SCITO TE IPSUM

The greatest thing in all my life is knowing you. I want to know you more. The greatest thing in all my life is loving you. I want to love you more. The greatest thing in all my life is serving you. I want to serve you more.

Rabu, 30 Maret 2016

Teologi Perjanjian Lama 1



HAMBA TUHAN DALAM PERJANJIAN LAMA
I.                   PENDAHULUAN
Apa itu hamba? Mungkin ketika kita mendengar kata itu maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah seseorang yang melakukan peerjaan yang dianggap rendah oleh masyarakat, seseorang yang bekerja mengabdikan diri pada orang lain. Namun ternyata pemaknaaan dan pemahaman tentang hamba itu tidak hanya sekedar seperti yang disebutkan di atas. Pada kesempatan kali ni kita akan membahas mengenai Hamba Tuhan Dalam Perjanjian Lama. Apa tugasnya, dan siapa saja yang dapat dikatakan sebagi hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama. Semoga sajian kali ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah wawasa kita bersama.

II.                PEMBAHASAN
2.1.Arti Hamba Tuhan Secara Umum
Berbicara mengenai Hamba Tuhan maka  berhubungan erat dengan ibadah. Ibadah terkait seerat-eratnya  dengan suatu kegiatan manusia terhadap Allahnya, yakni dengan pelayanan kepada TUHAN. Ibadah (Arab)  adalah perkataan yang seakar dengan abodah (Ibrani) dan dihubungkan dengan ebed  (Ibrani) dan abdu (Arab) yang berarti hamba. Makna perkataan hamba itu biasanya disamakan dengan kebaktian, yang berasal dari kata bhakti yang mempunyai makna pernyataan tunduk dan hormat. Yang lebih luas dan umum hamba berarti seseorang yang  bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain, pekerja, yang menjadi milik tuannya. Berlainan dengan itu, ibadah lebih mendekati makna upacara pelayanan kepada Tuhan.[1]

2.2.Pengertian Hamba Tuhan Menurut Teologi Kristen
Perkataan hamba Yunani doulos budak belian mengandung  beberapa unsur. Pertama, unsur ketakutan dan ketaatan mutlak yang merupakan kewajiban seorang hamba terhadap tuannya.. Dalam PB ungkapan hamba Kristus jarang dipakai dengan arti umum seperti diatas. (Ikor 7:22, bnd Ul 32:36). Biasanya ungkapan itu muncul dengan arti khusus yaitu sebagai gelar yang membedakan yang empunya dari rata-rata orang kristen . Komitmen Yesus yang pertama dan terutama ialah melakukan kehendak BapaNya di. Ia datang untuk memenuhi peran hamba Tuhan. Konsep hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama  merupakan sebuah gelar kehormatan, diberlakukan kepada pemimpin bangsa Israel, dan bahkan lebih signifikan lagi kepada raja yang melayani seperti yang dikatakan Yesaya. Raja yang dimaksud merujuk pada pembawa pesan khusus yang dikirim Allah,.[2] Paulus memakainya berkenaan dengan dirinya sendiri (Gal 1:10, 2Kor 6:4), dan rekan-rekannya sekerja (Fil 1:1, Kol 4:12). Istilah ini muncul juga dalam kitab-kitab injil dengan arti yang serupa (Mat 10:24, Luk 6:40, Yoh 15:20). Maka istilah hamba merupakan sebutan khusus bagi mereka yang mengemban jabatan utusan injil atau pelayan jemaat. Di samping istilah doulos ada juga diakonos (pelayan dalam 1Kor 3:5 dan 2Kor 11:23) dan leitourgos (abdi Rom15:16,bnd 1:9) sebagai sebutan bagi mereka yang yang memenuhi tugas keagamaan. Dalam kebudayaan Yunani istilah doulos menunjukkan perhambaan seseorang kepada orang lain dan dengan demikian merupakan sebutan yang penuh dengan kehinaan. Jadi tidak mungkin seorang Yunani  menyebut dirinya sebagai hamba. Sebaliknya dalam Alkitab pemakaian istilah hamba Allah  atau hamba Kristus mengandung unsur yang tidak terpikir oleh dunia Yunani. Yaitu, bahwa justru ketaklukan mutlak kepada Tuhan menjadikan kita bebas dari perasaan takut.[3] Pemakaian gelar jabatan ini pun mencerminkan keadaan dalam PL. Sebab doulos merupkan terjemahan kata ibrani ebed צֶבֶד  (bnd bahasa Indonesia abdi) yang dalam PL menjadi sebutan tokoh-tokoh yang oleh Allah dipanggil dari tengah-tengah Israel untuk menunaikan tugas khusus.[4] Dalam hubungan ini kita mencatat bahwa Yesus juga disebut dengan istilah PL yaitu ebed ‘Hamba Tuhan’. Meskipun hanya empat kali (Kis 3:13,26, 4:27, 30), sebab biasanya hubungan Yesus dengan Tuhan diungkapkan melalui perkataan halus Anak. Dalam seluruh PB, Kristus dihubungkan seerat-eratnya dengan Allah. Di dalam Dia kehendak Allah, kuasa Allah, kemuliaan Allah hadir sepenuhnya. (Rom 9:5, bnd Yoh 1:1)...[5]
2.3.Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama
2.3.1.      Latar belakang Hamba Tuhan Menurut Perjanjian Lama
Kata Ibrani `ebed’ : צֶבֶד 'budak, hamba, pelayan'. Artinya, seseorang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain, pekerja yang menjadi milik tuannya (Zimmerli). Kata 'ebed צֶבֶד terdapat 807 kali dalam Teks Masorah Di dalam Kitab Perjanjian Lama, nama Obaja juga berarti hamba Tuhan ( ebed Yhwh).[6] Dalam Perjanjian Lama juga hamba Tuhan mengungkapkan Umat Allah yang mengalami penghinaan dan penderitaan dalam melayani Tuhan.[7] Israel adalah hamba Tuhan – itulah tujuan hidup yang sejati dari umat Allah, yang dapat ditelusuri kembali sampai pada permulaan sejarah Israel, ke Abraham, Yakub, keturunan-keturunannya, mereka semua adalah umat Allah di dalam dunia sebagai alat-alat dari rencana-rencana Tuhan.[8] Selain itu  ebed צֶבֶד juga berarti budak; hamba yang melayani raja; bawahan dalam politik; keterangan tentang diri sendiri untuk menunjukkan kerendahan hati; dan hamba-hamba dalam kuil-kuil kafir (Zimmerli).[9] Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa  untuk memahami istilah ini harus melihat nama-nama besar yang oleh para penulis Perjanjian Lama diberi gelar ini yaitu Abraham, Ishak, Yakub, Kaleb, Samuel, Salomo, Elia, Hizkia. Yesaya, Daniel, dan terutama Musa dan Daud.
Dari Hagai  kita ketahui pula bahwa Zerubabel  setelah kembali dari pembuangan  memperoleh gelar ebed ini.[10]
Siapakah hamba itu? Apakah ia Israel sejauh ia setia (Yes 49:3) yaitu perkataan hambaKu Iisrael. Namun nada orang yang terpanggil sejak dari kandungan dan bertugas di tengah umat menunjuk pada seorang tokoh  seorang nabi yang berfirman dan membangkitkan  semangat, namun ditentang orang. [11] Jadi istilah ebed ini berarti orang pilihan Allah
Dalam hidup keagamaan Israel istilah hamba atau seorang hamba menunjukkan kerendahan diri seseorang di hadapan Allahnya (ump Kel 4:10; Mzm 119:17; 143:12). Pemakaian demikian menyatakan rendahnya kedudukan pembicara, juga menyatakan tuntutan ilahi yang mutlak terhadap seorang anggota dari umat yang dipilih-Nya, dan kepercayaan yang bersesuaian dengan itu dalam menyerahkan diri kepada Allah, yang akan membela hamba-Nya. Dalam bentuk jamak arti kata itu ialah 'orang-orang saleh' (Mzm 135:14). Dalam bentuk tunggal berarti seluruh Israel (Yes 41:8). Gelar itu diberikan Allah sendiri kepada umat-Nya, suatu pemakaian gelar yang khas dalam Kitab Yesaya bagian kedua, dan mengungkapkan'pengertian tentang mutlak menjadi milik Yahweh karena kasih karunia' (Zimmerli). Konsep Hamba Allah  menurut Zimmerli dalam bukunya ‘The Servant of God’ langsung dihubungkan dengan Nyanyian tentang Hamba dalam Kitab Yesaya. Menurutnya prikop-prikop Yesaya menjadi titik tolak yang jelas untuk menelusuri keterangan latar belakang  Hamba tersebut.[12] 
Dalam Kitab *Deutero Yesaya ada empat bagian yang terkenal sebagai 'Nyanyian Hamba Tuhan', yaitu Yes. 42:1-4; 49:1-6; 50:4-9; dan 52:13-53:12 Pokoknya adalah penderitaan yang tidak semestinya ditanggung oleh Hamba Tuhan itu, bahkan termasuk kematiannya, untuk menyingkirkan dosa bangsanya. Mengenai siapa yang dimaksud dengan hamba Tuhan itu ada perbedaan pendapat. Apakah ia seorang individu atau sekelompok orang? Ada satu pandangan bahwa mungkin ia itu *Yeremia.atau  mungkin ia adalah wakil dari seluruh bangsa Israel, atau sebuah bangsa yang setia? Gambaran seorang yang tak berdosa, tetapi disiksa (Yes. 53) dan mati untuk orang lain selalu menjadi satu fokus khusus dari penafsiran, tetapi bersama dengan Nyanyian Hamba Tuhan yang lain, yang tampil adalah satu tokoh yang adalah wujud dari pengharapan nabi akan penebusan bangsa di masa datang.[13] Dalam kebanyakan kasus pada masa antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ungkapan pais theou (Anak Allah) sering diartikan sebagai Hamba Allah. Ungkapan ini meneruskan kata ebed Yhwh dalam Perjanjian Lama yakni kata hamba yang dipakai dengan makna religius. Zimmerli[14] mencatat bebrapa penggunaan hamba dalam Perjanjian Lama yaitu:
-          Cara orang saleh menyebutkan diri dihadapan Allah
-          Hamba-hamba Tuhan  merujuk kepada orang-orang saleh
-          Ebed Yhwh yang menggambarkan bangsa Israel
-          Ebed Yhwh sebagai gelar khusus untuk menggambarkan orang yang dipakai Tuhan secara istimewa.[15]
-          tokoh-tokoh yang oleh Allah dipanggil dari tengah-tengah Israel untuk menunaikan tugas khusus. Dalam PL Abraham, Musa, Daud, para nabi pada umumnya disebut hamba Tuhan[16]
-          Hamba Allah yaitu Mesias yang hanya ditemukan dalam bentuk hambaKu dan dalam hal ini pembicaranya adalah Allah.[17]
2.3.2.      Tugas dan Peranan Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama
Dalam Yesaya 40-55 terdapat 4 syair yang memperkenalkan seorang hamba Tuhan yang istimewa:
1.      42:1-4. Tuhan menunjuk orang pilihanNya yang diberikan  RohNya sebagai duta untuk sekalian bangsa. Ia mengajarkan hukum (Ibr: misypot “Keputusan adil”) tanpa kekerasan, ia berprihatin terhadap orang-orang yang patah terkulai,  dan ia teguh dalam tugasnya.
2.      49:1-6.  Tuhan menunjuk Hamba itu sejak dalam kandungan untuk memberitakan Firman keselamatanNya, bukan kepada Israel saja, melainkan kepada segala bangsa sebagai terang.
3.      50:4-9. Hamba itu mengaku sebagai murid yang tergantung kepada Tuhan. Ia rela menanggung siksaan di dalam pelayanan dalam kesadaran bahwa akhirnya Tuhan membenarkan dia.
4.      52:13-53:12 berbentuk syair dan dengan pengakuan iman pada inti 53:4-5, yang diiringi oleh cerita sengsara hamba (53:2-3 dan 6:10a) yang menang (53:3) dan menanggung dosa banyak orang (53:12).[18]
Tugas hamba Tuhan menurut Yes 42:1-4  dan 5-9::
-          Menyatakan hukum kepada bangsa (ay 1)
-          Menyatakan hukum (mishpot) dengan setia (ayat 3)
-          Menegakkan hukum di bumi. (ay4)
-          Menjadi perjanjian bagi umat manusia (ayat 6)
-          Menjadi terang untuk bangsa-bangsa (ay 6)
-          Membebaska tahanan  dari penjara (ay 8)
Sementara Tugas hamba dalam Yesaya 50:4-9(10)  disebut dengan singkat-singkat saja  yaitu ‘mendengar dengan seksama apa yang Tuhan firmankan’ (ay 4), kemudian menyampaikan firman itu kepada umat yang letih lesu agar mereka mendapat semangat yang baru (ay 6)
Tambahannya lagi mengenai Tugas  hamba Tuhan dalam dapat kita temukan dalam Yesus 52:13-53:12, yaitu:
-          Menanggung  (akibat) kejahatan umat tanpa protes (53:6-7)
-          Merelakan diri untuk dihitung sebagai pemberontak (53:12)
-          Dipenjarakan, disakiti, dan dihakimi (53:8)[19]
2.3.3.      Beberapa Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama
1.      Abraham
Abraham adalah keturunan Sem dan putra Terah. Leluhur bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain (Kej 17:5). Imannya sangat teguh dan ia disebut sebagai sahabat Allah (2 Taw 20::7), Abraham menyatakan kepercayaannya kepada Tuhan yang Maha Kuasa (Kej 17:1), Abraham berbicara dengan Tuhan demi kepentingan Ismael (Kej 17:20) dan Lot (Kej 17:18-33). Abraham berhubungan dengan Allah dalam persekutuan yang akrab (Kej 18:33) dan dianugerahi Tuhan wahyu khusus dalam bentuk penglihatan dan Tuhan berkenan menemuinya dalam wujud media manusiawi atau malaikat. Abraham beribadah kepada Tuhan dan memanggil Nama Tuhan (Kej 13:4), dan mendirikan mezbah untuk Tuhan. Terhadap keluarganya sendiri ia menunjukkan kasih sayang yang dalam. Ia diakui sebagai orang yang berhasil membina keluarganya dan menuntun anak-anaknya untuk hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan. Dengan menerapkan kebenaran dan keadilan.[20]
2.      Musa
Musa adalah  pemimpin ulung, pemberi hukum, perantara Allah membawa bangsa Israel dari tanah Mesir dan membina mereka menjadi satu umat untuk mengabdi kepada Allah  serta  membawa mereka sampai ke perbatasan tanah yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka. Ada dua tugas Musa yang sangat penting dalam membawa Bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, yaitu:
1) Sebagai pemimpin umat Israel. Musa tidak hanya diperlengkapi secara teknis dengan pertumbuhan dan pendidikannya  di Mesir. Tapi ia juga dibina menjadi pemimpin ulung berkat kesetiaan mengikut Allah dalam iman. Orang seperti itulah dibangkitkan Allah untuk memimpin umatNya dari perhambaan menuju kepada kelepasan. Mulai dari pembicaraan Musa peertama kali dengan Firaun (Kel 5:19-21), sampai ke peperangan melawan orang Midian menjelang kematiaannya (Bil 31:14-16).
2). Sebagai Nabi dan pemberi hukum. Musa menerangkan dan mengajarkan kehendak Allah, perintah-perintahNya, dan kodratNya, dan dengan sifat-sifat demikian Musalah yang secara khas merupakan teladan dari semua nabi sejati. Musa dipanggil oleh Allah (Kel 3:1-4:17), bukan hanya untuk membawa umat Israel keluar dari tanah perbudakan tetapi juga untuk menyatakan kehendak Allah.[21]
3.      Samuel
Samuel adalah seorang nabi dan ia juga adalah hakim terakhir di Israel. Ia adalah tokoh terbesar setelah Musa (Yer 15:1). Ia menggantikan Eli dalam keimaman, dan I Sam  13:13 menyatakan bahwa hanya dia sendiri yang diberi wewenang untuk memperzaembahkan Korban. Gambaran tentang Samuel disini ialah bahwa ia adalah seorang yang peka secara rohani, yang sedang mengadakan suatu upaya pembinaan untuk  maksud mengembangkan agama yang benar, upaya yang demikian selalu membutuhkan pemimpin yang menyediakan diri terjangkau oleh mereka yang diharapkannya dapat dia bina. Dalam kenegaraan, ia dipercayai untuk mengurapi seorang pemimpin nasional.[22]
4.      Daud
Daud adalah cicit dari Rut dan Boas, anak Isai dan anak bungsu dari 8 bersaudara I Sam 17:12), dan dipersiapkan untuk menjadi gembala. Dalam hal inilah dia ditempa untuk berani yang kemudian hari terbukti dalam pertempuran (I Sam 17:34-35). Dalam pekerjaan itu jugalah ia belajar kelemahlembutan dan jiwa pengasuhan terhadap kawanan dombanya, Alkitab tidak menutup-nutupi dosa Daud seperti perkaranya dengan Uria. Namun Daudlah tokoh pada zamannya yang melakukan kehendak Allah. Banyak hal dan beragam yang telah dicapai oleh Daud ia tanggap dan pintar dalam bertindak, penyair, pecinta yang lemah lembut, lawan yang bermurah hati, penegak keadilan yang kokoh, aahabat yang setia,  Orang Yahudi memandang dengan bangga dan terharu kepada Daud. Daudlah yang diidam-idamkan oleh orang-orang Yahudi, dan dalam keadaan inilah mereka menanti-nantikan kedatangan Mesias.[23]
5.      Yesaya
Menurut tradisi Yahudi, Yesaya berasal dari keluarga raja, keturunan bangsawan berdasarkan dari cerita-cerita ilahi yang tertulis dalam kitabnya. Pada masa pemerintahan Yerobeam II, Israel menikmati masa kemakmurannya akibat lemahnya  kerajaan Aram dan tidak ada campur tangan Asyur di wilayah barat untuk  beberapa waktu yang agak lama (Yes 2-4). Yesaya dipanggil menjadi nabi dalam tahun kematian raja Uzia (6:1).[24] Yesaya merasakan panggilan ilahi membebankan suatu tugas khusus ke atas bahunya (Yes 6:8-10). Sekalipun ketika ia melihat Tuhan, ia merasa tidak layak dan menggambarkan dirinya sebagai ‘seorang yang najis bibir’ (Yes 6:5). Namun ia percaya bahwa Allah telah menguduskannya sebagai persiapan untuk pekerjaannya (Yes 6:7).[25]
6.      Yeremia
Sejarah Yeremia mencakup kurun waktu 40 tahun. Ia dipanggil mrenjadi nabi pada masa pemerintahan Raja Yosia. Ia bernubuat pada pemerintahan 5 raja Yehuda terakhir sebelum Yerusalem jatuh yaitu Yosia, Yohas, Yoyakim, Yoyakhin, dan Zedekia. Yeremia adalah nabi yang senantiasa dirundung pergumulan Ia lembut hati sekaligus keras, penuh kasih tapi pantang menyerah. Dalan dirinya kelemahan daging bergumul dengan daya roh. Keinginan alami kawula muda tidak diberikan kepada nabi muda ini (Yer 16:2). Ia mendesak  suatu umat yang tidak tahu lagi hati yang remuk karena penyesalan. Ia menelanjangi dosa-dosa bangsanya dan menyatakan hukumannya walaupum dia tahu bahwa usahanya akan sia-sia. Umat yang dikasihinya membencinya. Patriot sejati yang taat tanpa pamrih di cap pengkhianat. Nabi yang dirasuki pengharapan yang tidak terpadamkan ini harus memamerkan kepalsuan pengharapan umatnya. Pendoa syafaat ini dilarang mensyafaati umatnya, dan ia juga difitnah oleh karena imamnya.[26]
7.      Obaja
Nama Obaja berarti hamba Tuhan  (Ebed Yahweh). Nabi Obaja berbeda dengan nabi lain, dalam pemberitaannya. Dia tidak memprotes dosa Israel dan tidak memberitakan kepada bangsa Israel murka Allah, sebab Yerusalem pada waktu itu sudah jatuh. Jadi hukuman Allah sudah dilaksanakan. Akan tetapi dia bernubuat melawan dan memprotes bangsa lain  terutama Edom (keturunan Esau saudara Israel). Oleh karena itu Edom dipandang sebagai saudara oleh bangsa Israel. Obaja marah kepada bangsa Edom karena justru disaat Yehuda diserbu oleh bangsa Babylon, Edom memakai kesempatan itu untuk merampas beberapa daerah Yehuda. Oleh karena itu Obaja bernubuat untuk Edom bahwa Allah akan menghukum bangsa itu. Israel sudah dihukum karena dosanya, dan akan diselamatkan.[27]
2.4.Arti dan Makna Hamba Tuhan Menurut Teologi Perjanjian Lama
Kita telah melihat bahwa istilah ebed ini berarti orang pilihan Allah, hamba yang diurapi oleh Alah untuk melayankan firman dan kehendak Allah kepada UmatNya. Arti dan makna hamba Tuhan dalam Teologi Perjanjian Lama sesuai dengan peranannya masing-masing adalah sebagai berikut:
a.      Nabi[28]
Nabi berarti orang yang dipanggil untuk berbicara atas nama Allah.[29] Kata Ibrani nabi, (נֵבִא ) biasanya digunakan untuk menyebutkan beberapa jenis orang yang berbeda, yang memainkan peranan yang berlainan dalam kehidupan agama Israel. Jenis-jenis orang itu adalah sebagai berikut:
1). Pelihat-pelihat[30] adalah orang yang mampu melihat dan menafsirkan kebenaran tentang masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang secara lebih tepat daripada orang lain. Mereka diharapkan dapat memberikan jawaban atas persoalan-persoalan sehari-hari, khususnya meramal mengenai masa depan. Mereka dapat juga menyampaikan berita yang penting mengenai kehendak Allah (Bil 29:22-24. I Sam 10:1), dan pengetahuan mereka yang mendalam dan khusus itu adalah pemberian dari Allah (I Sam 3:15). Jika suatu saat tidak ada seorang pelihatpun, maka Israel percaya bahwa itu adalah pertanda bahwa Allah tidak senang dengan Israel (I Sam 3:1, 28:6).
2). Rombongan Nabi[31] adalah kelompok orang yang biasanya hidup bersama-sama disuatu tempat ibadah seperti di Gilgal dan Gibea (II Raj 4:38, I Sam 10:10, II Raj 2:5). Melalui rangsangan musik mereka dapat keserupan  roh bersama-sama (I Sam 10:5). Di dalam dunia kekafiran, biasanya nabi-nabi jika keserupan melukai dirinya bersama-sama (I Raj 18:28). Tidak ada bukti bahwa praktek seperti itu terdapat dikalangan orang Israel. Rombongan nabi atau anak nabi menegaskan bahwa mereka dapat menyampaikan suatu pesan yang diterima dari Allah sebagai pesan yang benar (I Raj 22:6). Mereka sepertinya tidak selalu disegani(II Raj 9:11). Amoz sendiripun menolak disamakan dengan mereka (Am 7:14). Tetapi ada dari mereka yang benar-benar dipakai oleh Allah dan hanya bernubuat setelah dihuni olehNya. Dalam hal demikian pemberitaan mereka sangat penting dan biasanya disampaikan dalam bentuk puisi. Dan para ahli menyatakan bahwa Mazmur-mazmur yang mengandung pemberitaan dari Allah berasal dari para nabi seperti ini (Mzm 12:6, 14:5, 50, 81:9-17, 82:2-7,dst). Akan tetapi ada pula rombongan nabi yang berpura-pura mengalami kepenuhan roh dan bernubuatm padahal tidak dari Allah demi mendapatkan bayaran (Yes 28:7, Yer 5:31, 6:13, lih Ul 18:20).
3). Nabi-nabi perorangan[32] inilah yang rupanya cocok ddengan sebutan “nabi” atau “nabi Allah”. Misalnay: Natan, Elia, Yesaya, Yehezkiel, Hagai, dan laonnya. Para Nabi ini mulai memainkan peranan yang penting di Israel ketika telah ad raja-raja yang terpilih dan diurapi. Raja yang dipilih dengan maksud antara lain supaya memimpin bangsa Israel beribadah kepada Allah. Akan tetapi seringkali mereka mengabaikan tanggungjawab tersebut demi mencapai kesenangan pribadi. Oleh karena itu maka para nabi sebagai juru bicara Allah atas nama Allah mengecam raja-raja yang melupakan tanggungjawabnya itu dan menunjukkan apa yang harus mereka lakukan yang sesuai dengan kehendak Allah. Nabi bertindak sebagai penasehat raja.[33]
b.      Imam[34]
Tugas Para Imam ialah memimpin umat Israel untuk beribadah kepada Allah, dan berusaha agar peribadahan umat itu berlangsung secara teratur, dan benar menurut tata kebiasaan agama yang berlaku. Salah satu hal yang terpenting dalam peribadahan Israel adalah korban peresmbahan. Namun Imam bukanlah satu-satunya orang yang berhak untuk mempersembahkan korban (Hak 6:22-24, 13:19, dll). Tugasnya ialah mempelajari dan menafsirkan maksud dari peraturan-peraturan dan hukum tentang korban persembahan serta memberikan nasehat-nasehat tentang cara pelaksanannya yang baik. Terdapat juga pada bagian Alkitab kecaman terhadap Imam karena tidak mengetahui hukum taurat dengan benar (Hosea 4:6, Yer 2:8, Yeh 7:26). Pada mulanya tugas imamat diserahkan kepada kaum Lewi yaitu suku atau keluarga lewi (Ul 33:8-10). Mereka juga memiliki perlengkapan khusus yang dikenal dengan sebutan Urim dan tumim yaitu sejenis alat untuk mengundi dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memutuskan perkara-perkara yang ditemui dalam pelaksanaan peribadahannya (Bil 27:21, I Sam 14:41). Imam-imam melanjutkan pekerjaan mereka seperti biasa di tempat-tempat ibadah di luar Yerusalem, karena sekalipun Bait Allah telah dibangun tetapi banyak bangsa Israel yang masih beribadah di tempat-tempat suci yang tersebar di seluruh Israel. Setelah Israel raya terpecah menjadi dua kerajaan, maka tempat-tempat suci itu seperti Dan dan Betel menjadi tempat peribadahan resmi khususnya Israel Utara (I Raj 12:28).
c.       Hakim-hakim
Dalam hubungan antara Israel dengan pemberian hukum taurat di Gunung Sinai, Hakim-hakim merupakan para petugas yang ditunjuk Allah untuk mengadili bangsa Israel apabila mereka melanggar  hukum taurat. Namun pada kenyataannya hal itu tidak benar. Pada umumnya mereka tidak melaksanakan peradilan, Tugas mereka bukan untuk mendengar atau membuat keputusan hukum melainkan para hakim disini adalah para  pemimpin militer atau tokoh-tokoh pembebas dengan kharisma yang dibangkitkan dan diberikan kuasa oleh Allah untuk menangani masalah tertentu yaitu memimpin, membawa, dan membebaskan. Tugas hakim adalah menegakkan hukum dan keadilan ditengah-tengah umat Allah dan mempertahankan secara tetap keamanan Israel dari gangguan musuh musuh .[35]
d.      Raja[36]
Raja-raja pertama di Israel mempunyai tugas politis. Raja-raja ini bekerja untuk mempersatukan keduabelas suku Israel menjadi satu bangsa dan memperkuat mereka dalam melawan musuh-musuh Israel. Dari sisi keagamaan, orang Israel percaya bahwa Allah telah memberikan kepada mereka tanah Palestina dan  bermaksud agar mereka dapat hidup bebas dan tentram di tanah mereka. Raja juga memiliki tanggung jawab memimpin bangsa Israel beribadah kepada Allah.[37] Para Hakim tidak berhasil mempertahankan secara tetap keamanan Israel dari gangguan musuh-musuh. Karena itu merekapun berkeinginan memilih seorang raja dengan harapan raja tersebut akan lebih berhasil mempertahankan keamanan mereka dan mengalahkan musuh-musuh mereka. Karena itulah pemilihan dan pengangkatan seorang raja harus berdasarkan persetujuan dari Allah. Raja-raja diurapi sebagai tanda bahwa mereka adalah hamba Allah. Keberhasilan mereka dalam peperangan dipandang sebagai bukti bahswa raja itu benar-benar dipilih dan di tunjuk oleh Allah.[38]
2.5.Konteks Hamba Tuhan Masa Kini
Penggambran hamba Tuhan memang serba kompleks. Yang penting ialah supaya sang hamba baik perseorangan maupun kolektif menjadi alat demi tercapainya maksud Tuhan. Maka maksud Tuhan itu adalah untuk membahagiakan umat manusia, termasuk gereja. Gereja itu  sendiri mendapat kebahagiaan bilamana merelakan diri menjadi alat demi pembahagiaan umat manusia secara menyeluruh. Itu berarti bahwa kita sebagai gereja pada zaman modern  mempunyai tugas dan panggilan baik secara perseorangan maupun secara kolektif untuk menjadi hamba Tuhan pada masa kini. Gereja modern dimanapun merupakan golongan minoritas sehingga tidak mungkin mengkristenkan orang secara paksa. Secara positif perlu ditekankan bahwa gereja masa kini dipanggil untuk mewujudkan kasih dan kerinduan Allah untuk keselamatan bangsa-bangsa. Hal itu membuat kita masuk ke dalam usaha-usaha yang mengutamakan keadilan dan kemanusiaan. Panggilan demikian masih tetap menuntut kerelaan kita untuk berkorban dan mengalami sengsara demi penyataan kehendak Tuhan. Gereja dan umat yang rela melibatkan diri seperti itu layak disebut hamba Tuhan.[39] Hamba Tuhan dalam konteks masa kini memang jelas adalah mereka yang dipersiapkan oleh gereja secara khusus untuk menjadi pelayan penuh di gereja, diberi kedudukan khusus. Gereja masa kini mempercayakan tugas-tugas tertentu sepenuhnya kepada mereka. Tetapi kita semua adalah hamba Tuhan. Kita semua mempunyai kewajiban untuk menyebarkan kabar baik tentang Yesus, memiliki tanggungjawab untuk melakukan penggembalaan terhadap mereka yang berada di rumah kita dan di tempat kita bekerja. Kita semua harus mengetahui Perjanjian Baru, tentang karunia Allah.[40]
2.6.Refleksi dan Kajian Bagi Kehidupan Hamba Tuhan Masa Kini
Sering sekali kebanyakan orang Kristen memahami bahwa yang disebut hamba Tuhan adalah mereka yang  mengambil bagian dalam pelayanan di gereja saja, seperti pendeta, dan pelayan-pelayan gereja lainnya. Bahkan sering juga kita sebagai mahasiswa teologia khususnya sering sekali kurang menyadari status kita sebagai hamba Tuhan. Hal itu terbukti dengan seringnya kita mengatakan bahwasanya kita adalah calon-calon hamba Tuhan, padahal kita ini adalah hamba Tuhan. Seperti apa yang telah kita ketahui dari penjelasan di atas bahwa hamba Tuhan adalah mereka yang telah dipilih dan mempersaksikan tentang Yesus Kristus yang telah menyelamatkan kita dengan darahNya yang tercurah di bukit Golgata. Ia yang telah menang melawan maut melalui kebangkitanNya dari antara orang mati. Setiap  orang yang mau dengan taat dan rela menderita demi memberitakan injil baik di keluarga, lingkungan sekitar, dan bahkan kepada setiap orang yang belum mendengar berita keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat yang hidup adalah hamba Tuhan. Jadi kita ini adalah gereja. Gereja yang memancarkan terang Kristus yang menerangi dunia yang gelap ini. Jadi tugas kita mahasiswa teologia yang adalah hamba Tuhan, marilah kita bersama-sama menyadari bahwa arti dan makna hamba Tuhan tidak terkungkung pada diri orang atau kelompok yang melayani di gereja saja, tetapi setiap kita yang telah percaya kepada Kristus memiliki tugas amanat agung dari Tuhan Yesus untuk pergi, menjadikan semua bangsa menjadi murid Yesus, membaptis mereka dalam nama Allah Bapa, dan Anak, dan Roh kudus dan mengajar mereka melaukan segala perintahNya (Mat28:19-20).

III.             KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas maka penyaji dapat menyimpulka bahwa hamba Tuhan adalah berasal dari kata ebed yang berarti hamba atau budak, atau orang yang bekerja bagi orang lain, yang dengan taat dan keendahan hati mau melayani tuannya dan menggantungkan seluruh hidupnya kepada tuannya. Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama adalah orang-orang yang dipilih dan diurapi Allah untuk menyampaikan firman dan kehendak Allah kepada umatNya yaitu Israel dan juga bangsa lain.. Ia yang rela dihina, dan menderita diperlakukan tidak adil oleh bangsanya sendiri. Dan dapat dilihat dengan jelas tugas dari Hamba Tuhan itu pada kitab Deutro Yesaya. Dan akhirnya dalam PB tugas hamba Tuhan yang sejati itu dapat dilihat dan diteladani dalam diri Yesus Kristus yang dengan rela menderita dan mengalami penganiayaan dan kemudian disalibkan, mati dan dikuburkan. Pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati. Paulus dan para utusan injil dalam PB juga disebut sebagai hamba Kristus atauapun hamba Allah.

IV.             DAFTAR PUSTAKA
Barth, C., Theologia Perjanjian Lama 3, (Jakarta:BPK-GM, 2005)
Barth, Christoph Barth & Marie, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta:BPK-GM, 2010)
Blommendaal, J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 1991)
Browning, W. R. F., Kamus Alkitab,(Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2009)
Davidson, Robert, Alkitab berbicara, (Jakarta: BPK-GM, 2001)
Douglas, I D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, A-L, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008)
Douglas, I D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, M-Z (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008)
End, Th. Van den, Tafsiran Alkitab Surat Roma, (Jakarta:BPK-GM.2008)
Gibbsm, Sddie, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, (Jakarta:BPK-GM,2010)
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta:BPK-GM,2005)
Hinson, David F., Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta:BPK-GM, 2012)
Jeremias, W Zimmerli & J., The Servant of God, (London: SCM PRESS, 1957)
Jeremias, W. Zimmerli & J., The Servant of God, (London: SCM PRESS, 1957)
Lassor, W . S., D, A, Hubbardm dkk., (Pengantar Perjanjian Lama 1 (Kalrta: BPK-GM, 2009)
Lassor, W. S., D, A, Hubbardm dkk., (Pengantar Perjanjian Lama 2 (Kalrta: BPK-GM, 2009)
Siahaan, S. M, Pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK-GM, 2008)
Suleeman, P., Masihkah Benih Tersimpan?, (Jakarta: BPK-GM, 1990)
Yeboahm, Abraham, Stai Asempa ,dkk, Garis-garis Khotbah Menurut Tahun Gerejawi, (Jakarta:BPK-GM,2008)



[1]  C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 3, (Jakarta:BPK-GM, 2005), 96
[2]  Sddie Gibbsm, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, (Jakarta:BPK-GM,2010),24
[3]  Th. Van den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, (Jakarta:BPK-GM.2008), 19
[4]  Th. Van den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, (Jakarta:BPK-GM.2008), 20
[5]  Ibid, 20
[6]  J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 1991),131-132
[7]  Robert Davidson, Alkitab berbicara, (Jjakarta:BPK-GM,2001), 172
[8]  Ibid, 104
[9]  W Zimmerli & J. Jeremias, The Servant of God, (London: SCM PRESS, 1957), 44
[10]  S. M Siahaan, Pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK-GM, 2008), 143
[11]  Christoph Barth & Marie Barth, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta:BPK-GM, 2010), 379
[12]  Donald Guthric, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta:BPK-GM,2005), 292
[13]  W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2009), 131
[14]  W. Zimmerli & J. Jeremias, The Servant of God, 44
[15]  Donald Guthric, Teologi Perjanjian Baru 1, 292
[16]  Th. Van den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, (Jakarta:BPK-GM.2008), 20
[17]  Donald Guthric, Teologi Perjanjian Baru 1, 292
[18]  Christoph Barth & Marie Barth, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta:BPK-GM, 2010), 378
[19]  P. Suleeman, Masihkah Benih Tersimpan?, (Jakarta:BPK-GM, 1990), 129-132
[20]   I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, A-L, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008), 3-6
[21]  I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, M-Z (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008), 102-107
[22]   I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, M-Z, 354-355
[23]   I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, A-L, 241
[24]   I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, M-Z, 576
[25]  W. S. Lassor, D, A, Hubbardm dkk., Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta: BPK-GM, 2009), 256
[26]  I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, M-Z, 562-564
[27]  J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama,131-132
[28]  David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta:BPK-GM, 2012),128-129
[29] W . S. Lassor, D, A, Hubbardm dkk., Pengantar Perjanjian Lama 2, 183
[30]  David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 128-129
[31]  David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 129
[32]  David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 129-130
[33]  David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 130
[34]  David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 130-131
[35]  W . S. Lassor, D, A, Hubbardm dkk., Pengantar Perjanjian Lama 1, 301
[36]  David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 127-128
[37]  David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 130
[38]  David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, 127
[39]  P. Suleeman, Masihkah Benih Tersimpan?, (Jakarta: BPK-GM, 1990), 135-136
[40]  Abraham Yeboahm, Stai Asempa ,dkk., Garis-garis Khotbah Menurut Tahun Gerejawi, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 339

Tidak ada komentar:

Posting Komentar