HAMBA TUHAN DALAM PERJANJIAN
LAMA
I.
PENDAHULUAN
Apa
itu hamba? Mungkin ketika kita mendengar kata itu maka yang terlintas dalam pikiran
kita adalah seseorang yang melakukan peerjaan yang dianggap rendah oleh
masyarakat, seseorang yang bekerja mengabdikan diri pada orang lain. Namun
ternyata pemaknaaan dan pemahaman tentang hamba itu tidak hanya sekedar seperti
yang disebutkan di atas. Pada kesempatan kali ni kita akan membahas mengenai
Hamba Tuhan Dalam Perjanjian Lama. Apa tugasnya, dan siapa saja yang dapat
dikatakan sebagi hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama. Semoga sajian kali ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah wawasa kita bersama.
II.
PEMBAHASAN
2.1.Arti Hamba Tuhan Secara
Umum
Berbicara
mengenai Hamba Tuhan maka berhubungan
erat dengan ibadah. Ibadah terkait seerat-eratnya dengan suatu kegiatan manusia terhadap
Allahnya, yakni dengan pelayanan kepada TUHAN. Ibadah (Arab) adalah perkataan yang seakar dengan abodah (Ibrani) dan dihubungkan dengan
ebed (Ibrani) dan abdu (Arab) yang
berarti hamba. Makna perkataan hamba itu biasanya disamakan dengan kebaktian,
yang berasal dari kata bhakti yang mempunyai makna pernyataan tunduk dan
hormat. Yang lebih luas dan umum hamba berarti seseorang yang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk
melaksanakan kehendak orang lain, pekerja, yang menjadi milik tuannya.
Berlainan dengan itu, ibadah lebih mendekati makna upacara pelayanan kepada
Tuhan.[1]
2.2.Pengertian Hamba Tuhan
Menurut Teologi Kristen
Perkataan
hamba Yunani doulos budak belian
mengandung beberapa unsur. Pertama,
unsur ketakutan dan ketaatan mutlak yang merupakan kewajiban seorang hamba
terhadap tuannya.. Dalam PB ungkapan hamba Kristus jarang dipakai dengan arti
umum seperti diatas. (Ikor 7:22, bnd Ul 32:36). Biasanya ungkapan itu muncul
dengan arti khusus yaitu sebagai gelar yang membedakan yang empunya dari
rata-rata orang kristen . Komitmen Yesus yang pertama dan terutama ialah melakukan
kehendak BapaNya di. Ia datang untuk memenuhi peran hamba Tuhan. Konsep
hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama merupakan sebuah gelar kehormatan,
diberlakukan kepada pemimpin bangsa Israel, dan bahkan lebih signifikan lagi
kepada raja yang melayani seperti yang dikatakan Yesaya. Raja yang dimaksud
merujuk pada pembawa pesan khusus yang
dikirim Allah,.[2] Paulus
memakainya berkenaan dengan dirinya
sendiri (Gal 1:10, 2Kor 6:4), dan rekan-rekannya
sekerja (Fil 1:1, Kol 4:12). Istilah ini muncul juga dalam kitab-kitab
injil dengan arti yang serupa (Mat 10:24, Luk 6:40, Yoh 15:20). Maka istilah
hamba merupakan sebutan khusus bagi mereka yang mengemban jabatan utusan injil atau pelayan jemaat. Di samping
istilah doulos ada juga diakonos
(pelayan dalam 1Kor 3:5 dan 2Kor 11:23) dan leitourgos (abdi Rom15:16,bnd 1:9) sebagai sebutan bagi mereka yang
yang memenuhi tugas keagamaan. Dalam kebudayaan Yunani istilah doulos
menunjukkan perhambaan seseorang kepada orang lain dan dengan demikian
merupakan sebutan yang penuh dengan kehinaan. Jadi tidak mungkin seorang
Yunani menyebut dirinya sebagai hamba.
Sebaliknya dalam Alkitab pemakaian istilah hamba Allah atau hamba Kristus mengandung unsur yang
tidak terpikir oleh dunia Yunani. Yaitu, bahwa justru ketaklukan mutlak kepada
Tuhan menjadikan kita bebas dari perasaan takut.[3]
Pemakaian gelar jabatan ini pun mencerminkan keadaan dalam PL. Sebab doulos
merupkan terjemahan kata ibrani ebed צֶבֶד (bnd bahasa Indonesia
abdi) yang dalam PL menjadi sebutan tokoh-tokoh yang oleh Allah dipanggil dari
tengah-tengah Israel untuk menunaikan tugas khusus.[4]
Dalam hubungan ini kita mencatat bahwa Yesus juga disebut dengan istilah PL
yaitu ebed ‘Hamba Tuhan’. Meskipun hanya empat kali (Kis 3:13,26, 4:27, 30),
sebab biasanya hubungan Yesus dengan Tuhan diungkapkan melalui perkataan halus
Anak. Dalam seluruh PB, Kristus dihubungkan seerat-eratnya dengan Allah. Di
dalam Dia kehendak Allah, kuasa Allah, kemuliaan Allah hadir sepenuhnya. (Rom
9:5, bnd Yoh 1:1)...[5]
2.3.Hamba Tuhan dalam Perjanjian
Lama
2.3.1.
Latar
belakang Hamba Tuhan Menurut Perjanjian Lama
Kata
Ibrani `ebed’ : צֶבֶד 'budak, hamba, pelayan'. Artinya, seseorang bekerja untuk
keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain, pekerja yang
menjadi milik tuannya (Zimmerli). Kata 'ebed צֶבֶד terdapat 807 kali dalam Teks Masorah Di dalam Kitab Perjanjian
Lama, nama Obaja juga berarti hamba Tuhan ( ebed Yhwh).[6]
Dalam Perjanjian Lama juga hamba Tuhan mengungkapkan Umat Allah yang mengalami penghinaan dan penderitaan dalam melayani
Tuhan.[7]
Israel adalah hamba Tuhan – itulah
tujuan hidup yang sejati dari umat Allah, yang dapat ditelusuri kembali sampai
pada permulaan sejarah Israel, ke Abraham, Yakub, keturunan-keturunannya,
mereka semua adalah umat Allah di dalam dunia sebagai alat-alat dari
rencana-rencana Tuhan.[8]
Selain itu ebed צֶבֶד juga berarti budak; hamba yang melayani raja; bawahan dalam
politik; keterangan tentang diri sendiri untuk menunjukkan kerendahan hati; dan
hamba-hamba dalam kuil-kuil kafir (Zimmerli).[9]
Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa
untuk memahami istilah ini harus melihat nama-nama besar yang oleh para penulis Perjanjian Lama diberi gelar
ini yaitu Abraham, Ishak, Yakub, Kaleb, Samuel, Salomo, Elia, Hizkia. Yesaya,
Daniel, dan terutama Musa dan Daud.
Dari Hagai kita ketahui pula bahwa Zerubabel setelah kembali dari pembuangan memperoleh gelar ebed ini.[10]
Siapakah
hamba itu? Apakah ia Israel sejauh ia setia (Yes 49:3) yaitu perkataan hambaKu
Iisrael. Namun nada orang yang terpanggil sejak dari kandungan dan bertugas di
tengah umat menunjuk pada seorang tokoh
seorang nabi yang berfirman dan membangkitkan semangat, namun ditentang orang. [11]
Jadi istilah ebed ini berarti orang pilihan Allah
Dalam
hidup keagamaan Israel istilah hamba atau seorang hamba menunjukkan kerendahan
diri seseorang di hadapan Allahnya (ump Kel 4:10; Mzm 119:17; 143:12).
Pemakaian demikian menyatakan rendahnya kedudukan pembicara, juga menyatakan
tuntutan ilahi yang mutlak terhadap seorang anggota dari umat yang dipilih-Nya,
dan kepercayaan yang bersesuaian dengan itu dalam menyerahkan diri kepada
Allah, yang akan membela hamba-Nya. Dalam bentuk jamak arti kata itu ialah
'orang-orang saleh' (Mzm 135:14). Dalam bentuk tunggal berarti seluruh Israel
(Yes 41:8). Gelar itu diberikan Allah sendiri kepada umat-Nya, suatu pemakaian
gelar yang khas dalam Kitab Yesaya bagian kedua, dan mengungkapkan'pengertian
tentang mutlak menjadi milik Yahweh karena kasih karunia' (Zimmerli).
Konsep Hamba Allah menurut Zimmerli
dalam bukunya ‘The Servant of God’ langsung dihubungkan dengan Nyanyian tentang
Hamba dalam Kitab Yesaya. Menurutnya prikop-prikop Yesaya menjadi titik tolak
yang jelas untuk menelusuri keterangan latar belakang Hamba tersebut.[12]
Dalam
Kitab *Deutero Yesaya ada empat bagian yang terkenal sebagai 'Nyanyian Hamba
Tuhan', yaitu Yes. 42:1-4; 49:1-6; 50:4-9; dan 52:13-53:12 Pokoknya adalah
penderitaan yang tidak semestinya ditanggung oleh Hamba Tuhan itu, bahkan
termasuk kematiannya, untuk menyingkirkan dosa bangsanya. Mengenai siapa yang
dimaksud dengan hamba Tuhan itu ada perbedaan pendapat. Apakah ia seorang
individu atau sekelompok orang? Ada satu pandangan bahwa mungkin ia itu
*Yeremia.atau mungkin ia adalah wakil
dari seluruh bangsa Israel, atau sebuah bangsa yang setia? Gambaran seorang yang
tak berdosa, tetapi disiksa (Yes. 53) dan mati untuk orang lain selalu menjadi
satu fokus khusus dari penafsiran, tetapi bersama dengan Nyanyian Hamba Tuhan
yang lain, yang tampil adalah satu tokoh yang adalah wujud dari pengharapan
nabi akan penebusan bangsa di masa datang.[13]
Dalam kebanyakan kasus pada masa antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,
ungkapan pais theou (Anak Allah)
sering diartikan sebagai Hamba Allah. Ungkapan ini meneruskan kata ebed Yhwh
dalam Perjanjian Lama yakni kata hamba yang dipakai dengan makna religius.
Zimmerli[14] mencatat
bebrapa penggunaan hamba dalam Perjanjian Lama yaitu:
-
Cara orang saleh
menyebutkan diri dihadapan Allah
-
Hamba-hamba Tuhan merujuk kepada orang-orang saleh
-
Ebed Yhwh yang
menggambarkan bangsa Israel
-
Ebed Yhwh sebagai gelar
khusus untuk menggambarkan orang yang dipakai Tuhan secara istimewa.[15]
-
tokoh-tokoh yang oleh
Allah dipanggil dari tengah-tengah Israel untuk menunaikan tugas khusus. Dalam
PL Abraham, Musa, Daud, para nabi pada umumnya disebut hamba Tuhan[16]
-
Hamba Allah yaitu
Mesias yang hanya ditemukan dalam bentuk hambaKu dan dalam hal ini pembicaranya
adalah Allah.[17]
2.3.2.
Tugas
dan Peranan Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama
Dalam
Yesaya 40-55 terdapat 4 syair yang memperkenalkan seorang hamba Tuhan yang
istimewa:
1. 42:1-4.
Tuhan menunjuk orang pilihanNya yang diberikan
RohNya sebagai duta untuk sekalian bangsa. Ia mengajarkan hukum (Ibr:
misypot “Keputusan adil”) tanpa kekerasan, ia berprihatin terhadap orang-orang
yang patah terkulai, dan ia teguh dalam
tugasnya.
2. 49:1-6. Tuhan menunjuk Hamba itu sejak dalam
kandungan untuk memberitakan Firman keselamatanNya, bukan kepada Israel saja,
melainkan kepada segala bangsa sebagai terang.
3. 50:4-9.
Hamba itu mengaku sebagai murid yang tergantung kepada Tuhan. Ia
rela menanggung
siksaan di dalam pelayanan dalam kesadaran bahwa akhirnya Tuhan
membenarkan dia.
4. 52:13-53:12
berbentuk syair dan dengan pengakuan iman pada inti 53:4-5, yang diiringi oleh
cerita sengsara hamba (53:2-3 dan 6:10a) yang menang (53:3) dan menanggung
dosa banyak orang (53:12).[18]
Tugas hamba
Tuhan menurut Yes 42:1-4 dan 5-9::
-
Menyatakan hukum kepada
bangsa (ay 1)
-
Menyatakan hukum
(mishpot) dengan setia (ayat 3)
-
Menegakkan hukum di
bumi. (ay4)
-
Menjadi perjanjian bagi
umat manusia (ayat 6)
-
Menjadi terang untuk
bangsa-bangsa (ay 6)
-
Membebaska tahanan dari penjara (ay 8)
Sementara Tugas
hamba dalam Yesaya 50:4-9(10) disebut
dengan singkat-singkat saja yaitu
‘mendengar dengan seksama apa yang Tuhan firmankan’ (ay 4), kemudian
menyampaikan firman itu kepada umat yang letih lesu agar mereka mendapat semangat
yang baru (ay 6)
Tambahannya lagi
mengenai Tugas hamba Tuhan dalam dapat
kita temukan dalam Yesus 52:13-53:12, yaitu:
-
Menanggung (akibat) kejahatan umat tanpa protes (53:6-7)
-
Merelakan diri untuk
dihitung sebagai pemberontak (53:12)
-
Dipenjarakan, disakiti,
dan dihakimi (53:8)[19]
2.3.3.
Beberapa
Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama
1.
Abraham
Abraham
adalah keturunan Sem dan putra Terah. Leluhur bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa
lain (Kej 17:5). Imannya sangat teguh dan ia disebut sebagai sahabat Allah (2
Taw 20::7), Abraham menyatakan kepercayaannya kepada Tuhan yang Maha Kuasa (Kej
17:1), Abraham berbicara dengan Tuhan demi kepentingan Ismael (Kej 17:20) dan
Lot (Kej 17:18-33). Abraham berhubungan dengan Allah dalam persekutuan yang
akrab (Kej 18:33) dan dianugerahi Tuhan wahyu khusus dalam bentuk penglihatan
dan Tuhan berkenan menemuinya dalam wujud media manusiawi atau malaikat.
Abraham beribadah kepada Tuhan dan memanggil Nama Tuhan (Kej 13:4), dan
mendirikan mezbah untuk Tuhan. Terhadap keluarganya sendiri ia menunjukkan
kasih sayang yang dalam. Ia diakui sebagai orang yang berhasil membina
keluarganya dan menuntun anak-anaknya untuk hidup menurut jalan yang
ditunjukkan Tuhan. Dengan menerapkan kebenaran dan keadilan.[20]
2.
Musa
Musa
adalah pemimpin ulung, pemberi hukum,
perantara Allah membawa bangsa Israel dari tanah Mesir dan membina mereka
menjadi satu umat untuk mengabdi kepada Allah
serta membawa mereka sampai ke
perbatasan tanah yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka. Ada dua
tugas Musa yang sangat penting dalam membawa Bangsa Israel keluar dari tanah
Mesir, yaitu:
1) Sebagai pemimpin
umat Israel. Musa tidak hanya diperlengkapi secara teknis dengan pertumbuhan
dan pendidikannya di Mesir. Tapi ia juga
dibina menjadi pemimpin ulung berkat kesetiaan mengikut Allah dalam iman. Orang
seperti itulah dibangkitkan Allah untuk memimpin umatNya dari perhambaan menuju
kepada kelepasan. Mulai dari pembicaraan Musa peertama kali dengan Firaun (Kel
5:19-21), sampai ke peperangan melawan orang Midian menjelang kematiaannya (Bil
31:14-16).
2). Sebagai Nabi dan
pemberi hukum. Musa menerangkan dan mengajarkan kehendak Allah,
perintah-perintahNya, dan kodratNya, dan dengan sifat-sifat demikian Musalah
yang secara khas merupakan teladan dari semua nabi sejati. Musa dipanggil oleh Allah
(Kel 3:1-4:17), bukan hanya untuk membawa umat Israel keluar dari tanah
perbudakan tetapi juga untuk menyatakan kehendak Allah.[21]
3.
Samuel
Samuel
adalah seorang nabi dan ia juga adalah hakim terakhir di Israel. Ia adalah
tokoh terbesar setelah Musa (Yer 15:1). Ia menggantikan Eli dalam keimaman, dan
I Sam 13:13 menyatakan bahwa hanya dia
sendiri yang diberi wewenang untuk memperzaembahkan Korban. Gambaran tentang
Samuel disini ialah bahwa ia adalah seorang yang peka secara rohani, yang
sedang mengadakan suatu upaya pembinaan untuk
maksud mengembangkan agama yang benar, upaya yang demikian selalu
membutuhkan pemimpin yang menyediakan diri terjangkau oleh mereka yang
diharapkannya dapat dia bina. Dalam kenegaraan, ia dipercayai untuk mengurapi seorang
pemimpin nasional.[22]
4.
Daud
Daud
adalah cicit dari Rut dan Boas, anak Isai dan anak bungsu dari 8 bersaudara I
Sam 17:12), dan dipersiapkan untuk menjadi gembala. Dalam hal inilah dia
ditempa untuk berani yang kemudian hari terbukti dalam pertempuran (I Sam
17:34-35). Dalam pekerjaan itu jugalah ia belajar kelemahlembutan dan jiwa
pengasuhan terhadap kawanan dombanya, Alkitab tidak menutup-nutupi dosa Daud
seperti perkaranya dengan Uria. Namun Daudlah tokoh pada zamannya yang
melakukan kehendak Allah. Banyak hal dan beragam yang telah dicapai oleh Daud
ia tanggap dan pintar dalam bertindak, penyair, pecinta yang lemah lembut,
lawan yang bermurah hati, penegak keadilan yang kokoh, aahabat yang setia, Orang Yahudi memandang dengan bangga dan
terharu kepada Daud. Daudlah yang diidam-idamkan oleh orang-orang Yahudi, dan
dalam keadaan inilah mereka menanti-nantikan kedatangan Mesias.[23]
5.
Yesaya
Menurut
tradisi Yahudi, Yesaya berasal dari keluarga raja, keturunan bangsawan
berdasarkan dari cerita-cerita ilahi yang tertulis dalam kitabnya. Pada masa
pemerintahan Yerobeam II, Israel menikmati masa kemakmurannya akibat
lemahnya kerajaan Aram dan tidak ada
campur tangan Asyur di wilayah barat untuk
beberapa waktu yang agak lama (Yes 2-4). Yesaya dipanggil menjadi nabi
dalam tahun kematian raja Uzia (6:1).[24]
Yesaya merasakan panggilan ilahi membebankan suatu tugas khusus ke atas bahunya
(Yes 6:8-10). Sekalipun ketika ia melihat Tuhan, ia merasa tidak layak dan
menggambarkan dirinya sebagai ‘seorang yang najis bibir’ (Yes 6:5). Namun ia
percaya bahwa Allah telah menguduskannya sebagai persiapan untuk pekerjaannya
(Yes 6:7).[25]
6.
Yeremia
Sejarah
Yeremia mencakup kurun waktu 40 tahun. Ia dipanggil mrenjadi nabi pada masa
pemerintahan Raja Yosia. Ia bernubuat pada pemerintahan 5 raja Yehuda terakhir sebelum
Yerusalem jatuh yaitu Yosia, Yohas, Yoyakim, Yoyakhin, dan Zedekia. Yeremia
adalah nabi yang senantiasa dirundung pergumulan Ia lembut hati sekaligus
keras, penuh kasih tapi pantang menyerah. Dalan dirinya kelemahan daging bergumul
dengan daya roh. Keinginan alami kawula muda tidak diberikan kepada nabi muda
ini (Yer 16:2). Ia mendesak suatu umat
yang tidak tahu lagi hati yang remuk karena penyesalan. Ia menelanjangi dosa-dosa
bangsanya dan menyatakan hukumannya walaupum dia tahu bahwa usahanya akan
sia-sia. Umat yang dikasihinya membencinya. Patriot sejati yang taat tanpa
pamrih di cap pengkhianat. Nabi yang dirasuki pengharapan yang tidak
terpadamkan ini harus memamerkan kepalsuan pengharapan umatnya. Pendoa syafaat
ini dilarang mensyafaati umatnya, dan ia juga difitnah oleh karena imamnya.[26]
7.
Obaja
Nama
Obaja berarti hamba Tuhan (Ebed Yahweh).
Nabi Obaja berbeda dengan nabi lain, dalam pemberitaannya. Dia tidak memprotes
dosa Israel dan tidak memberitakan kepada bangsa Israel murka Allah, sebab
Yerusalem pada waktu itu sudah jatuh. Jadi hukuman Allah sudah dilaksanakan.
Akan tetapi dia bernubuat melawan dan memprotes bangsa lain terutama Edom (keturunan Esau saudara
Israel). Oleh karena itu Edom dipandang sebagai saudara oleh bangsa Israel.
Obaja marah kepada bangsa Edom karena justru disaat Yehuda diserbu oleh bangsa
Babylon, Edom memakai kesempatan itu untuk merampas beberapa daerah Yehuda.
Oleh karena itu Obaja bernubuat untuk Edom bahwa Allah akan menghukum bangsa
itu. Israel sudah dihukum karena dosanya, dan akan diselamatkan.[27]
2.4.Arti dan Makna Hamba
Tuhan Menurut Teologi Perjanjian Lama
Kita
telah melihat bahwa istilah ebed ini berarti orang pilihan Allah, hamba yang
diurapi oleh Alah untuk melayankan firman dan kehendak Allah kepada UmatNya. Arti
dan makna hamba Tuhan dalam Teologi Perjanjian Lama sesuai dengan peranannya
masing-masing adalah sebagai berikut:
a.
Nabi[28]
Nabi
berarti orang yang dipanggil untuk berbicara atas nama Allah.[29]
Kata Ibrani nabi, (נֵבִא )
biasanya digunakan untuk menyebutkan beberapa jenis orang yang berbeda, yang
memainkan peranan yang berlainan dalam kehidupan agama Israel. Jenis-jenis
orang itu adalah sebagai berikut:
1).
Pelihat-pelihat[30] adalah
orang yang mampu melihat dan menafsirkan kebenaran tentang masa lampau, masa
kini, dan masa yang akan datang secara lebih tepat daripada orang lain. Mereka
diharapkan dapat memberikan jawaban atas persoalan-persoalan sehari-hari,
khususnya meramal mengenai masa depan. Mereka dapat juga menyampaikan berita
yang penting mengenai kehendak Allah (Bil 29:22-24. I Sam 10:1), dan
pengetahuan mereka yang mendalam dan khusus itu adalah pemberian dari Allah (I
Sam 3:15). Jika suatu saat tidak ada seorang pelihatpun, maka Israel percaya
bahwa itu adalah pertanda bahwa Allah tidak senang dengan Israel (I Sam 3:1,
28:6).
2).
Rombongan Nabi[31] adalah
kelompok orang yang biasanya hidup bersama-sama disuatu tempat ibadah seperti
di Gilgal dan Gibea (II Raj 4:38, I Sam 10:10, II Raj 2:5). Melalui rangsangan
musik mereka dapat keserupan roh
bersama-sama (I Sam 10:5). Di dalam dunia kekafiran, biasanya nabi-nabi jika
keserupan melukai dirinya bersama-sama (I Raj 18:28). Tidak ada bukti bahwa
praktek seperti itu terdapat dikalangan orang Israel. Rombongan nabi atau anak
nabi menegaskan bahwa mereka dapat menyampaikan suatu pesan yang diterima dari
Allah sebagai pesan yang benar (I Raj 22:6). Mereka sepertinya tidak selalu
disegani(II Raj 9:11). Amoz sendiripun menolak disamakan dengan mereka (Am
7:14). Tetapi ada dari mereka yang benar-benar dipakai oleh Allah dan hanya
bernubuat setelah dihuni olehNya. Dalam hal demikian pemberitaan mereka sangat
penting dan biasanya disampaikan dalam bentuk puisi. Dan para ahli menyatakan
bahwa Mazmur-mazmur yang mengandung pemberitaan dari Allah berasal dari para
nabi seperti ini (Mzm 12:6, 14:5, 50, 81:9-17, 82:2-7,dst). Akan tetapi ada
pula rombongan nabi yang berpura-pura mengalami kepenuhan roh dan bernubuatm
padahal tidak dari Allah demi mendapatkan bayaran (Yes 28:7, Yer 5:31, 6:13,
lih Ul 18:20).
3).
Nabi-nabi perorangan[32]
inilah yang rupanya cocok ddengan sebutan “nabi” atau “nabi Allah”. Misalnay:
Natan, Elia, Yesaya, Yehezkiel, Hagai, dan laonnya. Para Nabi ini mulai
memainkan peranan yang penting di Israel ketika telah ad raja-raja yang
terpilih dan diurapi. Raja yang dipilih dengan maksud antara lain supaya
memimpin bangsa Israel beribadah kepada Allah. Akan tetapi seringkali mereka
mengabaikan tanggungjawab tersebut demi mencapai kesenangan pribadi. Oleh
karena itu maka para nabi sebagai juru bicara
Allah atas nama Allah mengecam raja-raja yang melupakan tanggungjawabnya itu
dan menunjukkan apa yang harus mereka lakukan yang sesuai dengan kehendak
Allah. Nabi bertindak sebagai penasehat
raja.[33]
b.
Imam[34]
Tugas
Para Imam ialah memimpin umat Israel untuk beribadah kepada Allah, dan berusaha
agar peribadahan umat itu berlangsung secara teratur, dan benar menurut tata
kebiasaan agama yang berlaku. Salah satu hal yang terpenting dalam peribadahan
Israel adalah korban peresmbahan. Namun Imam bukanlah satu-satunya orang yang
berhak untuk mempersembahkan korban (Hak 6:22-24, 13:19, dll). Tugasnya ialah
mempelajari dan menafsirkan maksud dari peraturan-peraturan dan hukum tentang
korban persembahan serta memberikan nasehat-nasehat tentang cara pelaksanannya
yang baik. Terdapat juga pada bagian Alkitab kecaman terhadap Imam karena tidak
mengetahui hukum taurat dengan benar (Hosea 4:6, Yer 2:8, Yeh 7:26). Pada
mulanya tugas imamat diserahkan kepada kaum Lewi yaitu suku atau keluarga lewi (Ul
33:8-10). Mereka juga memiliki perlengkapan khusus yang dikenal dengan sebutan
Urim dan tumim yaitu sejenis alat untuk mengundi dalam rangka menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan memutuskan perkara-perkara yang ditemui dalam
pelaksanaan peribadahannya (Bil 27:21, I Sam 14:41). Imam-imam melanjutkan
pekerjaan mereka seperti biasa di tempat-tempat ibadah di luar Yerusalem,
karena sekalipun Bait Allah telah dibangun tetapi banyak bangsa Israel yang
masih beribadah di tempat-tempat suci yang tersebar di seluruh Israel. Setelah
Israel raya terpecah menjadi dua kerajaan, maka tempat-tempat suci itu seperti
Dan dan Betel menjadi tempat peribadahan resmi khususnya Israel Utara (I Raj
12:28).
c.
Hakim-hakim
Dalam
hubungan antara Israel dengan pemberian hukum taurat di Gunung Sinai,
Hakim-hakim merupakan para petugas yang ditunjuk Allah untuk mengadili bangsa
Israel apabila mereka melanggar hukum
taurat. Namun pada kenyataannya hal itu tidak benar. Pada umumnya mereka tidak
melaksanakan peradilan, Tugas mereka bukan untuk mendengar atau membuat
keputusan hukum melainkan para hakim disini adalah para pemimpin militer atau tokoh-tokoh pembebas
dengan kharisma yang dibangkitkan dan diberikan kuasa oleh Allah untuk
menangani masalah tertentu yaitu memimpin, membawa, dan membebaskan. Tugas
hakim adalah menegakkan hukum dan keadilan ditengah-tengah umat Allah dan
mempertahankan secara tetap keamanan Israel dari gangguan musuh musuh .[35]
d.
Raja[36]
Raja-raja
pertama di Israel mempunyai tugas politis. Raja-raja ini bekerja untuk mempersatukan
keduabelas suku Israel menjadi satu bangsa dan memperkuat mereka dalam melawan
musuh-musuh Israel. Dari sisi keagamaan, orang Israel percaya bahwa Allah telah
memberikan kepada mereka tanah Palestina dan
bermaksud agar mereka dapat hidup bebas dan tentram di tanah mereka. Raja
juga memiliki tanggung jawab memimpin bangsa Israel beribadah kepada Allah.[37]
Para Hakim tidak berhasil mempertahankan secara tetap keamanan Israel dari
gangguan musuh-musuh. Karena itu merekapun berkeinginan memilih seorang raja
dengan harapan raja tersebut akan lebih berhasil mempertahankan keamanan mereka
dan mengalahkan musuh-musuh mereka. Karena itulah pemilihan dan pengangkatan
seorang raja harus berdasarkan persetujuan dari Allah. Raja-raja diurapi
sebagai tanda bahwa mereka adalah hamba Allah. Keberhasilan mereka dalam
peperangan dipandang sebagai bukti bahswa raja itu benar-benar dipilih dan di
tunjuk oleh Allah.[38]
2.5.Konteks Hamba Tuhan
Masa Kini
Penggambran
hamba Tuhan memang serba kompleks. Yang penting ialah supaya sang hamba baik
perseorangan maupun kolektif menjadi alat demi tercapainya maksud Tuhan. Maka
maksud Tuhan itu adalah untuk membahagiakan umat manusia, termasuk gereja.
Gereja itu sendiri mendapat kebahagiaan
bilamana merelakan diri menjadi alat demi pembahagiaan umat manusia secara
menyeluruh. Itu berarti bahwa kita sebagai gereja pada zaman modern mempunyai tugas dan panggilan baik secara
perseorangan maupun secara kolektif untuk menjadi hamba Tuhan pada masa kini.
Gereja modern dimanapun merupakan golongan minoritas sehingga tidak mungkin
mengkristenkan orang secara paksa. Secara positif perlu ditekankan bahwa gereja
masa kini dipanggil untuk mewujudkan kasih dan kerinduan Allah untuk
keselamatan bangsa-bangsa. Hal itu membuat kita masuk ke dalam usaha-usaha yang
mengutamakan keadilan dan kemanusiaan. Panggilan demikian masih tetap menuntut
kerelaan kita untuk berkorban dan mengalami sengsara demi penyataan kehendak
Tuhan. Gereja dan umat yang rela melibatkan diri seperti itu layak disebut
hamba Tuhan.[39] Hamba
Tuhan dalam konteks masa kini memang jelas adalah mereka yang dipersiapkan oleh
gereja secara khusus untuk menjadi pelayan penuh di gereja, diberi kedudukan
khusus. Gereja masa kini mempercayakan tugas-tugas tertentu sepenuhnya kepada
mereka. Tetapi kita semua adalah hamba Tuhan. Kita semua mempunyai kewajiban
untuk menyebarkan kabar baik tentang Yesus, memiliki tanggungjawab untuk
melakukan penggembalaan terhadap mereka yang berada di rumah kita dan di tempat
kita bekerja. Kita semua harus mengetahui Perjanjian Baru, tentang karunia
Allah.[40]
2.6.Refleksi dan Kajian
Bagi Kehidupan Hamba Tuhan Masa Kini
Sering
sekali kebanyakan orang Kristen memahami bahwa yang disebut hamba Tuhan adalah
mereka yang mengambil bagian dalam
pelayanan di gereja saja, seperti pendeta, dan pelayan-pelayan gereja lainnya.
Bahkan sering juga kita sebagai mahasiswa teologia khususnya sering sekali
kurang menyadari status kita sebagai hamba Tuhan. Hal itu terbukti dengan
seringnya kita mengatakan bahwasanya kita adalah calon-calon hamba Tuhan,
padahal kita ini adalah hamba Tuhan. Seperti apa yang telah kita ketahui dari
penjelasan di atas bahwa hamba Tuhan adalah mereka yang telah dipilih dan
mempersaksikan tentang Yesus Kristus yang telah menyelamatkan kita dengan
darahNya yang tercurah di bukit Golgata. Ia yang telah menang melawan maut
melalui kebangkitanNya dari antara orang mati. Setiap orang yang mau dengan taat dan rela menderita
demi memberitakan injil baik di keluarga, lingkungan sekitar, dan bahkan kepada
setiap orang yang belum mendengar berita keselamatan melalui iman kepada Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat yang hidup adalah hamba Tuhan. Jadi kita
ini adalah gereja. Gereja yang memancarkan terang Kristus yang menerangi dunia
yang gelap ini. Jadi tugas kita mahasiswa teologia yang adalah hamba Tuhan,
marilah kita bersama-sama menyadari bahwa arti dan makna hamba Tuhan tidak
terkungkung pada diri orang atau kelompok yang melayani di gereja saja, tetapi
setiap kita yang telah percaya kepada Kristus memiliki tugas amanat agung dari
Tuhan Yesus untuk pergi, menjadikan semua bangsa menjadi murid Yesus, membaptis
mereka dalam nama Allah Bapa, dan Anak, dan Roh kudus dan mengajar mereka
melaukan segala perintahNya (Mat28:19-20).
III.
KESIMPULAN
Dari
pemaparan diatas maka penyaji dapat menyimpulka bahwa hamba Tuhan adalah
berasal dari kata ebed yang berarti hamba atau budak, atau orang yang bekerja
bagi orang lain, yang dengan taat dan keendahan hati mau melayani tuannya dan
menggantungkan seluruh hidupnya kepada tuannya. Hamba Tuhan dalam Perjanjian
Lama adalah orang-orang yang dipilih dan diurapi Allah untuk menyampaikan
firman dan kehendak Allah kepada umatNya yaitu Israel dan juga bangsa lain.. Ia
yang rela dihina, dan menderita diperlakukan tidak adil oleh bangsanya sendiri.
Dan dapat dilihat dengan jelas tugas dari Hamba Tuhan itu pada kitab Deutro
Yesaya. Dan akhirnya dalam PB tugas hamba Tuhan yang sejati itu dapat dilihat
dan diteladani dalam diri Yesus Kristus yang dengan rela menderita dan
mengalami penganiayaan dan kemudian disalibkan, mati dan dikuburkan. Pada hari
ketiga bangkit dari antara orang mati. Paulus dan para utusan injil dalam PB
juga disebut sebagai hamba Kristus atauapun hamba Allah.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Barth,
C., Theologia Perjanjian Lama 3, (Jakarta:BPK-GM, 2005)
Barth,
Christoph Barth & Marie, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta:BPK-GM, 2010)
Blommendaal,
J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 1991)
Browning,
W. R. F., Kamus Alkitab,(Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2009)
Davidson,
Robert, Alkitab berbicara, (Jakarta: BPK-GM, 2001)
Douglas,
I D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, A-L, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2008)
Douglas,
I D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, M-Z (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2008)
End,
Th. Van den, Tafsiran Alkitab Surat Roma, (Jakarta:BPK-GM.2008)
Gibbsm,
Sddie, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, (Jakarta:BPK-GM,2010)
Guthrie,
Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta:BPK-GM,2005)
Hinson,
David F., Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta:BPK-GM, 2012)
Jeremias,
W Zimmerli & J., The Servant of God, (London: SCM PRESS, 1957)
Jeremias,
W. Zimmerli & J., The Servant of God, (London: SCM PRESS, 1957)
Lassor,
W . S., D, A, Hubbardm dkk., (Pengantar Perjanjian Lama 1 (Kalrta: BPK-GM,
2009)
Lassor,
W. S., D, A, Hubbardm dkk., (Pengantar Perjanjian Lama 2 (Kalrta: BPK-GM, 2009)
Siahaan,
S. M, Pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK-GM, 2008)
Suleeman,
P., Masihkah Benih Tersimpan?, (Jakarta: BPK-GM, 1990)
Yeboahm,
Abraham, Stai Asempa ,dkk, Garis-garis Khotbah Menurut Tahun Gerejawi,
(Jakarta:BPK-GM,2008)
[1]
C. Barth, Theologia Perjanjian
Lama 3, (Jakarta:BPK-GM, 2005), 96
[2]
Sddie Gibbsm, Kepemimpinan Gereja
Masa Mendatang, (Jakarta:BPK-GM,2010),24
[3]
Th. Van den End, Tafsiran Alkitab
Surat Roma, (Jakarta:BPK-GM.2008), 19
[4]
Th. Van den End, Tafsiran Alkitab
Surat Roma, (Jakarta:BPK-GM.2008), 20
[5]
Ibid, 20
[6]
J. Blommendaal, Pengantar Kepada
Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 1991),131-132
[7]
Robert Davidson, Alkitab berbicara,
(Jjakarta:BPK-GM,2001), 172
[8]
Ibid, 104
[9]
W Zimmerli & J. Jeremias, The
Servant of God, (London: SCM PRESS, 1957), 44
[10]
S. M Siahaan, Pengharapan Mesias
dalam Perjanjian Lama, (Jakarta:BPK-GM, 2008), 143
[11]
Christoph Barth & Marie Barth, Teologi
Perjanjian Lama 2, (Jakarta:BPK-GM, 2010), 379
[12]
Donald Guthric, Teologi Perjanjian
Baru 1, (Jakarta:BPK-GM,2005), 292
[13]
W. R. F. Browning, Kamus Alkitab,
(Jakarta:BPK-Gunung Mulia,2009), 131
[14]
W. Zimmerli & J. Jeremias, The Servant of God, 44
[15] Donald Guthric, Teologi Perjanjian Baru 1, 292
[16]
Th. Van den End, Tafsiran Alkitab
Surat Roma, (Jakarta:BPK-GM.2008), 20
[17]
Donald Guthric, Teologi Perjanjian
Baru 1, 292
[18]
Christoph Barth & Marie Barth, Teologi
Perjanjian Lama 2, (Jakarta:BPK-GM, 2010), 378
[19]
P. Suleeman, Masihkah Benih Tersimpan?,
(Jakarta:BPK-GM, 1990), 129-132
[20]
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini, A-L, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008), 3-6
[21]
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini, M-Z (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008), 102-107
[22]
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini, M-Z, 354-355
[23]
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini, A-L, 241
[24]
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini, M-Z, 576
[25]
W. S. Lassor, D, A, Hubbardm dkk., Pengantar
Perjanjian Lama 2 (Jakarta: BPK-GM, 2009), 256
[26]
I D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini, M-Z, 562-564
[27]
J. Blommendaal, Pengantar Kepada
Perjanjian Lama,131-132
[28]
David F. Hinson, Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, (Jakarta:BPK-GM, 2012),128-129
[29] W . S. Lassor, D, A, Hubbardm dkk.,
Pengantar Perjanjian Lama 2, 183
[30]
David F. Hinson, Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 128-129
[31]
David F. Hinson, Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, 129
[32]
David F. Hinson, Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, 129-130
[33]
David F. Hinson, Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, 130
[34]
David F. Hinson, Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, 130-131
[35]
W . S. Lassor, D, A, Hubbardm dkk., Pengantar
Perjanjian Lama 1, 301
[36]
David F. Hinson, Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, 127-128
[37]
David F. Hinson, Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, 130
[38]
David F. Hinson, Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, 127
[39]
P. Suleeman, Masihkah Benih
Tersimpan?, (Jakarta: BPK-GM, 1990), 135-136
[40]
Abraham Yeboahm, Stai Asempa ,dkk., Garis-garis
Khotbah Menurut Tahun Gerejawi, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 339
Tidak ada komentar:
Posting Komentar