Tafsiran
dari Ayub 1:6-12
Dengan
Metode Historis Kritis
I.
Pendahuluan
Alkitab memiliki otoritas tertinggi. Alkitab akan lebih
mudah dipahami apabila sudah ditafsirkan karena jika hanya dibaca mungkin akan
sulit menemukan maknanya. Salah tafsiran yang akan menambah wawasan adalah
dengan tafsiran historis kritis. Salah satu darialkitab yang akan penyaji tafsir ialah
kitab Ayub. Kitab Ayub adalah kitab yang sangat berbeda dengan kitab yang lain
didalam Alkitab. Dalam kitab ini Tuhan mengizinkan iblis untuk mencobai Ayub seorang yang saleh, apakah dia benar-benar
orang yang menaruh kepercayaan kepada Tuhan walaupun dia dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Jika kita baca secara menyeluruh kitab Ayub kita akan
menenmukan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa “manusia jangan hanya bersyukur ketika berkat datang tetapi ketika
bencana menimpa haruslah juga bersyukur.” Untuk lebih memahami isi dari kitab Ayub, kami
penyaji akan membahas sebagian dari kitab ini. Kami akan membahas sebagian dari
pasal I (pertama). Kami penyaji masih jauh dari kesempurnaan dalam masalah pemaparan
sajian, oleh sebab itu penyaji menerima kritik dan saran yang membangun untuk
melengkapi sajian kami.
Syalom...
II.
Pembahasan
2.1.
Metode penafsiran Historis Kritis
Historis
Kritis adalah salah satu usaha untuk mendekati pengertian Perjanjian Lama dari sistem-sistem
seperti pendekatan antropologi, religio-historis, kesusasteraan, sosiologi,
arkeologi dan teologi yang mendekati kritik histori.[1]Kritik
historis terhadap Alkitab bermula dari
usaha para penafsir untuk mengerti kondisi sejarah penulisan kitab-kitab namun
pengaruh filsafat mengedalikan penelitian tersebut sehingga mereka berusaha
mengartikan unsur religio dan supranatural dan akhirnya kritik historis
berkembanga pesat sehingga menjadi beberap bentuk kritis, yaitu: kritik bentuk,
kritik tradisi, kritik redaksi dan kritik teks.[2]
Kritik historis mendapat sambutan dari teolog karena yang dibuktikan dengan
mulainya langkah-langkah metode kritik teks yang berkembang pada abad ke-19 dan
mencapai kejayaan hingga pada abad ke-20.
Ada
tiga dasar pendekatan historis kritis, yaitu:
1.
Alkitab
sebagai buku sejarah yang harus diselidiki sama seperti buku-buku lain
2.
Penelitian
ilmiah terhadap Alkitab harus bebas dari kukungan dan tuntutan doktrin dan
tradisi gereja
3.
Fungsi
analisa tidak hanya menyangkut keputusan tetapi harus mencapai penilaian
terhadap teks-teks Alkitab[3]
Metode penafsiran Historis Kritis sangat penting dalam penafsiran karena dapat
menjangkau teks asli yang dapat dipercayai. Dengan mengadakan rekontruksi teks
yang terjadi pada masa teks ditulis, yang diterima sebagai kitab sebelum
pengkanonan seluruh Alkitab. Dengan metode ini
juga penafsir akan mempelajari teks yang akan ditafsir dan kemudian
dimampukan untuk mengenal kesalahan-kesalahan yang akan dibenarkan, bagaimana
ia melengkapi , menyisispkan, memelihara sampai pada penulisan-penulisan yang
kurang atau berlebih.[4]
Adapun kelemahan dan kelebihan historis Kritis adalah:
Kelemahan
·
Analisa
sejarah bersifat dugaan
·
Alkitab
dipahami sebagai buku sejarah
·
Dalam
penafsiran yang digunakan tidak sama dengan kitab lain, sehingga banyak orang
mengabAIKAN Alkitab secara totalitas.
·
Bersifat
ilmiah sering kehilangan makna teks dan sampai masa kini
·
Adanya
perubahan-perubahan teks sehingga tidak
terlihat kesinambungan dengan teks lainnya.
Kelebihan
·
Adanya
pendekatan diakronis
·
Membuka
jalan pembaca modern tentang makna teks Alkitabiah
·
Memahami
makna teks secara mendalam tanpa mengeluarkan makna teks yang terkandung
didalamnya.
2.2.
Analisa Sejarah
2.2.1. Latar
belakang Kitab Ayub 1:6-12
Nama kitab Ayub berdasarkan nama tokoh yang diceritakan
dalamnya yang mana dia adalah tokoh utama dalam kitab ini, yaitu Ayub. Nama
Ayub berasal dari bahasa Ibrani yang diterjemahkan dalam Septuaginta “ίγγον”
yang artinya “Dimanakah Bapaku?”. Kitab ini juga terdapat dalam surat-surat Amarna (kira-kira tahun 1350
SM) dan dalam naskah-naskah kutukan dari Mesir (kira-kira tahun 2000 SM ).
Berdasarkan kedua tulisan tersebut nama Ayub adalah nama pemimpin suku di
Palestina.[5]
Dari makna nama Ayub sudah jelas bahwa kitab ini menceritakan mengenai
penderitaan seorang tokoh yaitu Ayub, yang mana ia adalah seorang yang kaya
raya, yang tulus hati dan saleh namun secara tiba-tiba ia kehilangan hartanya
bendanya, keluarganya, dan sahabatnya serta ia menderita sakit parah yaitu
penyakit Kusta disekujur tubuhnya.[6]
2.2.2. Penulisan
dan waktu penulisan
Tempat
terjadinya peristiwa dalam kitab ini ialah "tanah Us" (Ayub 1:1) yang kemudian menjadi wilayah Edom, terletak di
bagian tenggara Laut Mati atau di sebelah utara Arabia (bd. Rat 4:21); jadi latar belakang sejarah Ayub bersifat Arab dan
bukan Ibrani.
Dua tanggal
penting hendaknya dipertimbangkan berhubungan dengan kitab Ayub:
- tanggal kehidupan Ayub sendiri dan peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam kitab ini, dan
- tanggal penulis kitab ini yang diilhamkan.
Beberapa
fakta menunjukkan bahwa Ayub sendiri hidup sekitar zaman Abraham (2000 SM) atau
sebelumnya. Fakta-fakta yang paling penting ialah:
- Ayub masih hidup selama 140 tahun setelah peristiwa-peristiwa dalam kitab ini (Ayub 42:16), yang menyarankan jangka hidup yang hampir 200 tahun (Abraham hidup 175 tahun);
- kekayaannya dihitung dari jumlah ternak (Ayub 1:3; Ayub 42:12);
- pelayanannya sebagai imam dalam keluarganya, seperti Abraham, Ishak, dan Yakub (Ayub 1:5);
- sistem keluarga pimpinan ayah menjadi kesatuan sosial mendasar seperti pada zaman Abraham (Ayub 1:4-5,13);
- serbuan orang-orang Syeba (Ayub 1:15) dan orang Kasdim (Ayub 1:17) yang cocok dengan zaman Abraham;
- sering kali (31 kali) penulis memakai nama yang dipakai para patriarkh bagi Allah, yaitu Shaddai (Yang Mahakuasa); dan
- tidak ada petunjuk sama sekali kepada sejarah Israel atau hukum Musa sehingga memberi kesan tentang zaman pra-Musa (sebelum 1500 SM).
Ada tiga
pandangan utama mengenai tanggal kitab ini ditulis. Kitab ini mungkin disusun
- selama zaman para leluhur (sekitar 2000 SM) tidak lama sesudah semua peristiwa ini terjadi dan mungkin ditulis oleh Ayub sendiri;
- selama zaman Salomo atau tidak lama sesudah itu (sekitar 950-900 SM), karena bentuk sastra dan gaya penulisannya mirip dengan kitab-kitab sastra hikmat masa itu; atau
- selama masa pembuangan (sekitar 586-538 SM), ketika umat Allah sedang bergumul mencari arti teologis dari bencana mereka.
Penulis yang
tidak dikenal, jikalau bukan Ayub sendiri, pastilah memiliki sumber-sumber
lisan atau tertulis yang terinci dari zaman Ayub, yang dipakainya di bawah
dorongan dan ilham ilahi untuk menulis kitab ini sebagaimana adanya sekarang.
Beberapa bagian dari kitab ini pasti telah diberikan melalui penyataan langsung
dari Allah (mis. Ayub 1:6-2:10).
2.2.3. Tujuan
Penulisan[7]
Kitab Ayub menggumuli
pertanyaan abadi, "Jikalau Allah itu adil dan penuh kasih, mengapa
diizinkan-Nya orang yang sungguh-sungguh benar seperti Ayub (Ayub 1:1,18) menderita demikian hebat?"
Ketika menggumuli soal ini, ada bebrapa kebenaran-kebenaran berikut.
1.
Selaku musuh Allah, Iblis menerima
izin untuk menguji kesejatian iman seorang benar dengan menyiksa dia; tetapi
kasih karunia Allah menang atas penderitaan karena oleh iman Ayub tetap kokoh
dan tidak goyah, bahkan ketika kelihatannya tidak ada keuntungan jasmaniah atau
duniawi untuk terus mengabdi kepada Allah.
2.
Allah digerakkan oleh
pertimbangan-pertimbangan yang terlalu luas sehingga tak dapat dipahami oleh
pikiran manusia (Ayub 37:5); karena kita tidak melihat dengan
kelapangan hati dan visi Yang Mahakuasa, maka kita memerlukan Allah menyatakan
diri-Nya kepada kita.
3.
Landasan iman yang sesungguhnya
tidak terletak dalam berkat-berkat Allah, dalam situasi-situasi pribadi atau
jawaban-jawaban yang cerdik pandai, tetapi dalam penyataan Allah sendiri.
4.
Allah kadang-kadang mengizinkan
Iblis menguji orang benar dengan kesengsaraan agar memurnikan iman dan
kehidupan mereka, sebagaimana emas dimurnikan oleh api (Ayub 23:10; bd. 1Pet 1:6-7); ujian semacam itu mengakibatkan
peningkatan integritas rohani dan kerendahan hati umat-Nya (Ayub 42:1-10).
5.
Sekalipun cara-cara Allah menghadapi
kita kadang-kadang tampak suram dan kejam (sebagaimana dikira oleh Ayub
sendiri), akhirnya Allah tampak dalam belas kasihan dan kemurahan yang penuh. (Ayub 42:7-17; bd. Yak 5:11).
2.3.
Struktur Teks
Menurut
buku J.Bloomendal, Kitab Ayub dapat dibagi menjadi[8];
Pasal 1-2 :
Sidang illahi
Pasal 3-27 :
Perdebatan Ayub dengan kawan-kawannya
Pasal 28-31 :
Hikmat dipuji
Pasal 32-37 :
Elihu, Kawan yang Keempat
Pasal 38-42:6 :
Allah sendiri datang dan menjawab
Pasal 42:7-17 :
Allah mengatakan bahwa kawan-kawannya itu tidak benar, dan Ayub memperoleh
kembali kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan.
Menurut
buku Survei Perjanjian Lama, Kitab Ayub dapat dibagi menjadi[9]:
1.
Prolog
(1-2)
2.
Dialog
a.
Ratapan
pembukaan Ayub (3)
b.
Putaran
1: Penghiburan
Elifas
(4-5)
Ayub
(6-7)
Bildad
(8)
Ayub
(9-10)
Zofar
(11)
Ayub
(12-14)
c.
Putaran
2 : Nasib orang fasik
Elifas
(15)
Ayub
(16-17)
Bildab
(18)
Ayub
(19)
Zofar
(20)
Ayub
(21)
d.
Putaran
3: tuduhan –tuduhan Khusus
Elifas
(22)
Ayub
(23-14)
Bildad
(25)
Ayub
(26-27)
3.
Selingan
: Nyanyian Hikmat (28)
4.
Peercakapan
a.
Percakapan
1 : Ayub
Kenangan
(29)
Kesengsaraan
(30)
Sumpah
(31)
b.
Percakapan
2: Elihu
Pendahuluan
dan teori (32-33)
Keputusan
terhadap Ayub (34)
Ayub
(35)
Pernyataan
penutup berupa rangkuman (36-37)
c.
Percakapan
3: Allah
Ucapan
1 (38-39)
Ucapan
2 (40-41)
d.
Pernyataan
–pernyataan penutup Ayub (40-3-5;42:1-6s)
5.
Epilog
(42:7-17)
Menurut buku Alkitab penuntun hidup berkelimpahan:
b.
Percakapan Antara Tuhan Dengan
Iblis, dan Berbagai Musibah yang Kemudian Menimpa Ayub
(Ayub 1:6-2:10)
(Ayub 1:6-2:10)
2.4.
Analisa Peredaksian[10]
Untuk dapat meneliti tentang ananlisa peredaksian ini,
kia harus terlebih dahulu mengetahui tentang sumber-sumber yang ada dalam
Perjanjian Lama. Adapun sumber-sumber itu adalah:
A.
Sumber
Yahwist ( Y)
Sumber
Yahwist menulis sejarah Israel dari penciptaan sampai kepada kelepasan
(keluaran) bangsa Israel dari Mesir dan perkembangan mereka setelah berada di
Kanaan.
Adapun
yang Khas dari sumber ini adalah:
·
Allah selalu disebut dengan nama Yahwe
juga nenek moyang Israel sudah mengenal nama itu.
·
Pada umumnya Allah di dalam wahyuNya
dituliskan dan digambarkan dalam bentuk
seorang manusia.
·
Sumber ini bersifat universal yaitu
Allah adalah Khalik langit dan bumi ( Kejadian. 2:4b) dan Allah seluruh dunia
daan semua manusia. Penulisan Y menitiberatkan panggilan Israel untuk menjadi
umat Allah kepada mereka yang diteguhkan dan dianugrahkanNya. Dan sumber ini
diperkirakan muncul dan ditulis kira-kira antara 900-800 SM
B.
Sumber
Elohist (E)
Sumber E yaitu
sumber yang menggunkan istilah Elohim untuk menyebut nama tuhan Allah. Sumber E
lahir di kerajaan utara Israel kira-kira tahun 800-700SM ketika singkritisme
melanda kehidupan bangsa Israel. Pada masa itu timbullah gerakan nabi-nabi yang
memperotes dan menetang sinkritime tersebut terutama dibawah Elia dan Elisa.
C.
Sumber Deutronomis (D)
Sumber D ialah
sumber yang khusus terdapat dalam kitab ukangan . sumber ini muncul pada tahun
622 SM di Yerusalem. Ketika Bait Allah sedang diperbaiki atas pemerintah raja
Yosia. Dimana pada saat itulah para tukang yang bekerja disana menenukan suatu
naskah gulungan yang disebut sebagi Taurat (2 raja-raja 22:8) yang merupakan
bagian dari kitab Ulangan yaitu pasal 12 sampai pasal 26.
D.
Sumber
Prieterschrift (P)
Sumber P yaitu
sumber yang terdiri atas tradisi-tradisi para imam. Sumber P merupakan sumber
yang paling muda dan berkembang pada masa pembuangan bangsa Israel di
Babilonia. Didalam pembuangan para Imam berusaha memelihara tradisi secara
lisan mengalami kesulitan karena adanya bahaya sinkritisme, maka para Imam
berusaha menulis dan mngumpulkn tradisi supayan jangan hilang. Sumber P
lajir kira-kira tahun 550-500SM. Adapun
tujuan utama dari sumber P ini adalah menyajikan suatu pandangan sistematis asal-usul
dan berlakunya lembaga Theoratis Israek yang besar dan dalam lembaga tersebut,
allah diakui sebagai satu-satunya penguasa Illahi
Berdasarkan dari sumber-sumber diatas, kitab Ayub ini
bisa dikategorikan menjadi beberapa sumber jika dilihat tahun penulisannya,
yakni ada 3 pandangan yaitu :
- selama zaman para leluhur (sekitar 2000 SM) tidak lama sesudah semua peristiwa ini terjadi dan mungkin ditulis oleh Ayub sendiri; berarti berasal dari sumber E (Elohist)
- selama zaman Salomo atau tidak lama sesudah itu (sekitar 950-900 SM), karena bentuk sastra dan gaya penulisannya mirip dengan kitab-kitab sastra hikmat masa itu. Tulisan ini bersumber dari Sumber Y (Yahwist)
- selama masa pembuangan (sekitar 586-538 SM), ketika umat Allah sedang bergumul mencari arti teologis dari bencana mereka. Ini bersumber dari Sumber P (Priesterschift)
2.5.
Analisa Bentuk Sastra
Analisa bentuk sastra adalah pendekatan kritis kepada
studi sastra, bentuk serta bahasanya. Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu
kitab hikmat dan syair. Kitab Ayub termasuk hikmat karena membahas secara
mendalam soal-soal universal yang penting dari umat manusia, dan disebut syair
karena hampir seluruh kita ini berbentuk syair. Akan tetapi semua syair ini
berdasarkan seorang tokoh sejarah yang nyata (Yehezkiel 14:14,20).[11]
Adapun ciri-ciri khas dari kitab Ayub ialah:
1. Ayub,
penduduk Arab utara, seorang bukan Israel yang benar dan takut akan Allah,
mungkin telah hidup sebelum keluarga perjanjian Israel ada (Ayub 1:1).
2. Kitab ini
menyajikan pembahasan terdalam yang pernah ditulis mengenai rahasia
penderitaan. Sebagai puisi dramatik, drama dalam kitab ini berisi rasa
kesedihan yang mengharukan dan dialog intelektual yang menggugah perasaan.
3. Kitab ini menyingkapkan
suatu dinamika penting yang beroperasi dalam setiap ujian berat yang dialami
orang saleh: sementara Iblis berusaha untuk menghancurkan iman orang saleh,
Allah bekerja untuk membuktikan iman itu dan memperdalamnya. Keteguhan Ayub
dalam iman yang sejati memungkinkan maksud Allah menang atas niat Iblis (bd.Yakobus 5:11).
4. Kitab ini
memberikan sumbangan tak ternilai kepada seluruh penyataan alkitabiah tentang
pokok-pokok penting seperti Allah, umat manusia, penciptaan, Iblis, dosa,
kebenaran, penderitaan, keadilan, pertobatan, dan iman.
5. Sebagian
besar kitab ini mencatat penilaian teologis yang salah tentang penderitaan Ayub
oleh teman-temannya. Mungkin cara berpikir mereka yang salah diulang begitu
sering dalam kitab ini karena mencerminkan kesalahan yang umum terdapat antara
umat Allah dan yang harus diperbaiki.
6. Peranan
Iblis sebagai "penuduh" orang benar ditunjukkan dengan lebih jelas
dalam Ayub daripada di kitab PL lainnya. Dari 19 acuan kepada Iblis dalam PL,
14 kali di antaranya ada dalam kitab ini.
7. Secara
dramatis kitab Ayub mempertunjukkan prinsip alkitabiah bahwa orang percaya
diubah oleh penyataan dan bukan informasi (Ayub 42:5-6).
2.6.
Sitz Im Leben
2.6.1. Konteks
Sosial
Sebelum Ayub mendapat cobaan berat, ia sangat di hormati
oleh semua orang, baik teman-temannya, istrinya, dan orang lain. Ia orang yang
bijak dan berhikmat. Tetapi ketika ia
kehilangan hartanya dan anak-anaknya
serta terkena penyakit kusta. Dengan penyakit itu membuat orang-orang
menjauhinya. Walaupun ia di jauhi oleh orang-orang, ia tidak
menyalahkan mereka.
2.6.2. Konteks
Politik
Dalam kaitan ini
kontek politik yang ada pada masa
itu Theokrasi, ini dapat dilihat dengan pengaduannya terhadap Allah, Ayub berusaha
untuk menempatkan dirinya sebagai penggugat dan Allah sebagai tergugat.
2.6.3. Konteks
Ekonomi
Ayub adalah seorang yang kaya raya dari semua orang yang ada di sebelah Timus daerah Us. Ia
memiliki tujuh putra dan tiga putri. Ia memiliki banyak kawanan ternak seperti
kambing, domba, unta, lembu, dan keledai.
2.6.4. Konteks
Budaya
Pada masa Ayub ini menekankan budaya “ prinsip
pembalasan” berlaku untuk membuktikan campur tangan Tuhan yang berdaulat ;
tetapi alam ini tidak secara otomatis untuk memikirkan suatu sistem dengan
prinsip pembalasan yang terpasang di dalamnya (40:5-9).
2.6.5. Konteks
Agama
Ayub adalah seorang yang sangat saleh dari semua orang yang ada di daerahnya dan
mampu menghadapi semua pencobaan-pencobaan namun hatinya tetap teguh pada Tuhan
dan menyakini monoteis (satu Tuhan).
2.7.
Analisa Teks
2.7.1. Perbandingan
Bahasa
Dalam
perbandingan bahasa, penafsir menggunakan, NIV ( New International Version),
LAI ( Lembaga Alkitab Indonesia), BPH ( Bibel Pakon Haleluya), yang
diperhadapkan dengan TM ( Teks Masora ).
Ayat 6a
NIV : The Angels (Malaikat-malaikat itu)
LAI : Anak-anak Allah
BPH : Anak
ni Naibata (Anak Allah)
TM : [12](בְּנֵי הׇאֱלֹהִים) benȇ “ n.m.pl. Cons”
hā’elōhîm “def,art-n.m.pl”. yang artinya
anak-anak Allah. sedangkan dalam LXX mengatakan “οί άγγελου τοΰ Θεΰ
malaikat-malaikat Tuhan”. Dengan demikian kami menyimpulkan bahwa (בְּנֵי הׇאֱלֹהִים) adalah anak-anak Allah.
Keputusan : yang mendekati teks masora
adalah LAI
Ayat 6b
NIV : Satan
also ( juga sipendakwa)
LAI : juga
iblis
BPH : anjah
sibolis (juga iblis)
TM : ( הַשׇּׂטׇן ־ גַם )‘ gam haśāṭān’, adv.def.art.n.m.s.yang
artinya juga Musuh/lawan itu
Keputusan : tidak ada yang mendekati teks masora.
Ayat 7- ayat 12
Keputusan : tidak memiliki perbedaan. Tetapi banyak kata yang telah
diulang yang mana sama dengan ayat sebelumnya. Oleh karena itu, penafsir akan
memakai kata yang telah diputuskan dalam perbandingan bahasa.
2.7.2. Kritik
Aparatus
Dari Alkitab Ibrani yang telah penyaji lihat, penyaji
tidak menemukan kritik aparatusnya.
2.7.3. Terjemahan
Akhir
Ayat
6 Pada suatu hari datanglah anak-anak
Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga musuh.
Ayat
7 Maka bertanyalah TUHAN
kepada musuh: "Dari mana engkau?" Lalu jawab musuh kepada TUHAN:
"Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi."
Ayat
8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada musuh: "Apakah engkau
memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang
demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
Ayat
9 Lalu jawab musuh kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat
apa-apa Ayub takut akan Allah?
Ayat
10 Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya
serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa
yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
Ayat
11 Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya,
ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."
Ayat
12 Maka firman TUHAN kepada Musuh: "Nah, segala yang
dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu
terhadap dirinya." Kemudian pergilah musuh dari hadapan TUHAN.
2.8.
Tafsiran
Ayat 6-7: Iblis
Dalam kitab Ayub “iblis” bukanlah nama diri tetapi
merupakan pemaparan suatu fungsi. Fungsi yang digambarkan dengan kata Ibrani “שׇּׂטׇן”, satan dan didalam bahasa
indonesia ialah setan. Yang disebut dengan setan (musuh) ialah manusia maupun
makhluk adikodrati.[13] Iblis tidak selamanya melulu jahat melainkan
semata-mata salah satu dari makhluk-makhluk sorgawi.
Iblis adalah musuh.
Ia termasuk makhluk yang harus memberikan laporan dihadapan tahta sorgawi. Iblis
juga tidak bisa semena-mena mencobai Ayub tanpa izin dari Allah. Itu terbukti
bahwa iblis tunduk kepada Allah yang ditakuti Ayub, sama seperti makhluk lain
baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.[14]
Ayat 8: Apakah engkau
memperhatikan hambaku Ayub?
Di sini
kitab ini memperkenalkan pergumulan di antara Allah dengan musuh besar-Nya,
Iblis. Allah menantang Iblis untuk memperhatikan dalam Ayub kemenangan kasih
karunia dan penebusan ilahi. Dalam kehidupan hamba-Nya yang setia ini, Allah
memperlihatkan bahwa rencana-Nya untuk menebus umat manusia dari dosa dan
kejahatan dapat tercapai.
Ayat 9: Apakah dengan
tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?
Iblis menanggapi pernyataan Allah
bahwa Ayub itu seorang saleh dengan mengecam baik Allah maupun Ayub.
- 1) Iblis mempersoalkan motivasi Ayub dan dengan demikian kesungguhan dari kebenaran Ayub dengan mengatakan bahwa kasih Ayub kepada Allah sebenarnya bersifat mementingkan diri sendiri dan bahwa ia menyembah Allah hanya karena itu menguntungkannya. Dalam perkataan Iblis tersirat bahwa kasih Ayub kepada Allah tidak ikhlas.
- 2) Iblis selanjutnya menyatakan bahwa Allah itu naif dan menipu diri sendiri karena mendapat pengabdian Ayub dengan memberi berkat dan suap (ayat Ayub 1:10-11). Iblis menyimpulkan bahwa dengan demikian Allah sudah gagal dalam usaha-Nya mendamaikan umat manusia dengan diri-Nya. Jikalau Allah berhenti memberikan perlindungan, kekayaan, kesehatan, dan kebahagiaan kepada Ayub, Iblis yakin bahwa Ayub akan "mengutuki Engkau di hadapan-Mu" (ayat Ayub 1:11).
Ayat 10: membuat pagar
disekeliling dia
Karena Iblis datang untuk mencuri,
membunuh, dan membinasakan (bd. Yoh 10:10), Allah
menempatkan pagar pelindung di sekitar umat-Nya untuk melindungi mereka dari
serangan Iblis.
- 1) "Pagar pelindung" itu bagaikan "tembok berapi" rohani yang mengitari umat Allah yang setia sehingga Iblis tidak bisa melukai mereka. "Aku sendiri, demikianlah firman Tuhan, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya" (Za 2:5).
- 2) Semua orang percaya yang dengan setia berusaha untuk mengasihi Allah dan mengikuti pimpinan Roh Kudus berhak untuk meminta dan mengharapkan Allah menempatkan tembok perlindungan keliling mereka dan keluarga mereka.
Ayat 11: Ia pasti
mengutuki Engkau
Dalam ayat Ayub 1:6-12
pertanyaan-pertanyaan utama kitab ini dikemukakan. Mungkinkah umat Allah
mengasihi dan melayani Dia karena Dia adalah Allah dan bukan karena semua
berkat-Nya? Dapatkah orang benar mempertahankan iman dan kasih mereka kepada
Allah di tengah-tengah musibah yang tidak dapat dijelaskan dan penderitaan yang
tidak semestinya mereka alami?
Ayat 12: Janganlah engkau mengulurkan tanganMu
Allah
memberikan kekuasaan kepada Iblis untuk membinasakan harta dan keluarga Ayub;
akan tetapi, Ia membatasi apa yang dapat dilakukan Iblis, karena ia tidak
diberikan kuasa untuk
2.9.
Skopus
III.
Refleksi Teologis
IV.
Kesimpulan
V.
Daftar Pustaka
A. A. Sitompul & Ulrich
Beyer,Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta:BPK-GM,2004
Stweri I. Lumintang, Theologi Abu-abu Pluralisme Agama,Malang:Gunung
Mas,2004
Agus Jetron Saragih,Exsegese Naratif:Ulasan teoritis dan Praktis
sebagai metode tafsir Post Moderanisme,(Medan:Pustaka penelitian dan pengabdian Masyarakat (P3M) STT Abdi
Sabda:CV Sinarta, 2006
W.S.Lassor,Pengantar Perjanjian Lama II, Jakarta:BPK-GM,2007
J.Bloomendal,Pengantar kepada Perjanjian Lama,Jakarta:BPK-GM,2011
Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang:
Gandum Mas,
Andrew E.Hill & Jhon H.
Walton,Survei Perjanjian Lama, Malang:Gandum
Mas,2008
John Joseph Owens,Analytical Key to the Old Testament Vol.II
”Ezra-Song of Solomon”,(United States America:Baker Books,1995
Charles F. Pfeiffer & Everett
F. Harrison,The Wyclift Bible
Commentary,Volume 2, Malang:Gandum Mas,2005
[1] A. A. Sitompul & Ulrich Beyer,Metode Penafsiran Alkitab,
(Jakarta:BPK-GM,2004), 31
[2] Stweri I. Lumintang, Theologi Abu-abu Pluralisme Agama,(Malang:Gunung Mas,2004), 170-174
[3] Agus Jetron Saragih,Exsegese Naratif:Ulasan teoritis dan Praktis sebagai metode tafsir Post
Moderanisme,(Medan:Pustaka penelitian
dan pengabdian Masyarakat (P3M) (STT Abdi Sabda:CV Sinarta, 2006), 29
[4] A. A. Sitompul &
Ulrich Beyer,Metode Penafsiran
Alkitab,Op. Cit.,36-37
[5] W.S.Lassor,Pengantar Perjanjian Lama II, (Jakarta:BPK-GM,2007), 107
[6] J.Bloomendal,Pengantar kepada Perjanjian Lama,(Jakarta:BPK-GM,2011), 125
[7] Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, ),755
[8] Ibid , 152
[9] Andrew E.Hill & Jhon H. Walton,Survei Perjanjian Lama, (Malang:Gandum
Mas,2008 ), 428-429
[10] Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Op.Cit, 1,7,20
[11] Ibid.,755
[12] John Joseph Owens,Analytical Key to the Old Testament Vol.II ”Ezra-Song of Solomon”,(United
States America:Baker Books,1995), 144
[13] Andrew E.Hill & Jhon H. Walton,Survei Perjanjian Lama, 435
[14] Charles F. Pfeiffer
& Everett F. Harrison,The Wyclift
Bible Commentary,Volume 2,(Malang:Gandum Mas,2005), 28