelajari dan diketahui. “Jadi
iman timbul dari pendengaran oleh firman Kristus” (Rom.10:17). Iman tanpa
perbuatan itu mustahil. Tetapi pengetahuan intelektual yang polos akan Injil
bukanlah iman. Pengetahuan itu adalah prasyarat namun tidak termasuk iman.
Fakta bahwa orang sangat menguasai ajaran Alkitab tidak membuktikan bahwa ia
mempercayai ajaran itu. Meskipun demikian, pengetahuan semacam itu penting,
karena itulah alat Roh Kudus untuk bekrja di hatinya untuk menumbuhkan iman.
Semua orang yang ingin diselamatkan harus mendengar pemberitaan Firman Allah.
Pemberitaan dan pendengaran akan Friman Allah adalah alat Roh Kudus, sarana,
media, dan jembatan-Nya untuk bekerja dengan Kuasa dan menobatkan manusia
kepada Allah.
b. Tidak
ada orang yang menghendaki atau mempercayai sesuatu yang tidak dianggapnya
sebagai kebenaran dan bisa dipercaya. Selama segala sesuatu yang berasal dari
Roh adalah kebohongan bagi manusia, atau selama dia meragukan segala sesuatu
itu, ia tidak bisa mempercayainya (1 Kor.2:14). Tetapi meskipun pengetahuan
intelektual demikian adalah prasyarat pengting bagi iman, namun pengetahuan itu
bukanlah hakekat iman. Jika atas dasar otoritas manusia, pertimbangan akal dan
filsafat, orang menerima pengajaran Injil yang benar, ini tidak berarti ia
mengimani dan mempercayai pengajaran itu. Iman semacam itu berpangkal dari
kepala, bukan hati. Percaya pada banyak fakta sejarah, tetapi tidak mengimani
fakta-fakta itu. Artinya kepercayaan demikian sama sekali tidak mengandung
kepercayaan dan keyakinan. Setan-setan pun mengenal dan percaya kepada Kitab
Suci, tetapi mereka tidak beriman, melainkan gemetar (Yak.2;19). Kata
kepercayaan “belief” kadang-kadang sedikit
lebih menunukkan persetujuan akal, sementara kata iman “faith” selalu menyatakan kepercayaan dan keyakinan hati.
c. Hanya
menerima fakta dan pernyataan sebagai kebenaran bukanlah iman. Iman bukanlah
pengetahuan dan persetujuan intelektual yang polos, melainkan sikap emosional hati
ditambah tindakan kemauan. “Karena dengan hati orang percaya dibenarkan”
(Rom.10:10). Kadang iman disebut “pengetahuan” (knowledge). “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka
mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang
telah Engkau utus ” (Yoh.17:3). Kata pengetahuan yang dimaksud bukanlah
pengetahuan intelektual murni, seperti pada orang yang tidak beriman, melainkan
pengetahuan yang hidup, pengetahuan yang mempengaruhi hati dan kemauan, yang
menimbulkan sikap dan keyakinan. Jadi iman adalah kepercayaan dan keyakinan
hati kepada segala sesuatu yang kita tahu benar adanya. Dalam Alkitab, iman itu
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1).
Iman
memiliki fungsi ganda yakni[13]
pertama, iman berpegang pada janji Allah, menyadari dan menerima secara pribadi
apa yang ditawarkan oleh janji itu, yaitu anugerah Allah dan jasa Kristus. Jadi
iman membenarkan orang beriman di hadapan Allah. Ini adalah kekuatan iman yang
membenarkan dan menyelamatkan. “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan
oleh iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat” (Rom.3:28). “Iman
sendiri adalah alat dan sarana untuk berpegang pada Kristus, sehingga pada Kristus jugalah
kebenaran yang bernilai di hadapan Allah, yang atas nama-Nyalah iman kita
diperhitungkan menjadi kebenaran (Rom.4:5). Kedua, iman menghasilkan sesuatu,
yaitu membarui orang berdosa. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri
yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang
kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup yang oleh iman dalam Anak Allah
yang telah mengasihi kau dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal.2:20). ”Iman
bekerja oleh kasih” (Gal.5:6).
Meskipun
demikian, iman tidak membenarkan kita dihadapan Allah jika karena iman
menguduskan kita dalam kehidupan kita dihadapan sesama, iman tidak
menyelamatkan karena menghasilkan perbuatan baik; iman tidak percaya kepada
buah-buahnya sendiri, melainkan kepada upah penyelamatan Kristus. “Sebab kasih
karunia kamu diselamatkan olah iman, itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian
dari Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri
” (Ef.2:8-9). Malah sebaliknya iman menguduskan kita di dalam hidup sebab iman
pertama-tama membenarkan kita dihadapan Allah. Penghargaan akan berkat yang diterima
oleh dan melalui iman mendorong kita untuk mempersembahkan hidup kepada Allah,
Juruselamat kita, sebab oleh belas kasih yang diterima, kita mempersembahkan
tubuh kita sebagai persembahan yang hidup dan kepada Allah (Rom.12:2).
2.1.4.
Pembenaran
Oleh Iman
Alkitab mengatakan, “Sebab itu, kita yang
dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh
karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Rom.5:1) dan “karena denga hati orang
percaya dan dibenarkan, dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”
(Rom.10:10). Selanjutnya Alkitab juga mengatakan bahwa “tidak seorangpun yang
dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oeh karena iman
dalam Kristus Yesus” (Gal.2:16). Iman bukanlah harga pembenaran, melainkan
merupakan sarana untuk memperoeh pembenaran.[14]
Menurut
gereja Lutheran dan Khatolik mereka mengaku bahwa orang berdosa dibenarkan oleh
iman sebagai tindakan Allah dalam Yesus Kristus dan perbuatan itu tidak pernah
berasal dari perbuatan.[15]
Sedangkan
menurut Calvin, manusia dibenarkan dihadapan Allah, bila ia menurut penialain
Allah dianggap benar dan karena kebenarannya itu berkenan kepada Allah. Dan dibenarkan barangsiapa yang tidak
dianggap sebagai orang yang berdosa, tetapi sebagai orang yang dianggap benar,
karena itu dapat bertahan dihadapan peradilan Allah, tempat semua orang berdosa
tersungkur. Jadi, akan dikatakan bahwa barangsiapa dalam kehidupannya
menunjukkan kemurnian dan kesucian yang begitu besar sehingga dihadapan takhta
Allah layak disebut sebagai kebenaran, atau barang siapa karena
perbuatan-perbuatannya tanpa cacat sanggup memberi jawaban yang memuaskan dalam
pengusutan Allah, dibenarkan oleh perbuatan. Barangsiapa karena tidak kebagian
kebenaran dari perbuatan itu meraih kebenaran Kristus melalui iman dan setelah
dikenakannya kebenaran itu, muncul dihadirat Tuhan bukannya sebagai orang yang
berdosa melainkan sebagai orang yang tidak berdosa (sebagai orang yang
dibenarkan), Dialah yang dibenarkan oleh Iman. Jadi pembenaran itu dengan
sederhana djelaskan sebagai diterimanya kita oleh Allah kedalam anugerah-Nya
dan penilain-Nya terhadap kita sebagai orang yang benar.[16]
Seluk
beluk pembenaran meliputi:[17]
1. Semua
orang berdosa.
“Tidak ada perbadaan:karena semuanya telah berdosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah”(Rom3:23). Dengan alasan inilah semua
orang bersalah di hadapan Allah dan layak mati (Rom.3:19).
2. Kristus,
pendamai seluruh dosa.
Digerakkan oleh kasih
dan rahmat-Nya, Allah mengutus Putera-Nya menjadi juruselamat dunia (Yoh.3:16),
yang oleh hidup dan pengurbanan kematian-Nya mempersembahkan pengudusan yang
sempurna untuk semua manusia (1Yoh.2:22). Maksudnya karya penebusannya adalah
untuk mendamaikan dunia dengan Allah (2Kor.5:19), dan dengan kebangkitan-Nya
pendamaian Ia buktikan telah terjadi. Yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena
pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita (Rom.4:25)
3. Allah
telah mengampuni semua dosa.
Dengan penebusan yang
Kristus lakukan, Allah tidak lagi memperhitungkan dosa manusia (2Kor.5:19). Ia
tidak lagi memdakwa mereka karena pelanggaran yang dilakukan, tetapi emberikan
kepada mereka upah Kristus. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya
menjadi dosa kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah ” (2Kor.5:21).
Demi penebusan sempurna oleh Kristus, Allah “membenarkan orang-orang berdosa”
(Rom.4:5), artinya, orang-orang secara kodrati dengan perbuatan sendiri
sepenuhnya berdosa, karena karya Kristus dinyatakan dan dipandang benar dan
adil. Karena itu, “Demikianlah suatu perbuatan kebenaran semua orang
beroleh pembenaran untuk hidup ” (Rom.5:18). Sebagaimana mestinya,
pembenaran tercapai karena orang berdosa tidak didakwa dan dia diampuni, yang
mana adalah sisi negatifnya dan pemberian kebenaran yang sempurna dari Kristus,
seolah dosa itu adalah dosa-Nya sendiri, yang mana ada sisi positifnya.
4. Injil
menyatakan dan menawarkan pengampunan dosa kepada manusia.
Kristus mengatakan
bahwa “Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa” (Luk.24:47), dan rasul Paulus menulis, “Jadi
ketahuilah hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka di beritakan kepada
kamu pengampunan dosa” (Kis.13:38). Dengan demikian, pemberitaan Injil yang
nyata dan sungguh-sungguh tidak hanya terletak pada pemberian keterangan yang
menarik tentang pengampunan dosa, melainkan pernyataan tentang fakta
pengampunan kepada orang berdosa, bahwa dunia telah diperdamaikan dengan Allah
(2Kor.5:19,20). Selain itu, karena Injil adalah pernyataan tentang anugerah
Allah sendiri kepada dunia yang terkutuk karena dosa, maka injil pada dasarna
menjanjikan, menawarkan, dan membawa anugerah dan pengampunan kepada semua
orang-yang mendengarnya.
5. Janji
pengampunan harus diterima oleh iman.
Pengampunan tidak
mungkin diterima karena perbuatan: pengampunan hanya bisa diterima melalui
iman, sebab kebenaran ini disingkapkan “dari iman dan memimpin kepada imam”
(Rom.1:17). Siapapun yang menerima pengampunan tidak melalui iman tidak akan
memperoleh manfaatnya, sebagaimana tertulis “Firman pemberitaan itu tidak berguna
lagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dngan mereka yang
menerimanya” (Ibr4:42).
6. Iman
membenarkan orang berdosa.
Iman berpegang pada
janji, sehingga manusia menerima secara Pribadi janji yang ditawarkan kepada
manusia pada umunya. Allah telah mengampuni semua dosa manusia tidak akan
menolong seseorang jika pengampunan itu tidak diterima melaui iman. Di sisi
lain, pengampunan itu tidak bida diterima secara pribadi jika dosa belum
diampuni.
7. Pembenaran
sebagai tindakan Allah yang mengadili.
Pembenaran bukanlah perubahan
moral, yang bekerja di dalam diri orang berdosa dengan bantuan semacam anugerah
yang didapatkan dengan usaha, pembenaran adalah tindakan Allah yang mengadili
yang terjadi di luar diri orang berdosa, cara Allah dalam belas kasih-Nya demi
Kristus membebaskan orang berdosa dari seluruh dosa, menyampaikan dan memberitakan kebenaran kepada mereka,
yang tidak memiliki kebenaran sendiri, tetapi yang mempercayai kebenaran
juruselamatnya (Rom.4:5-8).
8. Pembenaran
itu sempurna
Pembenaran tidak
terpenggal-penggal dan mengalami kemajuan, melainkan lengkap dan sempurna. Saat
iman dihati, alat untuk berpegang pada janji adalah anugerah Allah, pada waktu
itulah semua dosa kita diampuni sepenuhnya. Anugerah dan pengampunan adalah
fakta yang dinyatakan dalam Injil. Siapa pun yang percaya pada fakta ini,
seluruh dosanya diampuni. Jadi Allah tidak membenarkan manusia sebagian-sebagian,
mengampuni sebagaian dosa dan tetap menyimpan dosa, melainkan mengampuni
seluruh dosa dan membenarkan manusia seutuhnya.
2.2. Hubungan Iman dengan
Perbuatan, Janji, Injil, Pendamaian dan Penebusan
2.2.1.
Hubungan
Iman dengan Perbuatan
Relasi
antara iman dan perbuata baik merupakan
suatu hala yang dapat dipisahkan. Meskipun perbuatan-perbuatan baik kita
tidak menambah apa-apa bagi iman kita dihadapan Allah, dan meskipun kondisi
satu-satunya dari pembenaran kita adalah iman kita dalam Kristus, tetapi
apabila perbuatan-perbuatan baik tidak mnegikuti pengakuan iman kita, maka itu
merupakan indikasi yang nyata bahwa kita tidak memiliki iman yang
membenarkan. Pembenaran yang sejati
selalu menghasilkan perbuatan-perbuatan baik didalam proses pengudusan. Apabila
ada pembenaran, maka pengudusan akan merupakan kelanjutannya. Apabila tidak
diikuti leh pengudusan, maka dapat dipastikan bahwa sebenarnya tidak ada
pembenaran. Pembenaran bergantung pada iman yang sejati, dimana sebagai
akibatnya akan diikuti oleh ketaatan pada perintah Tuhan.[18]
Pada
saat Yakobus mendeklarasikan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah
mati. Artinya Paulus menyatakan bahwa iman yang demikian tidak membenarkan
seorang pun, oleh karena iman itu tidak hidup. Iman yang hidup menghasilkan
perbuatan-perbuatan baik. Tetapi perbuatan-perbuatan baik bukan menrupakan
dasar dari pembenaran. Hanya usaha yang
telah dicapai Yeusu Kristus yang dapat
membenarkan orang berdosa. Meskipun perbuatan-perbuatan baik kita tidak
menghasilkan keselamatan, tetapi hal itu merupakan dasar janji Allah untuk
memberikan upah kepada kita surga. Masuknya kerajaan Allah hanya berdasarkan
iman. Upah kita di dalam kerajaan Allah hanya sesuai dengan perbuatan-perbuatan baik bagi kita, walaupun
upah itu hanya bagian dari anugerah atau kasih karunia.[19]
2.2.2.
Hubungan
Iman dengan Janji
Ketaatan dalam iman dapat menyadarkan akan
pengampunan dan janji-janji Allah. Diman iman harus ditempatkan pada realtitas objektif
tentang janji Kristus. Artinya iman harus dipahamu dari suatu pengalaman dan
meletakkannya di dalam kepercayaan kepada Kristus. Karena sekalipun orang
percaya memiliki kelemahan, namun Allah tetap memperhatikan keselamatannya.[20]
Sejak manusia jatuh kedalam dosa (manusia yang
dahulu adalah sekutun allah menjadi sekutu Iblis), Allah mengadakan permusuhan
baik keturunan si perempuan dan keturunan si ular dimana bisa (racun) ular akan
mengamuk dalam darah manusia (Kej.3:15). Akan tetapi Allah telah berjanji bahwa
akan datang kelak seorang penolong yang dilahirkan seorang perempuan. Dalam hal
ini perjanjian yang dibuat Allah dibagi kedalamdua bagian yaitu[21]:
1. Perjanian
Lama
Melalui Abraham, Allah
berjanji bahwa ia akan dijadikan berkat bagi segala kaum di bumi. Dengan
perantara Abraham ini Tuhan Allah bermaksud untuk menjadi Sekutu umat manusia,
yang menyelamatkan mereka. Perjanjian
itu bagi Abraham menjadi jalan untuk mewujudkan ketaatannya kepada
Allah. Setelah itu Allah memenuhi perjanjiannya dengan mengangkat bangsa Israel
sebagai Umat Allah. Karena perjanjian ini memiliki sifat kebangsaan,
artinyabahwa seluruh bangsa Israel dimasukkan kedalam Perjanjian. Perjanjian
ini seolah-olah ditimbuni oleh peraturan-peraturan atau ketetapan-ketetapan
Taurat, yang dengannya Israel dapat diselamatkan. Berhasil atau tidaknya
perjanjian itu seolah-olah bergantung kepada Israel saja.
2. Perjanjian
Baru
Kegagalan Israel di
dalam menjadi sekutu Allah memerlukan adanya pembaharuan perjanjian, dimana
Tuhan Allah membaharui umatnya. Di dalam perjanjian yang baru ini Tuhan Allah
akan memberikan hati yang baru dengan perantaraan Roh Kudus. Dasar karya Tuhan
Allah ini ialah karya penyelamatan-Nya di dalam Mesias. Perjanjian yang baru
ini dipenuhi di dalam karya Tuhan Yesus Kristus sebagai Mesias. Di dalam Dialah
Tuhan Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri. Oleh karena karya
Kristus jalan kembali kepada Tuhan Allah telah dibuka bagi segala umat manusia.
Di dalam Kristus Tuhan Allah menjadi
Penyelamat manusia.
Dengan
demikian, kita dapat mengimani bahwasanya janji-janji yang telah Tuhan Allah
nyatakan adalah jalan untuk membuat manusia menjadi sekutu Allah. Sebagai jalan
terakhir, Tuhan berjanji dengan
menyerahkan Puteranya untuk mendamaikan
kita dengan Allah. Semuanya itu hanya dapat kita imani dan kita percayai.
2.2.3.
Hubungan
Iman dengan Injil
Kata
Injil dalam bahasa Yunani ialah eu-anggelion
(latin “evanggelium”) yang berarti
“kabar baik” atau “berita yang menggembirakan”. Demikianlah yang dimakudkan
dengan kata Injil : kabar baik tentang Yesus Kristus, tentang kedatangan-Nya
kedunia ini, tentang penderitaan dan kematian dan kebangkitan-Nya. Kata dalam
keempat kitab atau sering disebut sebagai Kitab Injil. Tetapi kata
“Injil” sebenarnya tidak merupakan nama buku atau karangan itu
sendiri,melainkan menunjuk kepada apa yang diberitakan atau dikhotbahkan oleh
penulis-penulisnya, artinya kepada kesaksian yang hendak mereka sampaikan
kepada kita dengan perantara karangan-karangannya. Jadi Injil adalah berita kabar baik tentang
Yesus Kristus, sebagaimana disampaikan oleh para rasul dalam berbagai-bagai
tulisan.[22]
Dalam Alkitab Injil adalah Kristus telah
mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah
dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, sesuai
dengan Kitab Suci (2Kor.15:2-4). Injil
menceritakan bahwa Kristus menebus dosa kita sepenuhnya (Ibr.9:12) dan
mendamaikan kita dengan Allah; “ketika masih seteru, kita diperdamaikan dengan
Allah oleh kematian Anak-Nya” (Rom.5:10). Injil menunjukkan kebenaran yang
harus kita miliki di hadapan Allah agar selamat (Rom.1:16). Injil tidak
menunjukkan kemungkinan anugerah Allah, kemungkinan perdamaian dan pengampunan,
yang bergantung ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.[23] Intisari
dari Injil sendiri bahwa dengan iman dan hanya dengan iman sajalah kita dapat
dibenarkan, dan dibebaskan dari hadirat Allah. Kita percaya kepada Yesus
Kristus (Injil) sebagai penebus, dan
melalui iman kita dibenarkan.
2.2.4.
Hubugan
Iman dengan Pendamaian
Hubungan
antara Allah dan manusia tidaklah baik sejak dahulu hingga kini. Antara Allah
dan manusia terbentang jurang yang amat dalam dan amat jauh dimana yang
menyebabkan ini semua adalah dosa-dosa manusia. Dalam Alkitab dikatakan bahwa
Allah mengambil inisiatif untuk mengadakan pendamaian kepada manusia. Allah
menyuruh Anak-Nya sendiri kedalam api penyucian dan kemurkaan-Nya
atas-dosa-dosa kita untuk menyelamatkan kita. Bila kita mau memperoleh
kepastian bahwa Allah diperdamaikan dengan kita dan berkenan kepada kita, maka
kita harus mengarahkan pandangan dan hati kita kepada Kristus saja. Karena
hanya melalui Dia seoranglah maka kita memperoleh anugerah, yaitu bahwa
tanggungjawab atas dosa kita tidak dipikulkan lagi kepada kita.[24]
2.2.5.
Hubungan
Iman dengan Penebusan
Konsep
penebusan sudah ada sejak Perjanjian Lama, yaitu pada waktu Allah membentuk
suatu sistem dimana melaluinya orang Israel dapat melakukan penebusan untuk
dosa-dosa mereka. menebus berarti membebaskan seseorang dari kesalahan atau
membuat sesuatu menjadi benar. Penebusan harus dilakukan supaya kita dapat
memiliki persekutuan dengan Allah. Oleh karena dosa telah merusak samapai
kepada tindakan yang paling baik, maka kita tidak dapat memberikan persembahan korban kita pun sudah
tercemar dan membutuhkan korban persembahan yang lain untuk menutupi cacatnya,
dan ini akan berlanjut terus. Kita tidak memiliki pemberian yang cukup
bernilai, tidak ada usaha yang cukup untuk menebus dosa-dosa kita sendiri. Kita
orang berhutang yang tidak dapat membayar hutang-hutang kita sendiri. Kata-kata
kunci di Alkitab yang berkaitan dengan Penebusan adalah “untuk kita/atas nama
kita”. Tuhan Yesus tidak mati untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk kita.
Penderitaan-Nya adalah mewakili kita; Dia adalah pengganti kita. Dia dengan
menggenapi peran-Nya sebagai Anak Domba Allah yang menghapuskan dosa dunia.
Bapa maupun Anak-Nya menghendaki manusia diselamatkan, seperti tulisan Paulus :
“Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak
memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian
itu kepada kami” (2Kor.5:19). [25]
Manusia yang berdosa sudah dibenarkan oleh Yesus Kristus secara cuma-cuma. Akan
tetapi kita sering menyia-nyiakan setiap pengorbanan yang Yesus lakukan
terhadap kita. Jadi penebusan ialah
pendamaian antara Allah dengan manusia.
2.3. Iman dan Kasih Karunia
Pada
dasarnya Kasih Karunia Allah adalah semata-mata. Karena dosanya, karena
pemberontakannya, sebenarnya manusia tidak layak untuk diselamatkan,
terlebih-lebih tidak layak untuk dijadikan “sekutu Allah”. Sekalipun demikian,
karena kasih karunia Tuhan Allah yang tidak terhingga, sehingga diperkenankan
bertindak seolah-olah berhak menerima keselamatan, bahkan diperkenankan
bertindak seolah-olah berhak menuntut keselamatan tadi, dengan menagih
seandainya Tuhan Allah akan janji-Nya.[26]
Seperti yang Yohanes tulis bahwa “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Allah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal ”
(Yoh.3:16). Dalam hal ini karena kasih karunia Allahlah makanya manusia itu
dibenarkan dan diselamatkan namun keselamatan itu harus diterima oleh
orang-orang yang percaya atau yang mempunyai iman.
III.
Kesimpulan
Dengan
demikian dapat penyaji simpulkan bahwa iman berada diluar dan ada bermula ada
manusia, lalu iman di infuskan kedalam manusia. seperti yang tertulis pada Roma
10:17 yang mana manusia beriman dari pendengarannya oleh firman Kristus. Iman
telah datang (Galatian 3:23-25) dan iman itu diam didalam hati. Jadi iman itu
adalah hidupnya kesadaran akan pentingnya hubungan dengan Tuhan. Iman itu
mengakibatkan kebaikan dan bukan kebaikan mengakibatkan iman.
Dengan
iman kita menyakini bahwa kita telah diselamatkan bukan karena perbuatan baik
kita, tetapi karena kasih karunia Allah.
Kita percaya dalam iman bahwa Yesus menebus kita dengan darah-Nya yang
mahal sehingga kita dibenarkan lalu diperdamaikan dengan Allah dan kita menjadi “sekutu Allah”.
IV.
Dafr
Pustaka
Calvin,
Yohanes., Instituo “Pengajaran Agama
Kristen”, Jakarta:BPK-GM, 2011
Guthrie,
Donald., Teologi Perjanjian Baru 2
“Keselamatan dan Hidup Baru”, Jakarta:BPK-GM, 1992
Hadiwijono,
Harun., Iman Kristen, Jakarta:BPK-GM,
2010
Koehler,
Edward W. A., Intisari Ajaran Kristen,
Pematangsiantar:Kolportase Pusat GKPI, 2010
Ladd,
George Eldon., Teologi Perjanjian Baru:
Jilid 2,Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2002
Louis,
Berkhof., Teologi Sistematika 4 “Sejarah
Keselamatan”, Surabaya:Momentum, 2008
Morris,
L. L., & M. H. Cressey, Kata “Iman”
dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini; Jilid 1:A-L, Jakarta:YKBK-OMF, 2003
Napel,
Henk Ten., Kamus Teologi, Jakarta:
BPK-GM, 1999
Nifrik,
G. C., Van & B. J. Boland, Dogmatika
Masa Kini, Jakarta:BPK-GM, 2008
Poerwardarminta,
W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta:Balai Pustaka, 1996
Soedarmo,
R., Ikhtisar Dogmatika,
Jakarta:BPK-GM, 2011
Sproul,
R. C., Kebenaran-kebenaran Dasar Iman
Kristen, Malang:seminar:Asia Tenggara, 1998
Thissen,
Henry C., Teologi Sistematika, Malang:Gandum
Mas, 1995
Tobing,
Darwin Lumban., Teologi di Pasar Bebas, Pematangsiantar:L-SAPA,
2010
[1] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru: Jilid 2,(Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2002),
117-119
[2] Ibid, 127
[3] Ibid,
186-187
[4] Henk Ten Napel, Kamus Teologi,(Jakarta: BPK-GM, 1999), 185
[5] R.Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika,(Jakarta:BPK-GM, 2011), 211
[6] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 “Sejarah Keselamatan”,(Surabaya:Momentum, 2008),
224
[7] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 “Keselamatan dan Hidup Baru”,
(Jakarta:BPK-GM, 1992), 129-130
[8] Harun Hadiwijono, Iman Kristen,(Jakarta:BPK-GM, 2010), 403
[9] W. J. S. Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka, 1996), 375
[10] L. L. Morris & M. H. Cressey, Kata
“Iman” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini; Jilid 1:A-L,(Jakarta:YKBK-OMF,
2003), 432
[11]Edward W. A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen,(Pematangsiantar:Kolportase
Pusat GKPI, 2010),149-150
[12] Ibid,
150-152
[13] Ibid, 157-159
[14] Henry C. Thissen, Teologi Sistematika,(Malang:Gandum Mas, 1995), 426-427
[15] Darwin Lumban Tobing, Teologi di Pasar Bebas,(Pematangsiantar:L-SAPA, 2010), 247
[16] Yohanes Calvin, Instituo “Pengajaran Agama Kristen”, (Jakarta:BPK-GM, 2011), 164
[17] Edward W. A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, 159-164
[18] R. C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen,(Malang:seminar:Asia
Tenggara, 1998), 255
[19] Ibid, 256-257
[20] Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, 249
[21] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 279-281
[22] G. C.
Van Nifrik & B. J. Boland, Dogmatika
Masa Kini,(Jakarta:BPK-GM, 2008), 405-406
[23] Edward W. A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, 209
[24] Yohanes Calvin, institutio “Pengajaran Agama Kristen”, 122
[25] R. C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, 231-232
[26] Harun Hadiwijono, Iman Kristen,262
Tidak ada komentar:
Posting Komentar