SCITO TE IPSUM

The greatest thing in all my life is knowing you. I want to know you more. The greatest thing in all my life is loving you. I want to love you more. The greatest thing in all my life is serving you. I want to serve you more.

Senin, 11 April 2016

TAFSIRAN AYUB (H PL II)


Tafsiran dari Ayub 1:6-12
   Dengan Metode Historis Kritis
I.              Pendahuluan
Alkitab memiliki otoritas tertinggi. Alkitab akan lebih mudah dipahami apabila sudah ditafsirkan karena jika hanya dibaca mungkin akan sulit menemukan maknanya. Salah tafsiran yang akan menambah wawasan adalah dengan tafsiran historis kritis.  Salah satu  darialkitab yang akan penyaji tafsir ialah kitab Ayub. Kitab Ayub adalah kitab yang sangat berbeda dengan kitab yang lain didalam Alkitab. Dalam kitab ini Tuhan mengizinkan iblis untuk mencobai Ayub  seorang yang saleh, apakah dia benar-benar orang yang menaruh kepercayaan kepada Tuhan walaupun  dia dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Jika kita baca secara menyeluruh kitab Ayub kita akan menenmukan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa “manusia jangan hanya bersyukur ketika berkat datang tetapi ketika bencana menimpa haruslah juga bersyukur. Untuk lebih memahami isi dari kitab Ayub, kami penyaji akan membahas sebagian dari kitab ini. Kami akan membahas sebagian dari pasal I (pertama). Kami penyaji masih jauh dari kesempurnaan dalam masalah pemaparan sajian, oleh sebab itu penyaji menerima kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi sajian kami.
Syalom...
II.           Pembahasan
2.1.            Metode penafsiran Historis Kritis
Historis Kritis adalah salah satu usaha untuk mendekati pengertian Perjanjian Lama dari sistem-sistem seperti pendekatan antropologi, religio-historis, kesusasteraan, sosiologi, arkeologi dan teologi yang mendekati kritik histori.[1]Kritik historis  terhadap Alkitab bermula dari usaha para penafsir untuk mengerti kondisi sejarah penulisan kitab-kitab namun pengaruh filsafat mengedalikan penelitian tersebut sehingga mereka berusaha mengartikan unsur religio dan supranatural dan akhirnya kritik historis berkembanga pesat sehingga menjadi beberap bentuk kritis, yaitu: kritik bentuk, kritik tradisi, kritik redaksi dan kritik teks.[2] Kritik historis mendapat sambutan dari teolog karena yang dibuktikan dengan mulainya langkah-langkah metode kritik teks yang berkembang pada abad ke-19 dan mencapai kejayaan hingga pada abad ke-20.
Ada tiga dasar pendekatan historis kritis, yaitu:
1.    Alkitab sebagai buku sejarah yang harus diselidiki sama seperti buku-buku lain
2.    Penelitian ilmiah terhadap Alkitab harus bebas dari kukungan dan tuntutan doktrin dan tradisi gereja
3.    Fungsi analisa tidak hanya menyangkut keputusan tetapi harus mencapai penilaian terhadap teks-teks Alkitab[3]
Metode penafsiran Historis Kritis  sangat penting dalam penafsiran karena dapat menjangkau teks asli yang dapat dipercayai. Dengan mengadakan rekontruksi teks yang terjadi pada masa teks ditulis, yang diterima sebagai kitab sebelum pengkanonan seluruh Alkitab. Dengan metode ini  juga penafsir akan mempelajari teks yang akan ditafsir dan kemudian dimampukan untuk mengenal kesalahan-kesalahan yang akan dibenarkan, bagaimana ia melengkapi , menyisispkan, memelihara sampai pada penulisan-penulisan yang kurang atau berlebih.[4]
Adapun kelemahan dan kelebihan historis Kritis adalah:
Kelemahan
·                     Analisa sejarah bersifat dugaan
·                     Alkitab dipahami sebagai buku sejarah
·                     Dalam penafsiran yang digunakan tidak sama dengan kitab lain, sehingga banyak orang mengabAIKAN Alkitab secara totalitas.
·                     Bersifat ilmiah sering kehilangan makna teks dan sampai masa kini
·                     Adanya perubahan-perubahan teks sehingga tidak  terlihat kesinambungan dengan teks lainnya.
Kelebihan
·                     Adanya pendekatan diakronis
·                     Membuka jalan pembaca modern tentang makna teks Alkitabiah
·                     Memahami makna teks secara mendalam tanpa mengeluarkan makna teks yang terkandung didalamnya.
2.2.            Analisa Sejarah
2.2.1.      Latar belakang Kitab Ayub 1:6-12
Nama kitab Ayub berdasarkan nama tokoh yang diceritakan dalamnya yang mana dia adalah tokoh utama dalam kitab ini, yaitu Ayub. Nama Ayub berasal dari bahasa Ibrani yang diterjemahkan dalam Septuaginta “ίγγον” yang artinya “Dimanakah Bapaku?”. Kitab ini juga terdapat  dalam surat-surat Amarna (kira-kira tahun 1350 SM) dan dalam naskah-naskah kutukan dari Mesir (kira-kira tahun 2000 SM ). Berdasarkan kedua tulisan tersebut nama Ayub adalah nama pemimpin suku di Palestina.[5] Dari makna nama Ayub sudah jelas bahwa kitab ini menceritakan mengenai penderitaan seorang tokoh yaitu Ayub, yang mana ia adalah seorang yang kaya raya, yang tulus hati dan saleh namun secara tiba-tiba ia kehilangan hartanya bendanya, keluarganya, dan sahabatnya serta ia menderita sakit parah yaitu penyakit Kusta disekujur tubuhnya.[6]
2.2.2.      Penulisan dan waktu penulisan
Tempat terjadinya peristiwa dalam kitab ini ialah "tanah Us" (Ayub 1:1) yang kemudian menjadi wilayah Edom, terletak di bagian tenggara Laut Mati atau di sebelah utara Arabia (bd. Rat 4:21); jadi latar belakang sejarah Ayub bersifat Arab dan bukan Ibrani.
Dua tanggal penting hendaknya dipertimbangkan berhubungan dengan kitab Ayub:
  1. tanggal kehidupan Ayub sendiri dan peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam kitab ini, dan
  2. tanggal penulis kitab ini yang diilhamkan.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa Ayub sendiri hidup sekitar zaman Abraham (2000 SM) atau sebelumnya. Fakta-fakta yang paling penting ialah:
  1. Ayub masih hidup selama 140 tahun setelah peristiwa-peristiwa dalam kitab ini (Ayub 42:16), yang menyarankan jangka hidup yang hampir 200 tahun (Abraham hidup 175 tahun);
  2. kekayaannya dihitung dari jumlah ternak (Ayub 1:3Ayub 42:12);
  3. pelayanannya sebagai imam dalam keluarganya, seperti Abraham, Ishak, dan Yakub (Ayub 1:5);
  4. sistem keluarga pimpinan ayah menjadi kesatuan sosial mendasar seperti pada zaman Abraham (Ayub 1:4-5,13);
  5. serbuan orang-orang Syeba (Ayub 1:15) dan orang Kasdim (Ayub 1:17) yang cocok dengan zaman Abraham;
  6. sering kali (31 kali) penulis memakai nama yang dipakai para patriarkh bagi Allah, yaitu Shaddai (Yang Mahakuasa); dan
  7. tidak ada petunjuk sama sekali kepada sejarah Israel atau hukum Musa sehingga memberi kesan tentang zaman pra-Musa (sebelum 1500 SM).
Ada tiga pandangan utama mengenai tanggal kitab ini ditulis. Kitab ini mungkin disusun
  1. selama zaman para leluhur (sekitar 2000 SM) tidak lama sesudah semua peristiwa ini terjadi dan mungkin ditulis oleh Ayub sendiri;
  2. selama zaman Salomo atau tidak lama sesudah itu (sekitar 950-900 SM), karena bentuk sastra dan gaya penulisannya mirip dengan kitab-kitab sastra hikmat masa itu; atau
  3. selama masa pembuangan (sekitar 586-538 SM), ketika umat Allah sedang bergumul mencari arti teologis dari bencana mereka.
Penulis yang tidak dikenal, jikalau bukan Ayub sendiri, pastilah memiliki sumber-sumber lisan atau tertulis yang terinci dari zaman Ayub, yang dipakainya di bawah dorongan dan ilham ilahi untuk menulis kitab ini sebagaimana adanya sekarang. Beberapa bagian dari kitab ini pasti telah diberikan melalui penyataan langsung dari Allah (mis. Ayub 1:6-2:10).
2.2.3.      Tujuan Penulisan[7]
Kitab Ayub menggumuli pertanyaan abadi, "Jikalau Allah itu adil dan penuh kasih, mengapa diizinkan-Nya orang yang sungguh-sungguh benar seperti Ayub (Ayub 1:1,18) menderita demikian hebat?" Ketika menggumuli soal ini, ada bebrapa kebenaran-kebenaran berikut.
1.                   Selaku musuh Allah, Iblis menerima izin untuk menguji kesejatian iman seorang benar dengan menyiksa dia; tetapi kasih karunia Allah menang atas penderitaan karena oleh iman Ayub tetap kokoh dan tidak goyah, bahkan ketika kelihatannya tidak ada keuntungan jasmaniah atau duniawi untuk terus mengabdi kepada Allah.
2.                   Allah digerakkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang terlalu luas sehingga tak dapat dipahami oleh pikiran manusia (Ayub 37:5); karena kita tidak melihat dengan kelapangan hati dan visi Yang Mahakuasa, maka kita memerlukan Allah menyatakan diri-Nya kepada kita.
3.                   Landasan iman yang sesungguhnya tidak terletak dalam berkat-berkat Allah, dalam situasi-situasi pribadi atau jawaban-jawaban yang cerdik pandai, tetapi dalam penyataan Allah sendiri.
4.                   Allah kadang-kadang mengizinkan Iblis menguji orang benar dengan kesengsaraan agar memurnikan iman dan kehidupan mereka, sebagaimana emas dimurnikan oleh api (Ayub 23:10; bd. 1Pet 1:6-7); ujian semacam itu mengakibatkan peningkatan integritas rohani dan kerendahan hati umat-Nya (Ayub 42:1-10).
5.                   Sekalipun cara-cara Allah menghadapi kita kadang-kadang tampak suram dan kejam (sebagaimana dikira oleh Ayub sendiri), akhirnya Allah tampak dalam belas kasihan dan kemurahan yang penuh. (Ayub 42:7-17; bd. Yak 5:11).
2.3.            Struktur Teks
Menurut buku J.Bloomendal, Kitab Ayub dapat dibagi menjadi[8];
Pasal 1-2            : Sidang illahi
Pasal 3-27          : Perdebatan Ayub dengan kawan-kawannya
Pasal 28-31        : Hikmat dipuji
Pasal 32-37        : Elihu, Kawan yang Keempat
Pasal 38-42:6     : Allah sendiri datang dan menjawab
Pasal 42:7-17     : Allah mengatakan bahwa kawan-kawannya itu tidak benar, dan Ayub memperoleh kembali kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan.
          Menurut buku Survei Perjanjian Lama, Kitab Ayub dapat dibagi menjadi[9]:
1.      Prolog (1-2)
2.      Dialog
a.       Ratapan pembukaan Ayub (3)
b.      Putaran 1: Penghiburan
Elifas (4-5)
Ayub (6-7)
Bildad (8)
Ayub (9-10)
Zofar (11)
Ayub (12-14)
c.       Putaran 2 : Nasib orang fasik
Elifas (15)
Ayub (16-17)
Bildab (18)
Ayub (19)
Zofar (20)
Ayub (21)
d.      Putaran 3: tuduhan –tuduhan Khusus
Elifas (22)
Ayub (23-14)
Bildad (25)
Ayub (26-27)
3.      Selingan : Nyanyian Hikmat (28)
4.      Peercakapan
a.       Percakapan 1 : Ayub
Kenangan (29)
Kesengsaraan (30)
Sumpah (31)
b.      Percakapan 2: Elihu
Pendahuluan dan teori (32-33)
Keputusan terhadap Ayub (34)
Ayub (35)
Pernyataan penutup berupa rangkuman (36-37)
c.       Percakapan 3: Allah
Ucapan 1 (38-39)
Ucapan 2 (40-41)
d.      Pernyataan –pernyataan penutup Ayub (40-3-5;42:1-6s)
5.      Epilog (42:7-17)

Menurut buku Alkitab penuntun hidup berkelimpahan:
1.         Prolog Prosa: Krisisnya
(
Ayub 1:1-2:13)
a.    Ayub, Orang Benar yang Takut Akan Allah
(
Ayub 1:1-5)
b.    Percakapan Antara Tuhan Dengan Iblis, dan Berbagai Musibah yang Kemudian Menimpa Ayub
(
Ayub 1:6-2:10)
c.    Kunjungan Ketiga Sahabat Ayub
(
Ayub 2:11-13)
2.         Dialog Antara Ayub dan Teman-temannya: Usaha Mencari Jawaban yang Masuk Akal
(
Ayub 3:1-31:40)
a. Rangkaian Dialog Pertama: Kebenaran Allah
(
Ayub 3:1-14:22)
1.        Ayub Meratapi Hari Kelahirannya
(
Ayub 3:1-26)
2.        Tanggapan Elifas
(
Ayub 4:1-5:27)
3.        Tanggapan Balik Ayub
(
Ayub 6:1-7:21)
4.        Tanggapan Bildad
(
Ayub 8:1-22)
5.        Tanggapan Balik Ayub
(
Ayub 9:1-10:22)
6.        Tanggapan Zofar
(
Ayub 11:1-20)
7.        Tanggapan Balik Ayub
(
Ayub 12:1-14:22)
b.    Rangkaian Dialog Kedua: Nasib Orang Fasik
(
Ayub 15:1-21:34)
1.        Tanggapan Elifas
(
Ayub 15:1-35)
2.        Tanggapan Balik Ayub
(
Ayub 16:1-17:16)
3.        Tanggapan Bildad
(
Ayub 18:1-21)
4.        Tanggapan Balik Ayub
(
Ayub 19:1-29)
5.        Tanggapan Zofar
(
Ayub 20:1-29)
6.        Tanggapan Balik Ayub
(
Ayub 21:1-34)
c.     Rangkaian Dialog Ketiga: Sifat Berdosa Ayub
(
Ayub 22:1-31:40)
1.        Tanggapan Elifas
(
Ayub 22:1-30)
2.        Tanggapan Balik Ayub
(
Ayub 23:1-24:25)
3.        Tanggapan Bildad
(
Ayub 25:1-6)
4.        Tanggapan Balik Ayub
(
Ayub 26:1-14)
5.        Rangkuman Terakhir Ayub Mengenai Pendapat Dasarnya
(
Ayub 27:1-31:40)
3.         Berbagai Wejangan Elihu: Awal Pengertian
(
Ayub 32:1-37:24)
a.    Elihu Diperkenalkan
(
Ayub 32:1-6a)
b.    Wejangan Pertama: Ajaran Allah Kepada Manusia Melalui Penderitaan
(
Ayub 32:6-33:33)
c.     Wejangan Kedua: Keadilan Allah dan Kepongahan Ayub
(
Ayub 34:1-37)
d.    Wejangan Ketiga: Kejujuran Tidaklah Tanpa Keuntungan
(
Ayub 35:1-16)
e.    Wejangan Keempat: Kesemarakan Allah dan Ketidaktahuan Ayub
(
Ayub 36:1-37:24)
4.          Tuhan Menjawab Ayub: Penyataan Langsung
(
Ayub 38:1-42:6)
a.    Allah Menegur Ketidaktahuan Ayub
(
Ayub 38:1-39:35)
b.    Kerendahan Hati Ayub
(
Ayub 39:36-38)
c.     Allah Menentang Kecaman Ayub Terhadap Keadilan-Nya Dalam Memerintah Dunia (Ayub 40:1-41:25)
d.    Ayub Mengakui Keterbatasan Pengetahuannya Tentang Jalan-Jalan Allah
(
Ayub 42:1-6)
5.         Epilog Prosa: Krisis Berakhir
(
Ayub 42:7-17)
a.    Ayub Berdoa untuk Ketiga Temannya
(
Ayub 42:7-9)
b.    Berkat Dua Kali Lipat bagi Ayub
(
Ayub 42:10-17)
2.4.            Analisa Peredaksian[10]
Untuk dapat meneliti tentang ananlisa peredaksian ini, kia harus terlebih dahulu mengetahui tentang sumber-sumber yang ada dalam Perjanjian Lama. Adapun sumber-sumber itu adalah:
A.    Sumber Yahwist ( Y)
Sumber Yahwist menulis sejarah Israel dari penciptaan sampai kepada kelepasan (keluaran) bangsa Israel dari Mesir dan perkembangan mereka setelah berada di Kanaan.
Adapun yang Khas dari sumber ini adalah:
·         Allah selalu disebut dengan nama Yahwe juga nenek moyang Israel sudah mengenal nama itu.
·         Pada umumnya Allah di dalam wahyuNya dituliskan  dan digambarkan dalam bentuk seorang manusia.
·         Sumber ini bersifat universal yaitu Allah adalah Khalik langit dan bumi ( Kejadian. 2:4b) dan Allah seluruh dunia daan semua manusia. Penulisan Y menitiberatkan panggilan Israel untuk menjadi umat Allah kepada mereka yang diteguhkan dan dianugrahkanNya. Dan sumber ini diperkirakan muncul dan ditulis kira-kira antara 900-800 SM
B.     Sumber Elohist (E)
Sumber E yaitu sumber yang menggunkan istilah Elohim untuk menyebut nama tuhan Allah. Sumber E lahir di kerajaan utara Israel kira-kira tahun 800-700SM ketika singkritisme melanda kehidupan bangsa Israel. Pada masa itu timbullah gerakan nabi-nabi yang memperotes dan menetang sinkritime tersebut terutama dibawah Elia dan Elisa.
C.     Sumber Deutronomis  (D)
Sumber D ialah sumber yang khusus terdapat dalam kitab ukangan . sumber ini muncul pada tahun 622 SM di Yerusalem. Ketika Bait Allah sedang diperbaiki atas pemerintah raja Yosia. Dimana pada saat itulah para tukang yang bekerja disana menenukan suatu naskah gulungan yang disebut sebagi Taurat (2 raja-raja 22:8) yang merupakan bagian dari kitab Ulangan yaitu pasal 12 sampai pasal 26.
D.    Sumber Prieterschrift (P)
Sumber P yaitu sumber yang terdiri atas tradisi-tradisi para imam. Sumber P merupakan sumber yang paling muda dan berkembang pada masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia. Didalam pembuangan para Imam berusaha memelihara tradisi secara lisan mengalami kesulitan karena adanya bahaya sinkritisme, maka para Imam berusaha menulis dan mngumpulkn tradisi supayan jangan hilang. Sumber P lajir  kira-kira tahun 550-500SM. Adapun tujuan utama dari sumber P ini adalah menyajikan suatu pandangan sistematis asal-usul dan berlakunya lembaga Theoratis Israek yang besar dan dalam lembaga tersebut, allah diakui sebagai satu-satunya penguasa Illahi

Berdasarkan dari sumber-sumber diatas, kitab Ayub ini bisa dikategorikan menjadi beberapa sumber jika dilihat tahun penulisannya, yakni ada 3 pandangan yaitu :
  1. selama zaman para leluhur (sekitar 2000 SM) tidak lama sesudah semua peristiwa ini terjadi dan mungkin ditulis oleh Ayub sendiri; berarti  berasal dari sumber E (Elohist)
  2. selama zaman Salomo atau tidak lama sesudah itu (sekitar 950-900 SM), karena bentuk sastra dan gaya penulisannya mirip dengan kitab-kitab sastra hikmat masa itu. Tulisan ini bersumber dari  Sumber Y (Yahwist)
  3. selama masa pembuangan (sekitar 586-538 SM), ketika umat Allah sedang bergumul mencari arti teologis dari bencana mereka. Ini bersumber dari Sumber P (Priesterschift)
2.5.            Analisa Bentuk Sastra
Analisa bentuk sastra adalah pendekatan kritis kepada studi sastra, bentuk serta bahasanya. Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu kitab hikmat dan syair. Kitab Ayub termasuk hikmat karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang penting dari umat manusia, dan disebut syair karena hampir seluruh kita ini berbentuk syair. Akan tetapi semua syair ini berdasarkan seorang tokoh sejarah yang nyata (Yehezkiel 14:14,20).[11]
Adapun ciri-ciri khas dari kitab Ayub ialah:
1. Ayub, penduduk Arab utara, seorang bukan Israel yang benar dan takut akan Allah, mungkin telah hidup sebelum keluarga perjanjian Israel ada (Ayub 1:1).
2. Kitab ini menyajikan pembahasan terdalam yang pernah ditulis mengenai rahasia penderitaan. Sebagai puisi dramatik, drama dalam kitab ini berisi rasa kesedihan yang mengharukan dan dialog intelektual yang menggugah perasaan.
3. Kitab ini menyingkapkan suatu dinamika penting yang beroperasi dalam setiap ujian berat yang dialami orang saleh: sementara Iblis berusaha untuk menghancurkan iman orang saleh, Allah bekerja untuk membuktikan iman itu dan memperdalamnya. Keteguhan Ayub dalam iman yang sejati memungkinkan maksud Allah menang atas niat Iblis (bd.Yakobus 5:11).
4. Kitab ini memberikan sumbangan tak ternilai kepada seluruh penyataan alkitabiah tentang pokok-pokok penting seperti Allah, umat manusia, penciptaan, Iblis, dosa, kebenaran, penderitaan, keadilan, pertobatan, dan iman.
5. Sebagian besar kitab ini mencatat penilaian teologis yang salah tentang penderitaan Ayub oleh teman-temannya. Mungkin cara berpikir mereka yang salah diulang begitu sering dalam kitab ini karena mencerminkan kesalahan yang umum terdapat antara umat Allah dan yang harus diperbaiki.
6. Peranan Iblis sebagai "penuduh" orang benar ditunjukkan dengan lebih jelas dalam Ayub daripada di kitab PL lainnya. Dari 19 acuan kepada Iblis dalam PL, 14 kali di antaranya ada dalam kitab ini.
7. Secara dramatis kitab Ayub mempertunjukkan prinsip alkitabiah bahwa orang percaya diubah oleh penyataan dan bukan informasi (Ayub 42:5-6).
2.6.            Sitz Im Leben
2.6.1.      Konteks Sosial
Sebelum Ayub mendapat cobaan berat, ia sangat di hormati oleh semua orang, baik teman-temannya, istrinya, dan orang lain. Ia orang yang bijak dan berhikmat.  Tetapi ketika ia kehilangan hartanya dan anak-anaknya  serta terkena penyakit kusta. Dengan penyakit itu membuat orang-orang menjauhinya.  Walaupun  ia di jauhi oleh orang-orang, ia tidak menyalahkan mereka.

2.6.2.      Konteks Politik
Dalam kaitan ini  kontek politik  yang ada pada masa itu Theokrasi, ini dapat dilihat dengan pengaduannya terhadap Allah, Ayub berusaha untuk menempatkan dirinya sebagai penggugat dan Allah sebagai tergugat.
2.6.3.      Konteks Ekonomi
Ayub adalah seorang yang kaya raya dari semua orang  yang ada di sebelah Timus daerah Us. Ia memiliki tujuh putra dan tiga putri. Ia memiliki banyak kawanan ternak seperti kambing, domba, unta, lembu, dan keledai.
2.6.4.      Konteks Budaya
Pada masa Ayub ini menekankan budaya “ prinsip pembalasan” berlaku untuk membuktikan campur tangan Tuhan yang berdaulat ; tetapi alam ini tidak secara otomatis untuk memikirkan suatu sistem dengan prinsip pembalasan yang terpasang di dalamnya (40:5-9).
2.6.5.      Konteks Agama
Ayub adalah seorang yang sangat saleh  dari semua orang yang ada di daerahnya dan mampu menghadapi semua pencobaan-pencobaan namun hatinya tetap teguh pada Tuhan dan menyakini monoteis (satu Tuhan).

2.7.            Analisa Teks
2.7.1.      Perbandingan Bahasa
Dalam perbandingan bahasa, penafsir menggunakan, NIV ( New International Version), LAI ( Lembaga Alkitab Indonesia), BPH ( Bibel Pakon Haleluya), yang diperhadapkan dengan TM ( Teks Masora ).
Ayat 6a
NIV                  :  The  Angels (Malaikat-malaikat itu)
LAI                  : Anak-anak Allah  
BPH                 :  Anak ni Naibata  (Anak Allah)
TM                    : [12](בְּנֵי הׇאֱלֹהִים) benȇ “ n.m.pl. Cons” hā’elōhîm “def,art-n.m.pl”. yang  artinya anak-anak Allah. sedangkan dalam LXX mengatakan “οί άγγελου τοΰ Θεΰ malaikat-malaikat Tuhan”. Dengan demikian kami menyimpulkan bahwa (בְּנֵי הׇאֱלֹהִים) adalah anak-anak Allah.
Keputusan        :  yang mendekati teks masora adalah LAI
Ayat 6b
NIV                  :  Satan also ( juga sipendakwa)
LAI                  :   juga iblis
BPH                 :  anjah sibolis (juga iblis)
TM                   :  ( הַשׇּׂטׇן ־ גַם  )‘ gam haśāṭān’, adv.def.art.n.m.s.yang artinya juga Musuh/lawan itu
Keputusan        :  tidak ada yang mendekati teks masora.

Ayat 7- ayat 12
Keputusan         : tidak memiliki perbedaan. Tetapi banyak kata yang telah diulang yang mana sama dengan ayat sebelumnya. Oleh karena itu, penafsir akan memakai kata yang telah diputuskan dalam perbandingan bahasa.
2.7.2.      Kritik Aparatus
Dari Alkitab Ibrani yang telah penyaji lihat, penyaji tidak menemukan kritik aparatusnya.
2.7.3.      Terjemahan Akhir
Ayat 6  Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga musuh.
Ayat 7  Maka bertanyalah TUHAN kepada musuh: "Dari mana engkau?" Lalu jawab musuh kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi."
Ayat 8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada musuh: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
Ayat 9 Lalu jawab musuh kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?
Ayat 10 Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
Ayat 11 Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."
Ayat 12 Maka firman TUHAN kepada Musuh: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah musuh dari hadapan TUHAN.

2.8.             Tafsiran
Ayat 6-7: Iblis
Dalam kitab Ayub “iblis” bukanlah nama diri tetapi merupakan pemaparan suatu fungsi. Fungsi yang digambarkan dengan kata Ibrani “שׇּׂטׇן”, satan dan didalam bahasa indonesia ialah setan. Yang disebut dengan setan (musuh) ialah manusia maupun makhluk adikodrati.[13] Iblis  tidak selamanya melulu jahat melainkan semata-mata salah satu dari makhluk-makhluk sorgawi.
 Iblis adalah musuh. Ia termasuk makhluk yang harus memberikan laporan dihadapan tahta sorgawi. Iblis juga tidak bisa semena-mena mencobai Ayub tanpa izin dari Allah. Itu terbukti bahwa iblis tunduk kepada Allah yang ditakuti Ayub, sama seperti makhluk lain baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.[14]
Ayat 8: Apakah engkau memperhatikan hambaku Ayub?
Di sini kitab ini memperkenalkan pergumulan di antara Allah dengan musuh besar-Nya, Iblis. Allah menantang Iblis untuk memperhatikan dalam Ayub kemenangan kasih karunia dan penebusan ilahi. Dalam kehidupan hamba-Nya yang setia ini, Allah memperlihatkan bahwa rencana-Nya untuk menebus umat manusia dari dosa dan kejahatan dapat tercapai.
Ayat 9: Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?
Iblis menanggapi pernyataan Allah bahwa Ayub itu seorang saleh dengan mengecam baik Allah maupun Ayub.
  1. 1) Iblis mempersoalkan motivasi Ayub dan dengan demikian kesungguhan dari kebenaran Ayub dengan mengatakan bahwa kasih Ayub kepada Allah sebenarnya bersifat mementingkan diri sendiri dan bahwa ia menyembah Allah hanya karena itu menguntungkannya. Dalam perkataan Iblis tersirat bahwa kasih Ayub kepada Allah tidak ikhlas.
  2.  2) Iblis selanjutnya menyatakan bahwa Allah itu naif dan menipu diri sendiri karena mendapat pengabdian Ayub dengan memberi berkat dan suap (ayat Ayub 1:10-11). Iblis menyimpulkan bahwa dengan demikian Allah sudah gagal dalam usaha-Nya mendamaikan umat manusia dengan diri-Nya. Jikalau Allah berhenti memberikan perlindungan, kekayaan, kesehatan, dan kebahagiaan kepada Ayub, Iblis yakin bahwa Ayub akan "mengutuki Engkau di hadapan-Mu" (ayat Ayub 1:11).
Ayat 10: membuat pagar disekeliling dia
Karena Iblis datang untuk mencuri, membunuh, dan membinasakan (bd. Yoh 10:10), Allah menempatkan pagar pelindung di sekitar umat-Nya untuk melindungi mereka dari serangan Iblis.
  1. 1) "Pagar pelindung" itu bagaikan "tembok berapi" rohani yang mengitari umat Allah yang setia sehingga Iblis tidak bisa melukai mereka. "Aku sendiri, demikianlah firman Tuhan, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya" (Za 2:5).
  2. 2) Semua orang percaya yang dengan setia berusaha untuk mengasihi Allah dan mengikuti pimpinan Roh Kudus berhak untuk meminta dan mengharapkan Allah menempatkan tembok perlindungan keliling mereka dan keluarga mereka.
Ayat 11: Ia pasti mengutuki Engkau
Dalam ayat Ayub 1:6-12 pertanyaan-pertanyaan utama kitab ini dikemukakan. Mungkinkah umat Allah mengasihi dan melayani Dia karena Dia adalah Allah dan bukan karena semua berkat-Nya? Dapatkah orang benar mempertahankan iman dan kasih mereka kepada Allah di tengah-tengah musibah yang tidak dapat dijelaskan dan penderitaan yang tidak semestinya mereka alami?
 Ayat 12: Janganlah engkau mengulurkan tanganMu
Allah memberikan kekuasaan kepada Iblis untuk membinasakan harta dan keluarga Ayub; akan tetapi, Ia membatasi apa yang dapat dilakukan Iblis, karena ia tidak diberikan kuasa untuk

2.9.            Skopus
III.        Refleksi Teologis
IV.        Kesimpulan
V.           Daftar Pustaka



A. A. Sitompul & Ulrich Beyer,Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta:BPK-GM,2004
Stweri I. Lumintang, Theologi Abu-abu Pluralisme Agama,Malang:Gunung Mas,2004
Agus Jetron Saragih,Exsegese Naratif:Ulasan teoritis dan Praktis sebagai metode tafsir Post Moderanisme,(Medan:Pustaka penelitian  dan pengabdian Masyarakat (P3M) STT Abdi Sabda:CV Sinarta, 2006
W.S.Lassor,Pengantar Perjanjian Lama II, Jakarta:BPK-GM,2007
J.Bloomendal,Pengantar kepada Perjanjian Lama,Jakarta:BPK-GM,2011
Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 
Andrew E.Hill & Jhon H. Walton,Survei Perjanjian Lama, Malang:Gandum Mas,2008
John Joseph Owens,Analytical Key to the Old Testament Vol.II ”Ezra-Song of Solomon”,(United States America:Baker Books,1995
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison,The Wyclift Bible Commentary,Volume 2, Malang:Gandum Mas,2005



[1]  A. A. Sitompul & Ulrich Beyer,Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta:BPK-GM,2004), 31
[2]  Stweri I. Lumintang, Theologi Abu-abu Pluralisme Agama,(Malang:Gunung Mas,2004), 170-174
[3]  Agus Jetron Saragih,Exsegese Naratif:Ulasan teoritis dan Praktis sebagai metode tafsir Post Moderanisme,(Medan:Pustaka penelitian  dan pengabdian Masyarakat (P3M) (STT Abdi Sabda:CV Sinarta, 2006), 29
[4] A. A. Sitompul & Ulrich Beyer,Metode Penafsiran Alkitab,Op. Cit.,36-37
[5]  W.S.Lassor,Pengantar Perjanjian Lama II, (Jakarta:BPK-GM,2007), 107
[6]  J.Bloomendal,Pengantar kepada Perjanjian Lama,(Jakarta:BPK-GM,2011),  125
[7]  Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas,  ),755

[8] Ibid , 152
[9]  Andrew E.Hill & Jhon H. Walton,Survei Perjanjian Lama, (Malang:Gandum Mas,2008 ), 428-429
[10]   Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Op.Cit, 1,7,20
[11] Ibid.,755
[12]  John Joseph Owens,Analytical Key to the Old Testament Vol.II ”Ezra-Song of Solomon”,(United States America:Baker Books,1995), 144
[13]  Andrew E.Hill & Jhon H. Walton,Survei Perjanjian Lama, 435
[14] Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison,The Wyclift Bible Commentary,Volume 2,(Malang:Gandum Mas,2005), 28