MENGENALI
TEOLOGI PAULUS tentang KONSEP MANUSIA dan DIPERHADAPANKAN dalam PEMAHAMAN BUDAYA BATAK SIMALUNGUN
I.
Pendahuluan
Manusia
adalah bagian terpenting dalam ciptaan, bukan hanya pada Perjanjian Baru tetapi
juga pada konsep Perjanjian Lama. Manusia diibaratan intan dengan banyak
bidangnya. Permukaan intan dengan banya bidangnya bukanlah merupaan bagian
terpisah dengan lainnya. Mereka memantulkan berbagai aspek dari keseluruhan.
Merea bisa saja memiliki fungsi yang sama namun tetap bisa dibedakan dengan
yang lainnya. Mereka bukan bagian yang terlepas, mereka adalah aspek-aspek,
segi-segi, wajah-wajah dari keseluruhannya.
Salah
satu teologi yang berbicara mengenai manusia adalah anthropologi. Dan pada saat
ini penyaji akan memaparkan anthropologi (manusia) menurut Teologi Paulus dan
diperhadapkan dengan pemahaman budaya batak. Untuk lebih menambah wawasan,
penyaji menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga paper ini dapat
bermanfaat bagi pembaca semua.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Antrpologi
Anthropologi
berasal dari bahasa Yunani yakni anthropos
“manusia” sehingga anthropologi ilmu yang meneliti manusia atau bagian dari ajaran
Kristiani yang menyangkut asal, hakikat dan tujuan manusia.[1]
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Anthropologi adalah pengetahuan tentang
organisme manusia dan tentang manusia sebagai objek sejarah alam.[2] Antropologi juga berarti sebagai ilmu yang
mempelajari tentang manusia baik dalam hal biologi maupun sosial.[3]
Dalam Kamus Alkitab anthropologi merupakan studi mengenai kebudayaan, kebiasaan
manusia, dan cara pemujaannya. Namun dalam Teologi Kristen kata anthropologi
digunakan untuk doktrin bahwa manusia laki-laki dan perempuan yang diciptakan
sebagai gambar Allah iu telah disimpangkan oleh dosa.[4]
2.2.
Pandangan
Antropologi menurut Paulus
Dalam
Perjanjian Baru, Paulus memberi penjelasan yang paling lengap mengenai manusia.
Adapun istilah-istilah utama yang dipakai Paulus untuk menggambarkan berbagai
segi manusia seperti soma, sarx, pneuma,
kardia, nous, psukhe, dan ditambah pula dengan suneidesis. Dalam menyelidiki istilah ini Paulus memandang manusia
dari segi pandangan Allah yang berarti bahwa penyataan-penyataannya sering
melibakan keadaan manusia bukan Kristen dengan kemungkinan wujud keristenan
yang ideal dan ajaran Paulus dipusatkan pada manusia baru dalam Kristus.[5]
Paulus menggambarkan manusia dan dunia pada dasar pandangan eskhatologisnya.
Paulus sering ditafsirkan menurut latarbelakang dulisme helenistik yait
dualisme kosmologi dan dualisme anthropologi. Dimana dualisme osmologi mencakup
keberadaan dunia sorga, sedangkan dulisme anthropologi mencakup dua bagian
manusia yakni tubuh dan jiwa. Tubuh terhisap pada tingkat duniawi sedangkan
jiwa terhisap pada tingkat sorgawi.[6]
Paulus juga menggunakan istilah roh dan daging
dengan latar belakang pemiiran Perjanjian Lama. Istilah itu muncul
dalampewartaan nabi untu membedakan perhitungan yang sangat manusiawi dan
perhitungan berdasarkan iman aan penyelenggaraan Allah. Kalau raja hanya
mempertimbangkan politik saja dang kurang memperhitungkaniman dan janji Allah,
maka nbi menginat bahwa kekuatanpolitik adalah daging (Yes.31:3). Bila Yesaya
40:8 melukiskan kekuatan Babel yang hebat, maka nabi berbicara tentang
kekuasaan yang akan seperti bungan yang layu. “ Rumput menjadi kering dan bunga
menjadi layu, tetapi firman Allah ita tetap untuk selama-lamanya“. Rumput dan
bunga adalah adalah daging, sedangkan firman Allah adalah Roh. Dengan demikian
menjadi jels bahwa istilah daging menunjukkan segi kerapuhan dan kehidupan
dunia, sedangkan Roh untu menyebut segi Ilahi atau kekuatan dari pihak Allah.
Kerapuhan atau dagin kerap kali secara moral dikaitkan dengan kelemahan untuk
setia kepada perintah Allah dan hubungan baik dengan sesama, atau berdosa.
Manusia yang belum tersentuh oleh kekuatan Roh Yesus Kristus oleh Paulus
disebut sebagai yang berasal dari daging, rapuh, tunduk kepada kematian dan
dosa, jauh dari Allah bahkan memusuhi Allah. Dunia lalu digambarkan hitam
putih, yang kelabu tidak ada. Situasi hidup manusia yang dikuasai oleh dosa dan kekuatan daging itu juga tercermin dalam
semesta alam yang membuat manusia takut dan tak berdaya. Manusia merasa
dikuasai mencoba untu melepasan diri tetapi tidak mampu dan tidak terbuka kepada Allah. Paulus
menyebutkan kejahatan adalah perbuatan daging dan kebajika adalah buah-buah Roh
(Gal.5:19-22)[7].
2.3.
Istilah
Antropologi Menurut Paulus
2.3.1.
Soma (Tubuh)
Soma (tubuh) adalah
salah satu yang penting dari tulisan Paulus dan pemakainannya pada tulisannya lebih
dari 50 kali. Pada penggunaan bahasa Inggris kata “tubuh” adalah yang biasanya
pada individual “organisme jasmani” atau “mayat/bangkai”. Jadi dalam
bahasa Inggris identifikasi tubuh adalah yang menyangkut tubuh fisik.[8] Kata σϖμα
digunakan pada tubuh Yesus dan pada seekor hewan. Seorang yang sudah mati σϖμα dapat dibangkitkan kembali. Faktanya tubuh mengalami penyakit dan
penyembuhan atau tubuh membutuhkan
makanan dan baju, dan tubuh juga perlu dibersihkan.[9]
Istilah σϖμα muncul dalam Paulus pada tiga konteks:[10]
1.
Paulus menggunakan σϖμα seperti penandaan netral pada keadaan fisik manusia. Ketika
persoalan Paulus pada penghukumannya kepada orang yang tidak bermoral di
Korintus, dia tidak hadir dalam tubuh tetapi hadir dalam roh. Paulus
memikul tanda-tanda Yesus pada tubuhnya,
seperti dari luka-luka bahwa dia telah menerima
pukulan-pukulan selama pekerjaan misinya. Seperti tempat keinginan dan hasrat manusia,
tubuh harus dijinakkan (1 Kor.9:27). Paulus meninggikan keadaan σϖμα untuk menjadi yang mendasar pada semua keadaan,
Tuhan memberikan pada setiap ciptaan sebuah tubuh yang pantas yang bersifat istimewa.
2.
Paulus
juga menggunakan σϖμα dalam
pengertian negatif. Dalam Roma 6:6 Rasul berbicara tentang kebinasaan tubuh yang berdosa dalam baptisan. Paulus
berata bahwa tubuh berdosa maksudnya tidak berbeda dari tubuh pada kematian dalam Roma 7:24 : manusia menjadi total tersembunyi dari
kekuatan dosa dan kematian. Meskipun mereka telah dibebaskan dari kekuatannya karena
peristiwa Kristus, Paulus dapat menantang pembacanya tidak untuk membiarkan dosa berkuasa dalam
diri mereka (tubuh). Di dalam Roma 8:10 tubuh itu adalah mati. Dan dosa tidak
mati. Dosa tinggal di dunia dan terus mencobai dan menguji tubuh.
3.
Paulus
mengggunakan istilah σϖμα pada pengertian positif seperti luasnya pernyataan untuk diri manusia
itu. Tubuh perlu banyak lebih dari pada
makanan dan minuman. Itu tidak menegaskan dengan fungsi biologis tetapi, lebih
baik kepunyaan Tuhan. (Tubuh dimaksudkan bukan untuk berzina tetapi
untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh). Tubuh
adalah tempat dimana dia harus memuliaan Allah (1 Kor.6:20). Penegasan Allah
dan tuntutan Allah pada kita disatukan dalam sebuah kesatuan karena itu adalah
tempat dimana kehidupan baru yang disebut dalam ketaatan orang-orang percaya.
2.3.2.
Sarx (Daging)
Penulisan
kat sarx (daging) sebanyak 91 kali
pada surat-surat Paulus dan 26 kali
khusus pada Roma.[11] Kata
daging (sarx) dalam
Septuaginta dipakai untuk menterjemahan kata Ibrani “basar”. Kata “basar”
berarti manusia seluruhnya (jadi buan hanya tubuh saja), sejauh manusia
menghayati diri sebagai makhluk yang lemah dan fana, khususnya berhadapan
dengan Alla. Maka disebut “basar”
bukan hanya manusia saja tetapi semua makhluk ciptaan.[12] Paulus menggunakan σάρξ (daging, jasmani).
Pertama dalam istilah netral, untuk menandakan aspek fisik pada kondisi manusia
itu. Σάρξ dapat dengan sederhana
menunjukan pada otot dari pada tubuh seperti dalam ungkapan “duri dalam daging”
pada 2 Korintus 12:7. Meski ketika menggunakan dalam istilah biasanya, σάρξ selalu menunjukkan pada keadaan fisik manusia.[13]
Pada
umumnya sarx bertentangan dengan Allah dan bahkan di dalam
tulisan-tulisan Paulus istilah tersebut sering berlawanan dengan pneuma (roh), tetapi hal ini hanya
berlaku pada gagasan Kristen tentang manusia
(Gal.5:17). Kata sarx pada
surat-surat Paulus terdapat aspek ganda berhubugan dengan dosa. Kadang-kadang istilah itu hanya
menandakan kaitannya dengan dosa secara umum seperti dalam istilah ensarki (di dunia atau secara duniawi) to fronema tes sarkos (pikiran
daging). Manusia yang dilihat sebagai sarx ialah manusia sebagai anggota dunia yang jahat
yang sekarang ini (Gal.1:4), sedangkan pandangan Paulus mengenai keselamatan
mencakup kebebasan manusia dari dunia sekarang ini, dari manusia yang dianggap sarx menjadi manusia yang rohani (pneuma)
.[14]
2.3.3.
Nous
(Akal Budi)
Istilah
muncul sebanyak 21 kali pada surat-surat Paulus, 6 kali muncul pada Roma dan 7
kali pada 1 Korintus.[15] Akal
budi manusia akan berfungsi sebagaimana mestinya hanya kalau memenuhi kehendak
Allah, dan melalui akal budilah manusia dapat mengetahui perbuatan tangan Allah
dalam penciptaan. Bagi Paulus νουσ
dapat bercahaya (2 Kor 4:6), dan dapat pula diperbaharui (Rom.12:2). Νους orang Kristen menjalankan fungsi yang penting
dalam mengetahui kehendak Allah, mesupin demikian hal ini tida berarti bahwa
pemahaman akan kehendak Allah saja dapat memampukan manusia untuk
melaksanakannya.[16]
Νους
digunakan dalam istilah yang bervariasi seperti:[17]
1. Νους merupakan
pikiran dan watak. Dalam istilah ini, itu ungkapan di dalam pengenalan atau
sikap moral, apakah pada manusia biasa atau orang Kristen, tetapi hanya di
pakai pada istilah resmi. Kesatuan jemaat Kristen menemukan lambang ketika
pengikut diperkuat dalam pikiran yang sama.
2. Νους merupakan alasan praktis. Ini adalah kesadaran moral seperti memutuskan
dengan konkrit kemauan dan tindakan. Νους
adalah semata-mata kegunaan manusia,
meskipun kehadirannya termasuk tanggungjawab manusia terhadap Tuhan.
3. Νους adalah
pengertian. Dalam istilah ini νουσ
adalah sebuah organ intelektual, kemampuan pengetahuan apakah seperti keadaan
atau tindakan. Νους adalah pengertian yang menghasilkan gagasan jelas pada
kata-kata yang dimengerti dan yang aktivitasnya ditunda selama keadaan rohani
bergembira.
4. Νους merupakan
pikiran, pendapat dan ketetapan hati. Νους
pastilah tujuan penyelamatan
Allah yang Paulus temukan jalan keluar
pada masalah dalam Roma 9-11.
2.3.4.
Suneidesis (Suara Hati, Hati Nurani)
Suneidesis pusat pengendalian
diri manusia. Suneidesis muncul
sebanyak 14 kali dalam tulisan Paulus. Paulus mungkin mengadopsi istilah suneidesis dari filsafat Helenistik.[18] .[19] Suneidesis
artinya adalah pengetahuan mengenai suatu tindakan disertai
penilaian tentang tindaan itu. Karena itu suneidesis
berbeda dengan nous atau akal pikiran
dalam hal tidak melibatkan kegiatan kehendak manusia. Hati nurani menunjukkan
bahwa manusia sadar akan dirinya sebagai makhluk rasional.[20]
2.3.5.
Kardia (Hati Sanubari)
Dalam
beberapa hal kardia digunakan dalam
arti batin manusia yang utuh. Paulus memandang hati manusia sebagai pelaku iman
(Rom.10:10), yang menunjukkan penyerahan seluruh pribadi seseorang kepada
Kristus. Alla telah membuat terangnya bercahaya di dalam kardia, (hati sanubari) supaya kita berolah terang dari pengetahuan
tntang kemuliaan Alla yang nampak pada
wajah Kristus (2 Kor.4:6;Ef.1:18). Istilah kardia
muncul 52 kali pada Paulus.[21]
Hati adalah pusat kehidupan manusia dan sumber atau tempat semua kekuatan dan
fungsi-fungsi jiwa dan roh dibuktikan dalam beberapa perbedaan yang terjadi
pada Perjanjian Baru:
a. Didalam hati
tinggal perasaan-perasaan dan emosi, hasrat dan nafsu. (2 Kor.7:3)
b. Hati
adalah tempat dari pengertian, sumber dari ide-ide dan refleksi (Ibr. 4:12)
c.
Hati adalah tempat dari kemauan dan
sumber dari ketetapan hati (Kol 4:8)
d. Hati adalah
yang memutuskan tingkah laku moral dan akar kehidupan keagamaan (Ibr.3:12)[22]
2.3.6.
Psukhe (Jiwa/Nyawa)
Paulus
menggunakan kata psukhe sebanya 13
kali, 4 diantaranya ada pada Roma.[23] Psukhe muncul menjadi fokus utama dari
penebusan adalah jiwa (walau tubuh juga mengalami dampak penebusan) (Yak.
1:21;1 Ptr.1:9,22;2:11,25). Jiwa dapat diartikan sebagai keseluruhan dari
manusia.[24]
Istilah psukhe ini digunakan khususnya untu menunjukkan hidup
manusia (Rom.11:3,16:4;Fil.3:20). Dalam 1 Tesalonika 2:8, istilah ini lebih
luas digunakan karena disitu ditekankan tentang hidup karena Paulus menggunakan
kata sifat apsupkhos, tak berjiwa
sebagai istilah untuk menunjukkan benda mati, maka istilah psukhe dalam arti kehidupan menjadi jelas. Menurut filsafat Yunani
jiwa dipandang sebagai sesuatu yang tinggi dan mulia dimana hal ini
bertentangan dengan pandangan Paulus yang selalu menghubungkan psukhe dengan kedudukan manusia yang
rendah.[25]
2.3.7.
Pneuma (Roh)
Istilah pneuma banyak digunkan oleh Paulus dalam hubungannya
dengan Roh Kudus, namun istilah ini dipergunakan dalam berbagai arti lain yang
beberapa di antaranya penting untuk tujuan kita. Pneuma berasal
dari dorongan kuatnya Roh Allah pada saat pertobatan dalam hidup eristenan. Hal
ini membawa dimensi baru dalam kehidupan
manusia. Bagi orang percaya pneuma tampaknya manusia terikat dengan pada Allah,
yakni manusia yang didorong dan
digerakkan oleh Allah, manusia bersekutu dengan Allah. Orang-orang yang buan Kristen
tidak bersekutu dengan Allah, karena manusia duniawi tidak dapat menerima apa
yang berasal dari Roh Allah (1 Kor.2:14). Istilah pneuma dapat dipahami dengan dua hal yaitu pneuma alamimanusia
dan pneuma Kristen. Jika Paulus berbicara mengenai rohnya
yang disegarkan, ia sedang menggunakan istilah secara umum, yang juga berlaku
untuk orang-orang bukan Kristen.(1Kor.16:18;2 Kor2:13,7:13) Dalam arti ini pneuma sebenarnya sepadan dengan diri
sendiri. Paulus tidak menggunakan istilah pneuma
dalam arti angin atau nafas, juga tidak memakainya untuk binatang. Pneuma berarti keadaan manusia yang lebih tinggi,yang
tidak semata-mata baik dan tidak pula jahat. Pneuma dapat dicemarkan
(2Kor3:1), dan dapat dikuduskan (1Kor 7:34). Menurut Paulus pneuma orang Kristen harus dikuasai oleh
Roh Allah.[26]
2.4.
Istilah-Istilah
Antropologi menurut Pandangan Masyarakat Batak Simalungun[27]
2.4.1.
Tubuh (angkula)
Tonduy
juga memiliki tempat-tempat kediaman tertentu
di tubuh manusia seperti:
1. Si Tarihat yang berada di
kulit
2. Si Ramboeni yang tinggal di dalam daging
3. Si Goeliman yang merupakan dirinya dalam bentu otot atau
pembuluh darah
4. Si Pangoetan yang berdiam di dalam tulang
5. Si Djoengjoengan yang
menempati kepala atau otak manusia.
Konsepsi
orang Simalungu menyatakan bahwa badan manusia hanyalah selubung yang
menyelubungi tonduy. Maka
sewaktu-waktu tonduy dapat
meninggalkan tubuh manusia. Kalau tonduy pergi
hanya sementara saja, maka tubuh orang bersangkutan akan sakit. Namun apabila tonduy meninggalkan tubuh manusia itu selamanya,
maka manusia itu akan mati. Maka dengan demikian posisi tonduy dan hubungannya dengan tubuh sangat erat sekali.
2.4.2.
Jiwa (Tonduy)
Masyarakat
Simalungun Kuno percaya bahwa tonduy atau begu-begu mempunyai sifat-sifat yang
berbeda, sebagaimana dalam ungapan Simalungun “Mar tonduy na manggoluh, marbegu na dob matei” artinya bahwa
manusia yang hiduplah yang mempunyai roh, sementara orang yang sudah menginggal
rohnya berubah menjadi semacam “hantu”
atau makhluk halus. Pada hakekatnya tonduy
tidak pernah mengganggu. Sebaliknya
begu-begu sering memberikan gangguan kepada makhluk hidup. Keyakinan orang
Simalungun dipercayai bahwa ada berbagai jenis tonduy yang selalu
mengiringi perjalanan hidup manusia. Di kalangan suku Simalungun pada zaman
dahulu, dikenal berbagai macam upacara
ritual yang berhubungan dengan tonduy .
Misalnya menurut penglihatan seseorang
seseorang menjadi sakit aibat tonduy meninggalkan tubuhnya, maka diadakan upacara yang disebut mardilo tonduy,atau
maranggir, padashon sirni uhur,marbuang jakka, marbah-bah. Upacara ini
bertujuan untu memanggil kembali dan mengajak tonduy seseorang agar kembali datang dan memasui tubuhnya,
sehingga pulih kembali. Adannya kemaran tonduy
disebabkan oleh berbagai hal yaitu
mengacuhkan aturan-aturan adat, misalnyaurang menunjukkan rasa hormat kepada tondong, atau kepada yang laya
dihormati, melakuan pelanggaran menurut adat di tempat-tempat tertentu maupun
akibat tidak diacuhkan keinginan dari tonduy
2.5.
Analisa
tentang Anthropologi
2.5.1.
Anthropologi
Paulus dan kaitannya dengan Masyarakat Batak Simalungun Kuno
Hubungan
antara anthropologi Pauus dengan masyarakat Simalungun Kuno:
1. Pneuma (roh) bagi
Paulus tonduy (roh) bagi orang Simalungun Kuno
Menurut
Paulus roh menrupakan gambaran tentang pengaruh atau karunia rohani dalam
kehidupan orang yang percaya dan roh itu menggambarkan suatu khas Kristen yang
memisahkan orang Kristen dari orang di luar orang yang bukan Kristen. Roh
menurut Paulus itu berasal dari kuatnya Roh allah pada saat pertobatan dalam hidup
Kekristenan, sehingga manusia menjadi ciptaan baru (2 Kor.5:17). Roh Allah
bersaksi pada manusia yaitu bagian dalam diri manusia yang mampu menanggapu
pengaruh ilahi. Pneuma berarti eadaan manusia yang lebih tinggi, yang
tidak semata-mata baik dan tidak pula jaha. Ia dapat dicemarkan dan dapat
dikuduskan. Bagi Paulus pneuma itu
harus dikuasai oleh Allah. Sedangkan
menurut pandagan orang Simalungun Kuno mengatakan bahwa tonduy mempunyai sifat-sifat
yang berbeda. Pada hakekatnya tonduy tidak pernah mengganggu. Sebaliknya begu-begu
sering memberikan gangguan kepada makhluk hidup. Keyakinan orang Simalungun
dipercayai bahwa ada berbagai jenis tonduy
yang selalu mengiringi perjalanan
hidup manusia. Di kalangan suku Simalungun pada zaman dahulu, dikenal berbagai macam upacara ritual yang
berhubungan dengan tonduy .
2. Soma (tubuh) menurut
Paulus angkula (tubuh) bagi orang
Simalungun Kuno
Menurut
Paulus tubuh adalah sesuatu yang fana. Tubuh
yang sudah mati dapat dibangkitkan kembali. Faktanya tubuh mengalami penyakit dan
penyembuhan atau tubuh membutuhkan
makanan dan baju, dan tubuh juga perlu dibersihkan. Tujuan sebenarnya dari
tubuh itu adalah sebagai Roh Kudus, karena itu Allah dimulikan dalam Tubuh (1
Kor.6:19-20). Jadi hal ini yang membedakan tubuh dengan daging, dan
memperlihatkan bahwa tubuh lbih unggul
daripada daging. Sementara konsepsi orang Simalungun menyatakan bahwa
badan manusia hanyalah selubung yang menyelubungi tonduy. Maka sewaktu-waktu tonduy
dapat meninggalkan tubuh manusia. Kalau tonduy
pergi hanya sementara saja, maka tubuh orang bersangkutan akan sakit. Namun
apabila tonduy meninggalkan tubuh
manusia itu selamanya, maka manusia itu akan mati. Maka dengan demikian posisi tonduy dan hubungannya dengan tubuh
sangat erat sekali.
.
III.
Daftar
Pustaka
Baumgartel, Friedrich.,” καρδία” Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol.
III, Gerhard Kittel (ed) Mic: Grand
Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993
Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta:BKP-GM, 2012
Conzelman, Hans., “συνείδηις” Theological Dictionary of the New Testament
Theology (TDNT), Vol. IV, Gerhard Friedrich (ed)
Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993
Darmawijaya, Sekilas bersama Paulus,Yogyakarta:Kanisius,1992
Dasuha, J.R.P. & Martin
Lukito Sinaga., Tole! Den Timorlanden Das
Evangelium! Sejarah Seratus Tahun Pekabaran Injil DI Simalungun, 02 September
1903-2003, Pematangsiantar:Kolportase GKPS, 2003
Dun, James D. G., The Theology of Paul the Apostle, USA:Library
of Congress Catalog in Publication,1989
Guthrie, Donald., Teologi Perjanjian Baru 1,
Jakarta:BPK-GM, 2012
Jacobs, Tom., Paulus, Hidup Karya dan Teologinya,
Jakarta:BPK-GM, 1990
Ladd, George Eldon., Teologi Perjanjian Baru II,
Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2002
Napel, Henk ten., Kamus Teologi Inggris Indonesia,
Jakarta:BPK-GM, 2012
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta:Balai Pustaka,1987
Ryrie, Carles C., Teologi Dasar I, Yogyaarta:ANDI, 1991
Scheweizer, Eduard., “σάρξ”,
Theological Dictionary of the New
Testament Theology (TDNT), Vol. VII, Gerhard Friedrich (ed) Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans
Publishing Company, 1993
Schewizer, Edward., “σϖμα”, Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol.
VII, Gerhard Friedrich (ed) Mic: Grand
Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993
Schnelle, Udo., Apostle
Paul His Life and Theology, Grand Rapids, Mic: Baker Academic, English translation, 2003
Simajuntak, Postman., Berkenalan dengan Antropologi,
Jakarta:Erlangga, 2000
Wurthwein, E., “νουσ”,
Theological Dictionary of the New
Testament Theology (TDNT), Vol. IV, Gerhard Kittel (ed) Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans
Publishing Company, 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar