SCITO TE IPSUM

The greatest thing in all my life is knowing you. I want to know you more. The greatest thing in all my life is loving you. I want to love you more. The greatest thing in all my life is serving you. I want to serve you more.

Kamis, 31 Maret 2016

Teologi Perjanjian Baru 2




MENGENALI TEOLOGI PAULUS tentang KONSEP MANUSIA dan DIPERHADAPANKAN dalam PEMAHAMAN BUDAYA BATAK SIMALUNGUN
I.          Pendahuluan
Manusia adalah bagian terpenting dalam ciptaan, bukan hanya pada Perjanjian Baru tetapi juga pada konsep Perjanjian Lama. Manusia diibaratan intan dengan banyak bidangnya. Permukaan intan dengan banya bidangnya bukanlah merupaan bagian terpisah dengan lainnya. Mereka memantulkan berbagai aspek dari keseluruhan. Merea bisa saja memiliki fungsi yang sama namun tetap bisa dibedakan dengan yang lainnya. Mereka bukan bagian yang terlepas, mereka adalah aspek-aspek, segi-segi, wajah-wajah dari keseluruhannya.
Salah satu teologi yang berbicara mengenai manusia adalah anthropologi. Dan pada saat ini penyaji akan memaparkan anthropologi (manusia) menurut Teologi Paulus dan diperhadapkan dengan pemahaman budaya batak. Untuk lebih menambah wawasan, penyaji menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.   
II.        Pembahasan
2.1.        Pengertian Antrpologi
Anthropologi berasal dari bahasa Yunani yakni anthropos “manusia” sehingga anthropologi ilmu yang meneliti manusia atau bagian dari ajaran Kristiani yang menyangkut asal, hakikat dan tujuan manusia.[1] Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Anthropologi adalah pengetahuan tentang organisme manusia dan tentang manusia sebagai objek sejarah alam.[2]  Antropologi juga berarti sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dalam hal biologi maupun sosial.[3] Dalam Kamus Alkitab anthropologi merupakan studi mengenai kebudayaan, kebiasaan manusia, dan cara pemujaannya. Namun dalam Teologi Kristen kata anthropologi digunakan untuk doktrin bahwa manusia laki-laki dan perempuan yang diciptakan sebagai gambar Allah iu telah disimpangkan oleh dosa.[4]
2.2.       Pandangan Antropologi menurut Paulus
Dalam Perjanjian Baru, Paulus memberi penjelasan yang paling lengap mengenai manusia. Adapun istilah-istilah utama yang dipakai Paulus untuk menggambarkan berbagai segi manusia seperti soma, sarx, pneuma, kardia, nous, psukhe, dan ditambah pula dengan suneidesis. Dalam menyelidiki istilah ini Paulus memandang manusia dari segi pandangan Allah yang berarti bahwa penyataan-penyataannya sering melibakan keadaan manusia bukan Kristen dengan kemungkinan wujud keristenan yang ideal dan ajaran Paulus dipusatkan pada manusia baru dalam Kristus.[5] Paulus menggambarkan manusia dan dunia pada dasar pandangan eskhatologisnya. Paulus sering ditafsirkan menurut latarbelakang dulisme helenistik yait dualisme kosmologi dan dualisme anthropologi. Dimana dualisme osmologi mencakup keberadaan dunia sorga, sedangkan dulisme anthropologi mencakup dua bagian manusia yakni tubuh dan jiwa. Tubuh terhisap pada tingkat duniawi sedangkan jiwa terhisap pada tingkat sorgawi.[6]
Paulus  juga menggunakan istilah roh dan daging dengan latar belakang pemiiran Perjanjian Lama. Istilah itu muncul dalampewartaan nabi untu membedakan perhitungan yang sangat manusiawi dan perhitungan berdasarkan iman aan penyelenggaraan Allah. Kalau raja hanya mempertimbangkan politik saja dang kurang memperhitungkaniman dan janji Allah, maka nbi menginat bahwa kekuatanpolitik adalah daging (Yes.31:3). Bila Yesaya 40:8 melukiskan kekuatan Babel yang hebat, maka nabi berbicara tentang kekuasaan yang akan seperti bungan yang layu. “ Rumput menjadi kering dan bunga menjadi layu, tetapi firman Allah ita tetap untuk selama-lamanya“. Rumput dan bunga adalah adalah daging, sedangkan firman Allah adalah Roh. Dengan demikian menjadi jels bahwa istilah daging menunjukkan segi kerapuhan dan kehidupan dunia, sedangkan Roh untu menyebut segi Ilahi atau kekuatan dari pihak Allah. Kerapuhan atau dagin kerap kali secara moral dikaitkan dengan kelemahan untuk setia kepada perintah Allah dan hubungan baik dengan sesama, atau berdosa. Manusia yang belum tersentuh oleh kekuatan Roh Yesus Kristus oleh Paulus disebut sebagai yang berasal dari daging, rapuh, tunduk kepada kematian dan dosa, jauh dari Allah bahkan memusuhi Allah. Dunia lalu digambarkan hitam putih, yang kelabu tidak ada. Situasi hidup manusia yang dikuasai oleh dosa  dan kekuatan daging itu juga tercermin dalam semesta alam yang membuat manusia takut dan tak berdaya. Manusia merasa dikuasai mencoba untu melepasan diri tetapi tidak mampu  dan tidak terbuka kepada Allah. Paulus menyebutkan kejahatan adalah perbuatan daging dan kebajika adalah buah-buah Roh (Gal.5:19-22)[7].
2.3.       Istilah Antropologi Menurut Paulus
2.3.1.         Soma (Tubuh)
Soma (tubuh) adalah salah satu yang penting dari tulisan Paulus dan pemakainannya pada tulisannya lebih dari 50 kali. Pada penggunaan bahasa Inggris kata “tubuh” adalah yang biasanya pada individual  “organisme  jasmani” atau “mayat/bangkai”. Jadi dalam bahasa Inggris identifikasi tubuh adalah yang menyangkut tubuh fisik.[8]  Kata σϖμα digunakan pada tubuh Yesus dan pada seekor hewan. Seorang yang sudah mati σϖμα  dapat dibangkitkan kembali.  Faktanya tubuh mengalami penyakit dan penyembuhan atau  tubuh membutuhkan makanan dan baju, dan tubuh juga perlu dibersihkan.[9] 
Istilah σϖμα  muncul dalam Paulus pada tiga konteks:[10]
1.     Paulus menggunakan σϖμα seperti penandaan netral pada keadaan fisik manusia. Ketika persoalan Paulus pada penghukumannya kepada orang yang tidak bermoral di Korintus, dia tidak hadir dalam tubuh tetapi hadir dalam roh. Paulus memikul  tanda-tanda Yesus pada tubuhnya, seperti dari luka-luka bahwa dia telah menerima  pukulan-pukulan selama pekerjaan misinya.  Seperti tempat keinginan dan hasrat manusia, tubuh harus dijinakkan (1 Kor.9:27). Paulus meninggikan keadaan σϖμα  untuk menjadi yang mendasar pada semua keadaan, Tuhan memberikan pada setiap ciptaan sebuah tubuh yang pantas yang bersifat     istimewa.
2.    Paulus juga menggunakan σϖμα dalam pengertian negatif. Dalam Roma 6:6 Rasul berbicara tentang kebinasaan  tubuh yang berdosa dalam baptisan. Paulus berata bahwa tubuh berdosa maksudnya tidak berbeda dari tubuh  pada kematian dalam Roma 7:24 :  manusia menjadi total tersembunyi dari kekuatan dosa dan kematian. Meskipun mereka telah dibebaskan dari kekuatannya karena peristiwa Kristus, Paulus dapat menantang pembacanya  tidak untuk membiarkan dosa berkuasa dalam diri mereka (tubuh). Di dalam Roma 8:10 tubuh itu adalah mati. Dan dosa tidak mati. Dosa tinggal di dunia dan terus mencobai dan menguji tubuh.  
3.   Paulus  mengggunakan istilah σϖμα  pada pengertian positif  seperti luasnya pernyataan untuk diri manusia itu. Tubuh perlu banyak  lebih dari pada makanan dan minuman. Itu tidak menegaskan dengan fungsi biologis tetapi, lebih baik   kepunyaan Tuhan.  (Tubuh dimaksudkan bukan untuk berzina tetapi untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh).  Tubuh adalah tempat dimana dia harus memuliaan Allah (1 Kor.6:20). Penegasan Allah dan tuntutan Allah pada kita disatukan dalam sebuah kesatuan karena itu adalah tempat dimana kehidupan baru yang disebut dalam ketaatan orang-orang percaya.
2.3.2.         Sarx (Daging)
Penulisan kat sarx (daging) sebanyak 91 kali pada surat-surat Paulus dan 26 kali  khusus pada Roma.[11]  Kata  daging (sarx) dalam Septuaginta dipakai untuk menterjemahan kata Ibrani “basar”. Kata “basar” berarti manusia seluruhnya (jadi buan hanya tubuh saja), sejauh manusia menghayati diri sebagai makhluk yang lemah dan fana, khususnya berhadapan dengan Alla. Maka disebut “basar” bukan hanya manusia saja tetapi semua makhluk ciptaan.[12] Paulus  menggunakan σάρξ  (daging, jasmani). Pertama dalam istilah netral, untuk menandakan aspek fisik pada kondisi manusia itu. Σάρξ dapat dengan sederhana menunjukan pada otot dari pada tubuh seperti dalam ungkapan “duri dalam daging” pada 2 Korintus 12:7. Meski ketika menggunakan dalam istilah biasanya, σάρξ  selalu menunjukkan pada keadaan fisik manusia.[13]
Pada umumnya sarx  bertentangan dengan Allah dan bahkan di dalam tulisan-tulisan Paulus istilah tersebut sering berlawanan dengan pneuma (roh), tetapi hal ini hanya berlaku  pada gagasan Kristen tentang manusia (Gal.5:17). Kata sarx pada surat-surat Paulus terdapat aspek ganda berhubugan  dengan dosa. Kadang-kadang istilah itu hanya menandakan kaitannya dengan dosa secara umum seperti dalam istilah ensarki (di dunia atau secara duniawi) to fronema tes sarkos (pikiran daging).  Manusia yang dilihat sebagai sarx  ialah manusia sebagai anggota dunia yang jahat yang sekarang ini (Gal.1:4), sedangkan pandangan Paulus mengenai keselamatan mencakup kebebasan manusia dari dunia sekarang ini, dari manusia yang dianggap sarx  menjadi manusia yang rohani (pneuma) .[14]
2.3.3.         Nous (Akal Budi)
Istilah muncul sebanyak 21 kali pada surat-surat Paulus, 6 kali muncul pada Roma dan 7 kali pada 1 Korintus.[15] Akal budi manusia akan berfungsi sebagaimana mestinya hanya kalau memenuhi kehendak Allah, dan melalui akal budilah manusia dapat mengetahui perbuatan tangan Allah dalam penciptaan. Bagi Paulus νουσ dapat bercahaya (2 Kor 4:6), dan dapat pula diperbaharui (Rom.12:2). Νους  orang Kristen menjalankan fungsi yang penting dalam mengetahui kehendak Allah, mesupin demikian hal ini tida berarti bahwa pemahaman akan kehendak Allah saja dapat memampukan manusia untuk melaksanakannya.[16]  Νους digunakan dalam istilah yang bervariasi seperti:[17]
1.       Νους merupakan pikiran dan watak. Dalam istilah ini, itu ungkapan di dalam pengenalan atau sikap moral, apakah pada manusia biasa atau orang Kristen, tetapi hanya di pakai pada istilah resmi. Kesatuan jemaat Kristen menemukan lambang ketika pengikut diperkuat dalam pikiran yang sama.
2.       Νους  merupakan alasan praktis. Ini  adalah kesadaran moral seperti memutuskan dengan konkrit kemauan dan tindakan. Νους  adalah semata-mata kegunaan manusia, meskipun kehadirannya termasuk tanggungjawab manusia terhadap Tuhan.
3.       Νους adalah pengertian. Dalam istilah ini νουσ adalah sebuah organ intelektual, kemampuan pengetahuan apakah seperti keadaan atau tindakan. Νους  adalah pengertian  yang menghasilkan gagasan jelas pada kata-kata yang dimengerti dan yang aktivitasnya ditunda selama keadaan rohani bergembira.   
4.       Νους merupakan pikiran, pendapat dan ketetapan hati. Νους  pastilah tujuan penyelamatan Allah  yang Paulus temukan jalan keluar pada masalah dalam Roma 9-11.
2.3.4.         Suneidesis (Suara Hati, Hati Nurani)
Suneidesis pusat pengendalian diri manusia. Suneidesis muncul sebanyak 14 kali dalam tulisan Paulus. Paulus mungkin mengadopsi istilah suneidesis dari filsafat Helenistik.[18]  .[19] Suneidesis  artinya adalah pengetahuan mengenai suatu tindakan disertai penilaian tentang tindaan itu. Karena itu suneidesis berbeda dengan nous atau akal pikiran dalam hal tidak melibatkan kegiatan kehendak manusia. Hati nurani menunjukkan bahwa manusia sadar akan dirinya sebagai makhluk rasional.[20] 
2.3.5.         Kardia (Hati Sanubari)
Dalam beberapa hal kardia digunakan dalam arti batin manusia yang utuh. Paulus memandang hati manusia sebagai pelaku iman (Rom.10:10), yang menunjukkan penyerahan seluruh pribadi seseorang kepada Kristus. Alla telah membuat terangnya bercahaya di dalam kardia, (hati sanubari) supaya kita berolah terang dari pengetahuan tntang kemuliaan Alla yang nampak  pada wajah Kristus (2 Kor.4:6;Ef.1:18). Istilah kardia muncul 52 kali pada Paulus.[21] Hati adalah pusat kehidupan manusia dan sumber atau tempat semua kekuatan dan fungsi-fungsi jiwa dan roh dibuktikan dalam beberapa perbedaan yang terjadi pada Perjanjian Baru:
a.       Didalam hati tinggal perasaan-perasaan dan emosi, hasrat dan nafsu. (2 Kor.7:3)
b.       Hati adalah tempat dari pengertian, sumber dari ide-ide dan refleksi (Ibr. 4:12)
c.        Hati adalah tempat dari kemauan dan sumber dari ketetapan hati (Kol 4:8)
d.       Hati adalah yang memutuskan tingkah laku moral dan akar kehidupan keagamaan (Ibr.3:12)[22]
2.3.6.         Psukhe (Jiwa/Nyawa)
Paulus menggunakan kata psukhe sebanya 13 kali, 4 diantaranya ada pada Roma.[23] Psukhe muncul menjadi fokus utama dari penebusan adalah jiwa (walau tubuh juga mengalami dampak penebusan) (Yak. 1:21;1 Ptr.1:9,22;2:11,25). Jiwa dapat diartikan sebagai keseluruhan dari manusia.[24] Istilah psukhe  ini digunakan khususnya untu menunjukkan hidup manusia (Rom.11:3,16:4;Fil.3:20). Dalam 1 Tesalonika 2:8, istilah ini lebih luas digunakan karena disitu ditekankan tentang hidup karena Paulus menggunakan kata sifat apsupkhos, tak berjiwa sebagai istilah untuk menunjukkan benda mati, maka istilah psukhe dalam arti kehidupan menjadi jelas. Menurut filsafat Yunani jiwa dipandang sebagai sesuatu yang tinggi dan mulia dimana hal ini bertentangan dengan pandangan Paulus yang selalu menghubungkan psukhe dengan kedudukan manusia yang rendah.[25]
2.3.7.         Pneuma (Roh)
Istilah pneuma  banyak digunkan oleh Paulus dalam hubungannya dengan Roh Kudus, namun istilah ini dipergunakan dalam berbagai arti lain yang beberapa di antaranya penting untuk tujuan kita.  Pneuma berasal dari dorongan kuatnya Roh Allah pada saat pertobatan dalam hidup eristenan. Hal ini membawa dimensi baru  dalam kehidupan manusia. Bagi orang percaya pneuma  tampaknya manusia terikat dengan pada Allah, yakni manusia yang didorong  dan digerakkan oleh Allah, manusia bersekutu dengan Allah. Orang-orang yang buan Kristen tidak bersekutu dengan Allah, karena manusia duniawi tidak dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah (1 Kor.2:14). Istilah pneuma  dapat dipahami dengan dua hal yaitu pneuma alamimanusia dan pneuma  Kristen. Jika Paulus berbicara mengenai rohnya yang disegarkan, ia sedang menggunakan istilah secara umum, yang juga berlaku untuk orang-orang bukan Kristen.(1Kor.16:18;2 Kor2:13,7:13) Dalam arti ini pneuma sebenarnya sepadan dengan diri sendiri. Paulus tidak menggunakan istilah pneuma dalam arti angin atau nafas, juga tidak memakainya untuk binatang. Pneuma  berarti keadaan manusia yang lebih tinggi,yang tidak semata-mata baik dan tidak pula jahat. Pneuma dapat dicemarkan (2Kor3:1), dan dapat dikuduskan (1Kor 7:34). Menurut Paulus pneuma orang Kristen harus dikuasai oleh Roh Allah.[26]
2.4.       Istilah-Istilah Antropologi menurut Pandangan Masyarakat Batak Simalungun[27]
2.4.1.         Tubuh (angkula)
Tonduy   juga memiliki tempat-tempat kediaman tertentu di tubuh manusia seperti:
1.       Si Tarihat yang berada di kulit
2.       Si Ramboeni  yang tinggal di dalam daging
3.       Si Goeliman  yang merupakan dirinya dalam bentu otot atau pembuluh darah
4.       Si Pangoetan  yang berdiam di dalam tulang
5.       Si Djoengjoengan yang menempati kepala atau otak manusia.
Konsepsi orang Simalungu menyatakan bahwa badan manusia hanyalah selubung yang menyelubungi tonduy. Maka sewaktu-waktu tonduy dapat meninggalkan tubuh manusia. Kalau tonduy pergi hanya sementara saja, maka tubuh orang bersangkutan akan sakit. Namun apabila tonduy meninggalkan tubuh manusia itu selamanya, maka manusia itu akan mati. Maka dengan demikian posisi tonduy dan hubungannya dengan tubuh sangat erat sekali.
2.4.2.         Jiwa (Tonduy)
Masyarakat Simalungun Kuno percaya bahwa tonduy  atau begu-begu mempunyai sifat-sifat yang berbeda, sebagaimana dalam ungapan Simalungun “Mar tonduy na manggoluh, marbegu na dob matei” artinya bahwa manusia yang hiduplah yang mempunyai roh, sementara orang yang sudah menginggal rohnya berubah menjadi semacam “hantu”  atau makhluk halus. Pada hakekatnya tonduy  tidak pernah mengganggu. Sebaliknya begu-begu sering memberikan gangguan kepada makhluk hidup. Keyakinan orang Simalungun dipercayai bahwa ada berbagai jenis tonduy  yang selalu mengiringi perjalanan hidup manusia. Di kalangan suku Simalungun pada zaman dahulu, dikenal  berbagai macam upacara ritual yang berhubungan dengan tonduy . Misalnya menurut  penglihatan seseorang seseorang menjadi sakit aibat tonduy   meninggalkan tubuhnya, maka diadakan  upacara yang disebut mardilo tonduy,atau maranggir, padashon sirni uhur,marbuang jakka, marbah-bah. Upacara ini bertujuan untu memanggil kembali dan mengajak tonduy  seseorang  agar kembali datang dan memasui tubuhnya, sehingga pulih kembali. Adannya kemaran tonduy  disebabkan oleh berbagai hal yaitu mengacuhkan aturan-aturan adat, misalnyaurang menunjukkan rasa hormat kepada tondong, atau kepada yang laya dihormati, melakuan pelanggaran menurut adat di tempat-tempat tertentu maupun akibat tidak diacuhkan keinginan dari tonduy  
2.5.       Analisa tentang Anthropologi
2.5.1.         Anthropologi Paulus dan kaitannya dengan Masyarakat Batak Simalungun Kuno
Hubungan antara anthropologi Pauus dengan masyarakat Simalungun Kuno:
1.       Pneuma (roh) bagi Paulus   tonduy (roh) bagi orang Simalungun Kuno
Menurut Paulus roh menrupakan gambaran tentang pengaruh atau karunia rohani dalam kehidupan orang yang percaya dan roh itu menggambarkan suatu khas Kristen yang memisahkan orang Kristen dari orang di luar orang yang bukan Kristen. Roh menurut Paulus itu berasal dari kuatnya Roh allah pada saat pertobatan dalam hidup Kekristenan, sehingga manusia menjadi ciptaan baru (2 Kor.5:17). Roh Allah bersaksi pada manusia yaitu bagian dalam diri manusia yang mampu menanggapu pengaruh ilahi. Pneuma  berarti eadaan manusia yang lebih tinggi, yang tidak semata-mata baik dan tidak pula jaha. Ia dapat dicemarkan dan dapat dikuduskan. Bagi Paulus pneuma itu harus dikuasai oleh Allah.  Sedangkan menurut pandagan orang Simalungun Kuno mengatakan bahwa tonduy  mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Pada hakekatnya tonduy  tidak pernah mengganggu. Sebaliknya begu-begu sering memberikan gangguan kepada makhluk hidup. Keyakinan orang Simalungun dipercayai bahwa ada berbagai jenis tonduy  yang selalu mengiringi perjalanan hidup manusia. Di kalangan suku Simalungun pada zaman dahulu, dikenal  berbagai macam upacara ritual yang berhubungan dengan tonduy .
2.       Soma (tubuh) menurut Paulus angkula (tubuh) bagi orang Simalungun Kuno
Menurut Paulus tubuh adalah sesuatu yang fana. Tubuh  yang sudah mati dapat dibangkitkan kembali.  Faktanya tubuh mengalami penyakit dan penyembuhan atau  tubuh membutuhkan makanan dan baju, dan tubuh juga perlu dibersihkan. Tujuan sebenarnya dari tubuh itu adalah sebagai Roh Kudus, karena itu Allah dimulikan dalam Tubuh (1 Kor.6:19-20). Jadi hal ini yang membedakan tubuh dengan daging, dan memperlihatkan bahwa tubuh lbih unggul  daripada daging. Sementara konsepsi orang Simalungun menyatakan bahwa badan manusia hanyalah selubung yang menyelubungi tonduy. Maka sewaktu-waktu tonduy dapat meninggalkan tubuh manusia. Kalau tonduy pergi hanya sementara saja, maka tubuh orang bersangkutan akan sakit. Namun apabila tonduy meninggalkan tubuh manusia itu selamanya, maka manusia itu akan mati. Maka dengan demikian posisi tonduy dan hubungannya dengan tubuh sangat erat sekali.
.
III.     Daftar Pustaka
Baumgartel, Friedrich.,” καρδίαTheological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol. III, Gerhard Kittel  (ed) Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993
Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta:BKP-GM, 2012
Conzelman, Hans., “συνείδηις Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol. IV, Gerhard Friedrich  (ed)  Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993
Darmawijaya, Sekilas bersama Paulus,Yogyakarta:Kanisius,1992
Dasuha, J.R.P. & Martin Lukito Sinaga., Tole! Den Timorlanden Das Evangelium! Sejarah Seratus Tahun Pekabaran Injil DI Simalungun, 02 September 1903-2003, Pematangsiantar:Kolportase GKPS, 2003
Dun, James D. G., The Theology of Paul the Apostle, USA:Library of Congress Catalog in Publication,1989
Guthrie, Donald., Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta:BPK-GM, 2012
Jacobs, Tom., Paulus, Hidup Karya dan Teologinya, Jakarta:BPK-GM, 1990
Ladd, George Eldon., Teologi Perjanjian Baru II, Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2002
Napel, Henk ten., Kamus Teologi Inggris Indonesia, Jakarta:BPK-GM, 2012
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka,1987
Ryrie, Carles C., Teologi Dasar I, Yogyaarta:ANDI, 1991
Scheweizer, Eduard.,  σάρξ”, Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol. VII, Gerhard Friedrich  (ed) Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993
Schewizer, Edward., “σϖμα”, Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol. VII, Gerhard Friedrich (ed)  Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993
Schnelle, Udo.,  Apostle Paul His Life and Theology, Grand Rapids, Mic: Baker Academic,  English translation,  2003
Simajuntak, Postman., Berkenalan dengan Antropologi, Jakarta:Erlangga, 2000
Wurthwein, E.,  νουσ”, Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol. IV, Gerhard Kittel  (ed) Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993


                [1] Henk ten Napel,Kamus Teologi Inggris Indonesia,(Jakarta:BPK-GM,2012), 33
                [2]  W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka,1987), 52
                [3]  Postman Simajuntak, Berkenalan dengan Antropologi,(Jakarta:Erlangga,2000), 98
                [4]  W.R.F.Browning, Kamus Alkitab,(Jakarta:BKP-GM 2012), 27
                [5] Donald Guthrie,Teologi Perjanjian Baru 1,(Jakarta:BPK-GM,2012),167
                [6] George Eldon Ladd,Teologi Perjanjian Baru II,(Bandung:Yayasan Kalam Hidup,2002) ,129
                [7] Darmawijaya,Sekilas bersama Paulus,(Yogyakarta:Kanisius,1992),88-90
                [8] James D. G. Dun, The Theology of Paul the Apostle, (USA:Library of Congress Catalog in Publication,1989), 55
                [9]Edward Schewizer, “σϖμα”, Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol VII. Gerhard Friedrich (ed)  (Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company,1993), 1057-1058
                [10] Udo  Schnelle, Apostle Paul His Life and Theology (Grand Rapids, Mic: Baker Academic,  English translation,  2003), 495-497
                [11]  James D. G. Dun, The Theology of Paul the Apostle, 61
                [12] Tom Jacobs, Paulus, Hidup Karya dan Teologinya,(Jakarta:BPK-GM,1990), 225
   [13] Eduard Schweizer,  σάρξ”,  Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol VII, Gerhard Friedrich  (ed) (Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company,1993), 125-126
                [14] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, 177-178
                [15] James D. G. Dun, The Theology of Paul the Apostle, 73
                [16]  Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, 173-175
   [17]  E.Wurthwein,  νουσ”, Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol. IV, Gerhard Kittel  (ed) (Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993), 958-959
                [18]  Udo  Schnelle, Apostle Paul His Life and Theology ,528
                [19] Hans Conzelman, “συνείδηις Theological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol. IV, Gerhard Friedrich  (ed) (Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993), 915
                [20] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, 176
                [21] James D. G. Dun, The Theology of Paul the Apostle,74
                [22]  Friedrich Baumgartel,” καρδίαTheological Dictionary of the New Testament Theology (TDNT), Vol. III, Gerhard Kittel  (ed) (Mic: Grand Rapids, WM.B. Eerdmans Publishing Company, 1993), 611-612
                [23] James D. G. Dun, The Theology of Paul the Apostle,76
                [24]Carles C. Ryrie,Teologi Dasar I,(Yogyaarta:ANDI,1991), 288
                [25] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I,167-169
                [26] Ibid,169-171
                [27]  J.R.P.Dasuha & Martin Lukito Sinaga, Tole! Den Timorlanden Das Evangelium! Sejarah Seratus Tahun Pekabaran Injil DI Simalungun, 02 September 1903-2003,(Pematangsiantar:Kolportase GKPS,2003),39-40