SCITO TE IPSUM

The greatest thing in all my life is knowing you. I want to know you more. The greatest thing in all my life is loving you. I want to love you more. The greatest thing in all my life is serving you. I want to serve you more.

Minggu, 16 November 2014

Tafsiran dari Bilangan 13:1-16 Penafsiran Kontekstual (Metode Teologi Pembebasan)



I.         Pendahuluan
Salah satu penafsiran yang dapat membantu kita dalam memahami dan mengetahui apa yang terjadi dan memiliki makna yang tersirat dari dalam teks. Pada sajian kali ini metode yang dipakai adalah bagian dari penafsiran kontekstual yaitu metode pembebasan. Dalam hal ini kita akan membahas bagaimana teologi pembebasan yang terdapat dalam penafsiran Bilangan 13:1-16. Kiranya paper ini dapat menambah pengetahuan dan menambah wawasan kita.
II.      Pembahasan
2.1. Teologi Pembebasan
            Berdasarkan etimologi kata, teologi pembebasan terdiri dari dua suku kata yakni: ‘Teologi’ dan ‘Pembebasan’. Menurut Karl Rahner, teologi adalah pembicaraan mengenai Tuhan secara legendaris atau filosofis. Oleh karena itu Rahner mengatakan bahwa Teologia merupakan suatu usaha yang sadar dari Kristiani untuk mendengarkan bisikan  wahyu/ sabda yang dinyatakan oleh Tuhan dalam sejarah, menyerap pengetahuan tentang-Nya dengan menggunakan metode-metode keilmuan serta merefleksikan tuntutan-tuntutan langkah-Nya dalam tindakan. Segundo merumuskan teologia sebagai “fides quaerens intellectum” yang artinya iman yang pengetahuannya untuk mengarahkan praksis dalam sejarah. Menurut Leonardo Boff, pembebasan adalah sebuah proses menuju kemerdekaan. Gustavi Gutierrez menyatakan bahwa pembebasan adalah usaha untuk melepaskan diri dari kekerasan yang melembaga yang menghalangi terciptanya manusia baru dan dibangkitkannya solidaritas antar manusia.[1]
Teologi Pembebasan Pertama kali muncul di Amerika Latin dan teologi ini lahir sebagai reaksi keadaan politik yang menyengsarakan rakyat karena pada saat itu diberlakukan struktur kekuasaan dan pemerintah Marxist di amerika Latin yang mendorong penguasa untuk menindas, melecehkan, dan mengabaikan hak-hak azasi rakyatnya. Lalu teologi ini semakin meluas kewilayah Korea dan India. Di Korea disebut teologi Minjung dan di India disebut teologi Dalit.[2]
            Secara umum yang menjadi latar belakang pembebasan ini adalah adanya ketidakadilan ketertindasan yang melingkupi masyarakat sehingga sulit mencapai kebebasan dan keselamatan hidup. Teologi ini pada umumnya lahir dinegara-negara yang kehidupan masyarakatnya berada dalam kemiskinan, kekurangan makanan, air bersih, obat-obatan, rendahnya perlakuan hak azsdi manusia, kurangnya pendidikan dan hal-hal lain yang dapat menrugikan masyarakat. Dengan situasi demikian, hermeneutika pembebasan mulai dengan pengalaman tentang ketidakadilan harta milik. Dan upaya yang dilakukan adalah untuk berusaha menganalisis atau menguraikan alasan terhadap keberadaan yang memiskinkan itu.[3]

2.2. Langkah-Langkah Penafsiran Teologi Pembebasan[4]
            Ada beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan didalam menafsirkan teks Alkitab  dengan metode Teologi Pembebasan, yaitu  sebagai berikut:
1.      Harus menetapkan teks yang akan ditafsir.
2.      Melakukan perbandingan teks (bahasa) dengan versi-versi terjemahan atau dari berbagai bahasa dan dihadapkan dengan teks asli (teks masora).
3.      Membuat kritik aparatus
4.      Membuat terjemahan akhir
5.      Teologi Pembebasan:
a.       Menentukan pihak tertindas dan pihak penindas
b.      Penafsir memposisikan diri pada pihak menindas
c.       Pembacaan Alkitab dari bawah (sudut pandang orang-orang yang tertindas)
6.      Tafsiran
7.      Refleksi dan kesimpulan
8.      Daftar Pustaka
2.3.  Kitab Bilangan
2.3.1.      Kitab Bilangan
Kitab Bilangan adalah kitab keempat dari Pentateuk yang isinya mengenai kelanjutan kisah Keluaran bangsa Israel dengan YHWH. Judul asli kitab ini dalam bahasa Ibrani adalah “di Padang Gurun”, yang di ambil dari pasal 1:1.[5] Tepat Nama kitab ini sesuai dengan isi kitab yang mengisahkan perjalanan umat Israel dalam perjalanan di padang Gurun dari Mesir menuju ke dataran Moab.
Dalam bahasa Inggris Bilangan disebut numbers. Bilangan adalah terjemahan dari  nama Perjanjian Lama Yunani (LXX) dari kata Arithmoi, yang mencerminkan dua kasus perhitungan  yang dilakukan tehadap umat Israel dan diceritakan dalam pasal 1 dan Pasal 26.[6]
2.3.2.      Latar Belakang Kitab  
Kitab Bilangan berawal dari perjalanan orang Israel dari Sinai (Titik akhir kitab Keluaran) keprbatasan tanah Kanaan di Kodes-Barnea. Kemudian kembali mengembara di padang Gurun selama 40 tanuh sampai tiba didataran Moab, dimana mereka bersiap-siap untuk masuk tanah Kanaan.[7] Kitab Bilangan ini juga memberitahukan hukuma bagi orang-orang yang tidak percaya maka penghukuman mereka tidak seorangpun dari generasi yang tidak beriman itu dapat memasuki negeri itu (Bd. Ulangan 1:35-36). Karena itu kitab Bilangan bukanlah sekedar kitab sejarah saja, tetapi menceritakan perbuatan Allah terhadap bangsa Israel dalam perjalanan.[8]
2.3.3.      Penulis dan Waktu Penulisan
Secara tradisi, para sarjana Yahudi dan Kristen mengangap bahwa  penulis kitab Bilangan adalah Musa, pemberi hukum umat Yahudi. [9] Namun kitab itu sendiri hanya berisi satu rujukan yang menyebutkan Musa sebagai penulis kitab tersebut yaitu rencana perjakanan umat Israel dalam perjalanan di padang gurun dari Mesir ke Moab (Bilangan33:2).[10] Tahun penulisan kitab Bilangan ini adalah tahun 1405 sM.[11]

2.4.  Analisa Struktur
2.4.1.      Struktur Kitab [12]
v  Di Sinai:Persiapan keberangkatan                                        Bil. 1:1 - 10:10
Sensus pertama                                                                    Bil. 1
Perkemahan suku-suku Israel dan para pemimpinnya         Bil.  2
Jumlah dan kewajiban orang Lewi                                      Bil. 3 – 4
Hukum-hukum dan peraturan-peraturan                              Bil. 5
Hukum mengenai kenaziran                                                 Bil. 6
Persembahan pada waktu penahbisan Kemah Suci             Bil. 7 – 8
Ketetapan-ketetapan  mengenai perayaan Paskah               Bil. 9: 1-14
Tiang awan meminpin perjalanan Israel                               Bil. 9: 15 – 10:10
v  Perjalanan dari Sinai ke Kadesy                                          Bil. 10:11 - 12:16
Berangkat dari Sinai                                                            Bil. 10:11-36
Peristiwa-peristiwa dalam perjalanan                                   Bil. 11 – 12
v  Di Kadesy dalam padang gurun Paran                                Bil. 13 – 20
Kedua belas pengintai dan laporan mereka                    Bil. 13
Keputusan Umat dan penghukuman Allah                          Bil. 14
Hukum dan Peraturan                                                          Bil. 15
Pemberontakan Korah                                                         Bil. 16
Kisah tongkat Harun                                                            Bil. 17
Bagian para Imam                                                                Bil. 18
Pentahiran orang yang najis                                                 Bil. 19
Peristiwa penutup di Kadesy                                               Bil.20:1-13
v  Perjalanan dari Kadesy ke Dataran Moab                           Bil. 20:14 – 22:1
Penolakan Edom                                                                  Bil. 20:14-21
Kematian Harun, kemenangan atas musuh-musuh              Bil. 20:22 – 22:1
v  Di dataran Moab                                                                  Bil. 22:2 – 32:42
Bileam dan Balak                                                                 Bil. 22:2 – 24:25
Kemurtadan di Peor dan hukuman Allah                            Bil. 25
Sensus Kedua                                                                      Bil. 26
Anak-anak perempuan Zelafehad;
hak waris bagi anak-anak perempuan                                  Bil. 27:1-11
Yosua ditunjuk untuk menggantikan Musa                         Bil. 27:12-23
Persembahan pada perayaan-perayaan                                 Bil. 28-30
Pembalasan atas orang Midian                                             Bil. 31
Warisan suku-suku Transyordan                                          Bil. 32
v  Hal-hal lain                                                                           Bil. 33 – 36
Tinjauan perjalanan dari Mesir                                             Bil. 33
Batas-batas tanah orang Israel                                             Bil. 34
Kota-kota orang Lewi                                                          Bil. 35
Anak-anak perempuan Zelafehad dan
 hak waris anak-anak perempuan                                         Bil. 36

Pada saat ini kami akan membahas/ menafsirkan Bilangan 13:1-16. Ayat ini berada pada saat bangsa Israel berada di Padang Gurun Haran.

2.4.2.      Struktur Teks
Setelah penafsir membaca teks yang akan di tafsir yaitu Bilangan 13:1-16, maka analisa penafsir terhadap teks adalah:
1.      Ayat 1-2                  : Allah berfirman kepada Musa
2.      Ayat 3                     : Musa melaksanakan perintah Tuhan
3.       Ayat 4-15               : Daftar nama-nama yang di utus Musa
4.      Ayat 16                   : Pergantian nama Hosea menjadi Yosua

2.5.   Analisa teks
2.5.1.      Perbandingan Bahasa
Dalam perbandingan bahasa terhadap teks ini, penafsir menggunakan 3 bahasa seperti:
1.      LAI         : Lembaga Alkitab Indonesia
2.      NIV        : New  International Version
3.      BPH        : Bibel Pakon Haleluya
4.      TM          : Teks Masora
Ayat 1
LAI     :Berfirman
NIV     : Said (Berkata)
BPH    : nini (berkata)
TM      : וַיְדַבּר  (dan berbicara)
Kesimpulan: tidak ada yang mendekati TM
Ayat 2a
LAI    : Beberapa Orang
NIV   : some men (bebrapa laki-laki)
BPH   : dalahi ( laki-laki)
TM     :  אֲנׇשִׁים“anasim” (para laki-laki)
Kesimpulan yang mendekati TM ialah NIV
     Ayat 2b
LAI     : Mengintai
NIV     : Explore (meyelidiki)
BPH:   : mangkahapi (melihat)
TM      : וְיָתֻרוּ(seharusnya kamu mengirim)
Kesimpulan tidak ada yang mendekati TM
Ayat 3a
LAI    :  Menyuruh
NIV   : Sent (mengirim)
BPH   :  Isuruh (disuruh)
TM     : וַיִּשְלַח   (dan mengirim)
Kesimpulan: yang mendekati TM ialah NIV
   Ayat 3b
LAI     :  titah
NIV     : Command (perintah)
BPH    :   Hata (ucapan)
TM      :  עֵל־פּׅי (pada perkataan)
Kesimpulan: tidak ada yang mendekati TM
Ayat 4 –ayat 15
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Catatan:
 Dalam melakukan perbandingan bahasa kami para penyaji menemukan kata-kata yang berulang kali ditulis. Oleh sebab itu Kami para penyaji mengubah setiap kata yang sama. Misalnya dalam ayat 2 (dua) ada kata dan seharusnya kamu mengirim, kata ini juga terdapat pada ayat 16.
2.5.2.      Kritik Aparatus
Ayat 1
Dalam ayat 1 terdapat kata  (וַיְדַבֵּר) yang artinya dan berbicara adalah mendapat usulan dari teks Pentateuk, berbahasa Ibrani dari Samaria tahun 1914-1918 yang kodeksnya ditulis huruf kecil, dari terjemahan Siria yang diteliti oleh Origenes, mengusulkan supaya menempatkan kata didepan yang sesuai dengan kitab Ulangan 1:20-23a (וׇא֯מַר), yang berarti kata (וַיְדַבֵּר) pada ayat 1 diganti dengan kata (וׇא֯מַר).
Perbandingan :
Dibber digunakan untuk menunjukkan tindakan berbicara, sedangkan 'amar diperlukan sebelum wacana langsung yang berikut. conversaly, laporan secara harfiah dicatat dalam Kejadian 27:1-4, 29:4-8, 39:7-9 maupun semua diperkenalkan oleh 'amar tetapi kemudian disimpulkan pada akhir dalam hal dibber. Dengan demikian, berbeda dengan 'amar, dibber memiliki pengertian yang lebih komprehensif dan menyeluruh, itu meringkas percakapan secara keseluruhan di awal atau di akhir, sehingga secara umum itu harus diterjemahkan, "untuk berbicara, berkomunikasi, berkomunikasi dengan ". Arti umum juga dapat dilihat mungkin dalam kontras antara "berbicara dan melakukan" (Yeheskiel 17:24), atau dalam ungkapan seperti "berbicara bahasa" (Yesaya 19:18, Nehemia. 13:24) maupun "mengetahui bagaimana berbicara "(Jeremia.1: 6), yang mengacu pada berbicara secara keseluruhan (Ayub 34:35, Jeremia 5:15). [13] Sehingga dapat disimpulkan bahwa kata dabar  itu digunakan untuk manusia sedangkan kata untuk perkataan Tuhan.
Kesimpulan: Kami para penyaji menerima usulan aparatus karena kata yang cocok untuk Tuhan adalah ‘amar bukan kata dibber.
Ayat 2
Dalam ayat 2 terdapat kata (תִּשְׁלׇחוּ) yang artinya adalah seharusnya kamu mengirim terdapat dalam  teks Pentateuk, berbahasa Ibrani dari Samaria tahun 1914-1918, terjemahan dari Yunani yang diterbitkan oleh A.Rahlfs tahun 1935, terjemahan Siria yang disusun berdasarkan keselarasan SA dan SW yang tunggal.
Kesimpulan: kami para penyaji menerima kritik apparatus dari teks pentateuk, karena kata (תִּשְׁלׇחוּ) hanya untuk memperjelas dan juga menunjukkan kalau kata seharusnya kamu mengirim yang terdapat pada ayat 2
Ayat 3
Dalam ayat 3 terdapat kata ( פׇארׇן) yang artinya Paran. Kata ini adalah terdapat dalam  teks Pentateuk, berbahasa Ibrani dari Samaria tahun 1914-1918, kata ( פׇארׇן) ini seperti yang terdapat pada Bilangan 10:12a yang tertulis  ( פׇארׇן) yang artinya Paran.
Kesimpulan: kami penyaji menerima kritik apparatus yang dari teks Pentateuk, karena kata    ( פׇארׇן) hanya untuk memperjelas dan juga menunjukkan kalau Paran yang dimaksud dalam ayat 3 ini sama halnya dengan Paran yang ada pada ayat 10.
Ayat 7
Dalam ayat 7a terdapat kata (בֶּן־יו֯סֵף) yang artinya anak dari Yusuf. Kata (בּן־יו֯סֵף)  rusak  dari kata (לִבְנֵי י) “berasal dari kata בֵּנ  (bentuk jamaknya menjadi “בְּנֵי” yang artinya anak-anak) + לְ = “לִבְנֵי  artinya menjadi untuk anak-anak. Pindahkanlah kedalam ayat 11 yakni (למטח יו) yang artinya untuk suku Yusuf. Jigali mengatakan tidak ada penyebutan nama Bapa.
Kesimpulan: kami menolak usulan apparatus karena memperkabur teks
Dalam ayat 7b
Dalam ayat 7b terdapat kata (יו֯סֵף) yang artinya Yusuf dipindahkan ke pasal 10 dan 11.
Kesimpulan: kami penyaji menolak usulan tersebut karena membuat teks tidak jelas.
Ayat 8
Dalam ayat 8 terdapat kata (הו֯שֵׁעַ) yang artinya Hosea. Dalam teks Pentateuk Samaria ialah (יהושׁע) yang artinya Yehosea, adalah lelaki yang sama pada ayat yang ke16.
Kesimpulan: Kami menerima kritik aparatusnya. Karena semakin memperjelas ayat tersebut.
Ayat 9
Dalam ayat 9 terdapat kata (רׇפֽוּא) yang artinya Rafu yang merupakan kata yang terdapat pada Perjanjian Lama terjemahan  Siria.
Ayat 10
Dalam ayat 10 terdapat kata (לְמַטֵּה) yang artinya dari suku bandingkanlah dengan ayat 7b (יו֯סֵף) Yusuf.
Kesimpulan: kami para penyaji menolak, karena membuat kata sulit dimengerti.
Ayat 11
Dalam ayat 11 terdapat kata (לְמַטֵּה) yang artinya dari suku yang mengalami penelitian kedua menjadi (לִבְנֵי) yang artinya ….. bandingkanlah dengan ayat 7a (בֶּן־יו֯סֵף) yang artinya anak Yusuf  maupun pada pasal 1:10 (בֶּן־עַמִּיהוּד) yang artinya anak Amihud.
Kesimpulan: kami menerima usulan apparatus, sehingga dalam ayat 11 dari kata dari suku Yusuf , yakni dari suku Manasye: Gadi bin Susi menjadi dari anak Yusuf, yakni dari suku Manasye: Gadi bin Susi.
Ayat 14
Dalam ayat 14 terdapat kata (בֶּן־וׇפְסִי) yang artinya anak Wofsi, dalam terjemahan Septuaginta (LXX) ialah Ιαβι yang artinya Iabi.
Kesimpulan:kami menolak usulan apparatus karena membuat teks sulit dimengerti.
Ayat 15
Dalam ayat 15 terdapat dua yang mendapat apparatus yakni;
Ayat 15a terdapat kata (גְּאוּאֵל) yang artinya Geuel, dalam terjemahan Septuagintanya (LXX) adalah Γουδιηλ yang artinya Gudiel.
Kesimpulan: Kam menolak usulan apparatus karena membaut teks susah dimengerti.
Ayat 15b terdapat kata (בֶּן־מׇכִי) yang artinya anak Makhi, dalam Pentateuk Samaria adalah (מִיכִי) yang artinya Mikhi
Kesimpulan: kami menolak usulan apparatus pada ayat 15b karena membuat tidak jelas.
Ayat  16
Dalam ayat 16 terdapat kata (לְהוּשֵׁעַ) yang artinya dari Hosea, bandingkanlah pada ayat 8a.
Kesimpulan: kami penyaji menerima apparatus dari ayat 16, karena nama baik dalam ayat 8 maupun ayat 16 ini adalah lelaki yang sama dibicarakan.

2.5.3.      Terjemahan Akhir
[1]  Tuhan berkata kepada Musa:
[2] Suruhlah para laki-laki memata-matai tanah Kanaan, yang akan kuberikan kepada orang Israel; dari setiap suku nenek moyang mereka seharusnya kamu mengirim  seorang, semua pemimpin-pemimpin diantara mereka.
[3] Lalu Musa mengirim  mereka dari padang Gurun Paran, sesuai dengan ucapan TUHAN; semua orang itu adalah kepala-kepala orang diantara orang Israel.
[4] Dan inilah nama-nama mereka: dari suku Ruben: Syamua bin Zakur;
[5] Dari suku Simeon ; Safat bin Hori;
[6] Dari suku Yehuda: Kaleb bin Yefune;
[7] Dari suku Isakhar: Yigal bin Yusuf;
[8] Dari suku Efraim: Hosea bin Nun
[9] Dari suku Benyamin: Palti bin Rafu
[10] Dari Suku Zebulon: Gadiel bin Sodi
[11] Dari anak Yusuf , yakni dari suku Manasye: Gadi bin Susi
[12] Dari suku Dan: Amiel bin Gemali
[13] Dari suku Asyer: Setur bin Mikhael
[14] Dari suku Naftali: Nahbi bin Wofsi
[15] Dari suku Gad: Guel bin Makhi
[16] Itulah nama-nama orang-orang yang disuruh Musa untuk memata-matai negeri itu; dan Musa menamai Hosea bin Nun itu Yosua

2.6.  Tafsiran
Kelompok Tertindas      :  Kedua belas Pengintai
Kelompok Penindas       :  Musa, Orang Kanaan
Pembebas                       :  Allah

v  Ayat 1-16                 
Dalam hal ini, Tuhan berkata kepada Musa agar  mengirim para pengintai (Kedua belas suku Israel ) untuk memata-matai apakah Kanaan baik atau tidak, subur atau tandus, apakah penduduknya banyak atau sedikit, apakah mereka galak ataukah ramah, dan apakah mereka hidup seperti pengembara di dalam perkemahan ataukah sudah mapan dengan benteng-benteng yang kokoh. Mereka mengintai tanah Kanaan itu karena sesuai dengan janji/perintah Tuhan bahwa bangsa Israel akan mendapat kembali Kanaan yang sudah lama di diami oleh orang asing. Mereka akan mendapat kebebasan apabila mereka mengikuti perintah Tuhan mereka melalui hambanya Musa. Dan sebagai pembebas bagi mereka adalah Allah itu sendiri. bangsa itu tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Allah. Itu bisa kita bandingkan ketika banga Israel melawan Bangsa Ai yang mana bangsa itu tidak bersama Allah, mereka kalah dalam peperangan. Pengiriman kedua belas pengintai ke tanah Kanaan ini adalah bentuk ketertindasan bagi mereka, sebab mereka dikirim ke suatu tempat yang belum pernah mereka lihat walaupun negeri itu adalah milik mereka.
Oleh sebab itu, mereka pasti akan merasa ketakutan tentang apa yang akan terjadi apabila mereka ketahuan oleh bangsa yang ada di Kanaan. Kita ketahui bahwa yang menghuni Kanaan itu adalah bangsa Enak yang orang-orangnya adalah seperti raksasa, Amalek, Het, Yebus, dan Amori.
2.7.  Refleksi
Dari tafsiran diatas, dapat dilihat bagaimana Tuhan Yesus menyuruh Musa untuk mengirim para pengintai untuk memata-matai tanah kanaan. Dalam penindasan ini yang tertindas adalah para pengintai. Dan yang menjadi pembebas adalah Allah. dalam hal ini Allah memakai Musa untuk menindas para pengintai.
Begitu jug adalam kehidupan kita sekarang ini, banyak sekali terjadi penindasan terhadap kaum yang lemah, baik dalam bidang kehidupan baik secara ekonomi, sosial dan politik dan agama. Dan dalam hal ini kaum yang lemah tidak dapat melakukan apa-apa.
dalam hal ini sama seperti para pengintai yang mana ketika disuruh Musa para pengintai untuk mengintai tanah kanaan, akan tetapi para pengintai tidak dapat menolaknya, dalam hal ini meskipun para pengintai ditindas, tetapi para pengintai yakin bahwa Tuhan akan menyertai segala yang mereka lakukan.
Jadi dalam teks ini adalah untuk mengingatkan kita agar menaati Perintah atau kehendak yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, dan dalam melaksanakan perintah tersebut kita tidak boleh lepas dari pengharapan kepada Tuhan. Dan dalam hal ini kita juga harus siap dalam hal melaksanakan perintah Tuhan, meskipun terkadang kita diposisikan sebagai orang yang terindas. Penindasan yang terjadi ini bukan karena Allah tidak menyayangi kita tetapi penindasan yang terjadi karena Allah sangat menyanyangi umatNya, agar umatNya dapat lebih dekat lagi kejalan Tuhan.

III.   Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penafsiran teologi pembebasan merupakan suatu usaha kontekstualisasi ajaran-ajaran dan nilai-nilai keagamaan. Teologi Pembebasan Pertama kali muncul di Amerika Latin dan teologi ini lahir sebagai reaksi keadaan politik yang menyengsarakan rakyat karena pada saat itu diberlakukan struktur kekuasaan dan pemerintah Marxist di amerika Latin yang mendorong penguasa untuk menindas, melecehkan, dan mengabaikan hak-hak azasi rakyatnya. Lalu teologi ini semakin meluas kewilayah Korea dan India. Di Korea disebut teologi Minjung dan di India disebut teologi Dalit. Dalam metode ini penindasan yang terjadi baik dalam bidang ekonomi, politik. Sosial, dan keagamaaan. Teologi pembebasan ini bertujuan untuk membebaskan manusia dari kemelaratan, siksaan, penderitaan, yang dilakukan oleh para penguasa.

IV.   Daftar Pustaka
……, Alkitab Penuntun Berkelimpahan, Jakarta:Gandum Mas, 2002
Green, Denis, Pengantar Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas,2004
Hill, Andrew. E. & Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama, Malang:Gandum Mas, 2004)
  Lasor,  W.S.,Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta:BPK GM,2008
Nitiprawiro, Wahyono, Teologi Pembebasan, Yogyakarta:LKIS,2000
Schmidt, W.H., Theological Dictionary of The Old Testamnet Vol:III,G.Johannes Botterweck, Helmer Ringgren (ed), Michigan:William B. Eerdmans Publishing Company,1988
Sitompul,  Darwin, Teologi di Pasar Bebas,(Pematang Siantar:L-SAPA,2007), 31-32
Sitompul, A.A. dan Ulrich Bayer, Metode Pembebasan Penafsiran Alkitab, Jakarta:BPK-GM, 2006
Situmorang, Jontor, Rekaman Catatan Hermeneutika PL Tingkat III-C “Teologi Pembebasan”, Medan: STT Abdi Sabda, 2009
Thomson, J.A., Tafsiran Alkitab Masa Kini  1 “Kejadian-Ester”, Jakarta:YKBP-OMF, 2005
Alkitab
.........,  Alkitab, Jakarta :LAI, 2007
........., Bibel Pakon Haleluya, Jakarta: LAI, 2009
........., New International Version,
..........., The Interlinier Bible “Hebrew-Greek-English”, England: The Trinitarian Bible Society, 1976


[1]  WahyonoNitiprawiro,Teologi Pembebasan,(Yogyakarta:LKIS,2000), 8
[2]  Darwin Sitompul,Teologi di Pasar Bebas,(Pematang Siantar:L-SAPA,2007), 31-32
 [3]  A.A. Sitompul dan Ulrich Bayer,Metode Pembebasan Penafsiran Alkitab,(Jakarta:BPK-GM,206), 335-336
[4] Jontor Situmorang,Rekaman Catatan Hermeneutika PLTingkat III-C “Teologi Pembebasan”,(Medan:STT Abdi Sabda,2009)
[5]   Denis Green,Pengantar Perjanjian Lama,(Malang: Gandum Mas,2004), 60
[6]   Andrew. E. Hill & Jhon H. Walton,Survei Perjanjian Lama,(Malang:Gandum Mas,2004), 205
[7]   W.S.Lasor,Pengantar Perjanjian Lama 1,(Jakarta:BPK GM,2008), 231
[8]   Ibid,232
[9]   J.A. Thomson,Tafsiran Alkitab Masa Kini  1 “Kejadian-Ester”,(Jakarta:YKBP-OMF,2005), 234
[10] Andrew. E. Hill & Jhon H. Walton,Survei Perjanjian Lama, 246
[11] ……, Alkitab Penuntun Berkelimpahan,(Jakarta:Gandum Mas,2002) , 214
[12]  J.A. Thomson,Tafsiran Alkitab Masa Kini  1 “Kejadian-Ester”,238-239
[13]  W.H.Schmidt,Theological Dictionary of The Old Testamnet Vol:III,G.Johannes Botterweck, Helmer Ringgren (ed),(Michigan:William B.Eerdmans Publishing Company,1988), 98-99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar